Berpikir Seperti Buronan Agar Berwisata Tak Berujung Drama

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Kamis, 27 Apr 2017 15:40 WIB
Menurut Anthony Bourdain, ada lima barang wajib yang harus dibawa dan berpikir seperti buronan, agar perjalanan wisata tak berujung drama.
Ilustrasi. (Thinkstock/Creatas)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pembawa acara perjalanan wisata, Anthony Bourdain, selalu memiliki cara unik untuk mengepak barangnya selama bepergian. Dan untuk urusan keamanan, ia selalu memiliki cara pikir seperti buronan.

Dalam wawancara dengan New York Times seperti yang dilansir pada Kamis (27/4), Bourdain mengaku selalu mengepak kopernya dengan barang bawaan sesedikit mungkin, agar tidak merepotkannya selama berpindah tempat.

Selain baju, pembawa acara ‘Parts of Unknown’ itu juga selalu membawa lima barang wajib, yakni jaket tipis, buku catatan, seragam jiu-jitsu, buku bacaan dan pisau lipat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jaket tipis yang dibawa selain untuk melindungi badan dari udara dingin juga dijadikannya sebagai pengganti bantal, saat harus menunggu lama di suatu tempat.

“Saya selalu membawa jaket tipis, yang tidak terlalu besar ketika dilipat di dalam koper. Jaket itu bisa saya gulung dan jadikan bantal,” kata Bourdain.

Sebagai penulis, tentu saja Bourdain selalu mendapat ide dalam perjalanan. Sebelum menerbitkannya di situs, terlebih dahulu ia mencatatnya di buku.

Sama seperti buku catatan, buku bacaan yang dibawanya pun dibawanya untuk mendapatkan inspirasi. Buku bacaan yang selalu dibawanya bertema fiksi.

“Setidaknya saya membawa satu buku bacaan. Saya lebih nyaman membaca buku dalam bentuk fisik. Tema fiksi, terutama yang berlatar belakang kawasan yang saya datangi, sangat menarik untuk dibaca,” ujar Bourdain.

“Buku semacam itu memberi lebih banyak informasi ketimbang buku panduan wisata. Contohnya saat saya ke Vietnam, saya membaca buku ‘The Quiet American’ karya Graham Greene,” lanjutnya.

Untuk seragam jiu-jitsu, Bourdain mengaku membawanya karena ia kerap berlatih fisik dengan olahraga bela diri itu.

Tak tanggung-tanggung, ia membawa tiga seragam, untuk berjaga-jaga jika seragamnya belum selesai dicuci oleh petugas hotel.

Sedangkan untuk urusan keamanan, Bourdain mempercayakannya pada pisau lipat. Jangan bayangkan pisau lipat yang tebal, karena yang dibawanya berbentuk tipis seperti kartu kredit. Bahkan, bisa diselipkan ke dalam dompet.

“Pisau lipat ini memang bukan senjata yang paling ampuh, tapi cukup berguna untuk mempersenjatai diri ketika ada seseorang yang tiba-tiba melakukan penodongan,” kata Bourdain.

Selama perjalanan wisata, sama seperti yang dilakukan chef Gordon Ramsay, Bourdain juga mengaku tak pernah menyantap makanan di pesawat.

Ia lebih memilih untuk menahan rasa lapar dan makan begitu sampai di bandara.

“Bandara Singapura dan Tokyo punya berbagai tempat makan yang enak. Minimarket Lawson juga bisa dijadikan pilihan. Ada roti isi yang enak di sana. Meski saya tak tahu sudah berapa lama roti isi itu dipajang, tapi itu lebih masuk akal daripada menu pesawat,” ujar Bourdain.

Saat berada di bandara, Bourdain memberi tips agar wisatawan tak merasa frustasi dengan pemeriksaan keamanan yang semakin ketat belakangan ini.

Tips dari Bourdain ialah berpikir seperti buronan, yang ingin segera lolos dari penjagaan keamanan untuk segera bisa naik pesawat.

Oleh karena itu, jangan membawa atau melakukan segala sesuatu yang bisa menghambat diri saat melalui tahapan pemeriksaan keamanan di bandara.

“Saya tidak pernah membawa barang berbentuk cairan dalam tas yang saya bawa ke dalam kabin pesawat. Saya juga tak mengenakan perhiasan, ikat pinggang dan jam tangan saat melewati pemeriksaan bandara,” ujar Bourdain.

“Jangan bersikap emosional dan membuat drama. Itu tak akan membuat perubahan atas situasi yang terjadi. Ikuti seluruh aturan yang ada. Berpikirlah seperti buronan yang ingin lolos dari pengejaran,” pungkasnya.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER