Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai pakaian formal pria Arab, bisht juga jadi salah satu pakaian resmi yang dipakai oleh Raja Salman dalam kunjungannya ke Indonesia.
Saat menandatangani perjanjian dengan Presiden Jokowi, Raja Salman terlihat glamor dengan bisht berwarna hitam dan garis emas di bagian lengan dan lehernya.
Bisht ini dipakai sebagai
outerwear kandura atau gamis putih dan juga agal (penutup kepala). Meski bisht sebenarnya termasuk jenis
outerwear, namun cara penggunaannya tidak seperti
outerwear lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski memiliki dua bagian lubang tangan namun Raja Salman menggunakan bishtnya hanya di satu tangan kanan saja. Sedangkan di sisi kiri, bisht hanya dsampirkan ke bahu dan tangan kiri.
Mengutip berbagai sumber, pemakaian bisht dengan warna hitam dan leher emas seperti Raja Salman hanya dilakukan untuk kesempatan istimewa. Cara pemakaian seperti ini digunakan untuk menyambut tamu kehormatan.
Mengutip
Arab News, bisht juga digunakan sebagai penanda status sosial. Pembedanya terletak pada bahan pembuat dan detail di dalamnya.
Ada tiga jenis bordir berbeda yang digunakan untuk membuat bisht, yaitu jahitan emas, perak, dan sutra. Benang perak dan emas yang disebut zari adalah hal yang sangat umum.
Abu Salem, penjahit bisht dari Al-Ahsa mengatakan bahwa ada dua jenis zari yang biasa digunakan. Zari tersebut biasa dibuat dari sutra ataupun dari katun yang dilapisi dengan emas murni dan perak. Ada juga benang imitasi yang dilapisi ditutupi kawat tembaga dan dilapisi perak.
Dia menambahkan, bisht sendiri memiliki tiga jenis desain utama, yaitu darbeyah, mekasar, dan tarkeeb.
Darbeyah adalah jubah dengan pola tradisional berbentuk persegi dan longgar. Darbeyah biasanya dijahit dnegan tangan dan memiliki bordir zari.
Mekasar atau yang dikenal dengan gasbi memiliki bordiran sutra di sepanjang tepi kainnya.
Sampai masanya penemuan mesin jahit, bisht selalu dijahit dengan tangan. Namun ada beberapa yang lebih suka dengan jahitan tangan untuk hasil yang lebih halus.
"Menjahit Hasawi bisht memakan waktu paling lama. Itu adalah seni yang membutuhkan ketelitian dan keterampilan. Bordir emasnya membutuhkan kesabaran dan waktu berjam-jam. Satu bisht bisa menghabiskan waktu sekitar 80-120 jam dan butuh empat penjahit dengan tugasnya masing-masing."
Hasawi, adalah salah satu jenis bisht dari Al-Ahsa. Bisht ini adalah bisht paling mahal karena menggunakan rambut unta atau lama. Jubah ini juga bisa dibuat dengan menggunakan wol kambing dan bordir emas di kerah dan lengannya.
"Bisht warna hitam dengan jahitan emas adalah yang paling populer. Diikuti dengan bisht putih dan krem," kata Abu Salem.
"Pada awal 90-an, warna baru diperkenalkan ke pasar bisht. Warna biru, abu-abu, dan merah marun biasanya dipakai generasi muda. Sedangkan generasi tua biasanya menempel dengan warna tradisional yaitu hitam, cokelat, dan krem."
Harga bisht di negara asalnya pun bermacam-macam. Harganya bervariasi dari 100 riyal (Rp356 ribu) sampai 20 ribu riyal (Rp71 juta). Harganya semua tergantung pada kain, jahitan, warna, dan gaya.
Harga bisht termahal tentunya dibuat untuk anggota kerajaan, termasuk pangeran, raja, politisi, dan bangsawan.
"Mereka biasanya memilih warna hitam, krem, dan cokelat untuk bisht mereka," kata Salem.
"Mereka selalu memilih bisht buatan tangan dan menggunakan benang emas atau perak, kadang keduanya."
(chs)