Shinta Utami, Melintasi Yogyakarta-Jakarta dengan Kursi Roda

Rahman Indra | CNN Indonesia
Sabtu, 22 Apr 2017 10:15 WIB
Perempuan penyandang disabilitas asal Riau ini kembali melakukan perjalanan impiannya. Kali ini melintasi Yogyakarta-Jakarta dengan kursi roda seorang diri.
Shinta Utami (32) melakukan perjalanan melintasi Yogyakarta-Jakarta dengan kursi roda. (Foto: Dok/ShintaUtami/CNN Indonesia/Rahman Indra)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Yang saya khawatirkan itu kalau jalanan menanjak, karena kursi roda yang menompang tubuh saya ini akan mudah terjungkang," ujar Shinta Utami lugas.

Demikian perempuan penyandang disabilitas asal Riau itu menuturkan persiapannya sebelum melakukan perjalanan melintasi Yogyakarta-Jakarta yang berjarak 530 kilometer dengan kursi roda seorang diri. 

"Ini bukan sebuah perjalanan biasa, karena saya ingin menginspirasi setiap orang bahwa setiap kita bisa melakukan apa saja, tanpa memikirkan hambatan yang ada," ujar perempuan berusia 32 tahun itu mantap saat ditemui di Jakarta, awal April lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shinta akan memulai The Journey of Dreamsnya yang ke-dua pada 10 April 2017, setelah keliling Indonesia pada 2015 lalu. Ia menargetkan dapat sampai ke Jakarta pada 29 atau 30 April 2017.

Perjalanan impian

"Saya baik-baik saja, ini sudah sampai Cirebon," jawabnya singkat pada Kamis (20/4). Shinta sudah menempuh perjalanan sejauh 260 kilometer.

Ini sudah hari ke-11 sejak Shinta menjalani trip Yogyakarta-Jakarta yang ia tempuh dengan rute Kantor Walikota Yogyakarta - Tugu Nyi Ageng Serang - Purworejo - Tambak - Sokaraja - Ciberung - Linggapura - Brebes - Cirebon - Pasar Ciasem - hingga berakhir di Monumen Nasional.      

Dalam perjalanan kali ini ia menggunakan kursi roda yang ia modifikasi sedemikian rupa agar mudah dan aman di perjalanan. Selain survei, ia pun rutin melakukan latihan fisik dan uji coba dengan kursi roda.  

“Kursi roda yang saya gunakan adalah kursi roda yang sepenuhnya digerakkan dengan tangan dan tidak menggunakan motor. Ini menjadi perjalanan pertama yang dilakukan di Indonesia dengan menggunakan kursi roda,” ungkap anak pertama dari empat bersaudara ini.

Saat sampai di Cirebon, Shinta mesti beristirahat agak lama, karena jari-jari dari kursi roda yang dikendarainya rusak. Ini bukan yang pertama sejak perjalanan dari Yogyakarta. Sebelumnya, kata dia, saat sampai di Purwokerto juga rusak dan diperbaiki.

Kartini buat saya adalah sosok pejuang perempuan, dan sumber inspirasi untuk kesetaraan, bahwa perempuan juga bisa berkarya.
Buka mata

Kursi roda yang rusak, menurut Shinta bukanlah kendala terberat yang ia hadapi selama perjalanan. Ia merasa ada hal lain yang lebih utama, yakni keinginannya untuk menyampaikan akan pesan kemandirian penyandang disabilitas.

“Di jalanan, masih banyak orang yang meragu, dan merasa tidak percaya kalau saya jalan sendirian,” ujarnya.

Di Buntu, Jawa Tengah sebelum masuk Purwokerto. Shinta bikin macet karena jalannya sempit. Di belakangnya berderet sudah 20-30 kendaraan bermotor, dan mobil.

“Kalau di tanjakan saya mesti pelan-pelan, setiap lima menit berhenti, maka antrian panjang macet parah banget, saya dipesankan komunitas Pe’a supaya jalan jangan egois, bikin kemacetan, dan mau untuk didorong saja, meski itu keluar dari keinginan,” ujarnya.

Ada juga bapak-bapak yang marah padanya. “Oh, ini yang bikin macet,” kata dia menirukan.

“Tantangan dalam perjalanan ini kemudian bagaimana menjelaskan ke orang-orang, kalau saya bisa, dan mengubah stigma di masyarakat yang melihat penyandang disabilitas perlu dibantu,” ujarnya.

Shinta menegaskan dirinya bukannya tidak mau dibantu, tetapi bagaimana ia bisa sukses membuka mata publik akan kemandirian dan menunjukkan penyandang disabilitas 'bisa', jika setiap ada hambatan, selalu dibantu.

“Saya sudah tahu risiko ketika menempuh jalanan ini, ketika ada jalanan menanjak sedikit, orang datang bantu, saya bilang jangan, saya bisa sendiri, tapi itu jadi kendala terbesar, mengubah pandangan di masyarakat,” ungkapnya.

Shinta Utami, Lintasi Yogyakarta-Jakarta dengan Kursi Roda Shinta di tengah perjalanannya melintasi Yogyakarta-Jakarta dengan kursi roda. (Foto: Dok. ShintaUtami)
Awal mula

Melalui blognya Limited Without Limits, Shinta mengungkapkan bahwa saat berusia empat tahun, ia terkena polio. Setelah itu, ia mendapati dirinya tak lagi bisa berjalan. Untuk beberapa waktu ia bisa berjalan tapi terasa sakit. Hingga kemudian kaki kirinya tak bisa berjalan dan menggunakan kursi roda. Dokter bilang ada masalah di pergelangan kaki karena post polio syndrome. 

Pada 2013, ayahnya memodifikasi sepeda motor adiknya yang kemudian menjadi sepeda motor pertama buat ia berkendara. Dengan motor itulah ia kemudian melakukan perjalanan menjelajahi Indonesia di 34 provinsi. 

Itu ia lakukan pada dua tahun lalu, 2015. Usai itu ia diundang ke Istana Presiden dan sempat pula dianugerahi Rekor MURI Indonesia untuk Perjalanan Terjauh yang Dilakukan dengan Motor Modifikasi oleh Seorang Penyandang Disabilitas. 

Untuk perjalanan ke-duanya ini Shinta telah mengatur jadwal hariannya sedemikian rupa. Berangkat jam 8 atau 10 pagi hingga matahari terbenam pukul 6 atau 7 malam. Dilepas dari hotel tempat ia menginap atau berangkat sendiri jika harus menginap di pom bensin.

“Ini sudah ngaret dua hari karena jari-jari yang diperbaiki, tapi saya kejar target dengan menaikkan jarak tempuh perjalanan, dari 30 kilometer jadi 50 kilometer sehari, mudah-mudahan sampai di Jakarta sesuai jadwal,” tegasnya.

“Mimpi harus diwujudkan, dan untuk itu kita sendiri yang mesti mewujudkannya, meski hambatan itu selalu ada.”
Sepanjang perjalananya, Shinta juga melakukan penggalangan dana untuk perjalanannya nanti yang ketiga menjelajah Asia. Publik juga dapat memberikan donasi lewat situs Kita Bisa.  

Rekam jejak perjalanannya ia bagi di media sosial dan laman blognya Limited Without Limits.

“Yang bikin semangat itu ketika ada banyak orang yang begitu supportif, dan yakin saya bisa,” pungkasnya. (rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER