Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menkomar) Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, dan Menteri Perhubungan (Menhhub) Budi Karya Sumadi akan menetapkan standar pelabuhan di Indonesia.
Hal ini diungkapkan ketika ketiga menteri bersama Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Kapolda Bali Irjen Pol Petrus R Golose menyambut kedatangan
cruise perdana Pacific Eden dari grup Carnival Corporation & PLC Australia di Tanjung Benoa, Bali pada Kamis (13/4/2017).
Penetapan standar dan perbaikan pelabuhan ini berawal dari keluhan Mr. Sture Myrmell, President of Carnival Australia of Carnival Corporation dan Mr. Mike Drake, Director P&O Australia Carnival Group.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sture Myrmell dan Mike Drake mengungkapkan, Indonesia punya kekayaan dan keindahan alam yang sulit tertandingi. Indonesia punya segalanya yang bisa dikembangkan sebagai destinasi
cruise, seperti Bali, Lombok, Jakarta, hingga Komodo Labuan Bajo NTT.
"Sayangnya, bersandar di pelabuhan-pelabuhan Indonesia itu sangat mahal, termasuk di Benoa Bali," ujar Mike Drake. Ia memaparkan data
benchmark biaya sandar yang 10-15% lebih mahal dari pada Singapura, Malaysia, dan Hongkong.
Tiga menteri tersebut heran melihat biaya yang mahal itu. "Sementara fasilitas yang disediakan Pelindo III masih sangat minim. Dari soal air bersih, pengolahan sampah, sampai fasilitas di terminal. Strategi harga inilah yang membuat kapal-kapal
cruise pindah sandar ke negara tetangga," ungkap Luhut.
Menkomar Luhut langsung meminta Menhub Budi Karya untuk memanggil Pelindo III untuk membicarakan soal
fee sandar dan lepas sandar di semua pelabuhan di Tanah Air. "Tolong perbaiki harganya,
benchmark dengan Singapura," jelas Luhut.
Menkomar Luhut juga mengungkapkan, masalah
port charges yang tinggi,
fuel prices, sampah, air, dan lainnya sudah bertahun-tahun terjadi. Terminalnya juga harus segera diperbaiki. "Tolong segera dideregulasi, dibuat kebijakan yang cepat untuk mengatasi hal tersebut. Buat National Cruise Tourism Strategy," ucapnya.
Ia turut mengingatkan semua pihak agar bekerja sama demi menyelesaikan masalah dan memperbaiki berbagai hambatan. "Kerja sama antar kementerian, pemerintah daerah, dan lembaga terkait lainnya harus terus bersinergi. Semua peraturan yang tidak masuk akal dan mempersulit harus dideregulasi. Benoa ini akan dibangun terminal
cruise bertaraf internasional untuk persiapan IMF-World Bank Annual Meeting pada Oktober 2018 yang akan dihadiri oleh 13.000 sampai 18.000 peserta dari 189 negara," katanya.
Ke depannya, Bali bisa dijadikan destinasi
fly and cruise. Terbang ke Bali, lalu
sailing dengan y
acht ke berbagai pulau di Tanah Air. Kemudian dilanjutkan menjelajahi pulau-pulau indah di Lombok sampai Labuan Bajo, Wakatobi, kembali ke Bali, dan terbang ke negaranya kembali.
Menpar Arief Yahya menambahkan,
cruise di Indonesia menurun jumlahnya. Dari 400
calls menjadi 350
calls tahun 2016. "Tetapi jumlah penumpangnya bertambah, dari 200.000 di tahun 2015 naik 260.000 di tahun 2016. Itu menunjukkan
cruise yang bergerak ke Indonesia itu ukurannya lebih besar, dari
small size ke medium dan
big size," jelasnya.
Untuk
cruise, Indonesia hanya mendapatkan 1 juta wisman dengan nilai devisa USD 1 Miliar. Angka tersebut terlalu kecil dibandingkan potensi Indonesia sebagai negara bahari atau maritim. "Bandingkan dengan Malaysia yang sudah 8 juta wisman. Kita terlalu kecil kalau hanya 1 juta. Maka proyeksi kami akan menjadi 4 juta wisman atau USD 4," ujarnya.