Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah peneliti dari Harvard University AS menemukan vaksin baru yang diyakini efektif melawan rotavirus. Virus ini menjadi salah satu penyebab infeksi usus dan diare pada bayi dan anak-anak.
Vaksin baru dengan harga terjangkau dan tidak memerlukan proses penyimpanan di lemari pendinginan ini pernah diuji coba di Nigeria dan efektif hingga 67 persen mencegah gastroenteritis yang disebabkan rotavirus.
Mengutip AFP, pada Kamis (23/3), sebelum adanya vaksin ini, ada dua jenis vaksin yang tersedia di pasaran melawan rotavirus akan tetapi harganya cukup tinggi dan butuh proses penyimpanan di lemari pendingin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Uji coba vaksin dilakukan di Afrika karena di sana paling membutuhkan, ketika vaksin ini tersedia luas di sana, akan sangat membantu melindungi jutaan anak yang rentan penyakit," ungkap Sheila Isanaka, asisten profesor gizi di Harvard University yang juga salah satu peneliti.
Rotavirus cukup berbahaya. Menurut World Health Organization, ada lebih dari 500.000 anak yang meninggal dunia karena dehidrasi dan komplikasi akibat rotavirus, khususnya negara yang ada di sub-Sahara Afrika.
Vaksin yang dinamai BRV-PV diluncurkan Serum Institute of India.
Dalam uji cobanya, penelitian melibatkan secara acak 3.508 anak-anak dalam kondisi sehat yang menerima tiga dosis vaksin atau placebo pada anak usia 6, 10, dan 14 minggu.
Setelah satu bulan pada pemberian vaksin terakhir, jumlah anak yang terkena penyakit seperti diare, muntah-muntah dan sakit perut karena rotavirus pun berkurang.
"Di hari ke-28 setelah pemberian vaksin ke tiga atau placebo, penyakit akibat rotavirus ada pada 31 anak di grup vaksin, dan 87 di grup placebo," ungkap laporan penelitian.
Keberhasilan hingga 67 persen ini lebih tinggi dari vaksin RotaTeq, yang 39,3 persen menurut uji coba sebelumnya.
Uji coba yang sama terhadap vaksin Rotarix di Afrika Selatan dan Malawi menemukan tingkat keberhasilan 61,2 persen.
Vaksin BRV-PV telah mendapat izin di India, dan sedang menunggu kualifikasi berikutnya dari WHO sebelum kemudian sampai ke PBB dan perwakilan pemerintah.
(rah)