Jakarta, CNN Indonesia -- General Secretary United Nation World Tourism Organization (UNWTO) Taleb Rifai kagum terhadap kinerja Menpar Arief Yahya. Pria yang sudah dua periode menggawangi lembaga PBB itu, mengapresiasi langkah-langkah strategis Arief yang cepat, cerdas, penuh pehitungan hingga membawa pariwisata Indonesia melompat.
Bahkan secara khusus Taleb Rifai berpesan kepada Stafsus Menpar Bidang Komunikasi Don Kardono, seusai pertemuan di WTTC 17th Global Summit di Bangkok Thailand pada 25 April 2017.
"Tolong jaga menteri Anda! Dia sangat hebat," puji Taleb saat melepas rombongan Menpar Arief Yahya di Hyatt Hotel, Bangkok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taleb juga merasa senang karena sarannya yang disampaikan di Madrid, Spanyol, dua tahun silam dijalankan oleh Arief Yahya. Hasilnya selama dua tahun sesuai ekspetasi. "
Perfect!" katanya.
Dia juga menambahkan, "Karena itu, kami meminta Minister Arief untuk juga berbagi pengalaman dan menjadi narasumber di forum-forum resmi PBB,"
Terdapat tiga poin laporan Menpar Arief yang membuat Taleb Rifai terkesan. Pertama, implementasi
go digital di semua lini. Terutama soal Digital Platform Service yang di Indonesia sedang digalakkan dengan model ITX-Indonesia Tourism Xchange.
"
Digital lifetyle tidak bisa dilawan, tidak bisa dihindari,kalau kita tidak menggunakannya juga, kita yang akan tergilas mati," tegas Arief.
Di poin kedua, Arief memaparkan soal
homestay desa wisata, yang sedang dibangun Kemenpar bersama Kementerian PUPR, Kemendes dan BUMN
"Kami menggunakan istilah
honestay desa wisata, yang kelak satu paket. Ada 74 ribu desa di Indonesia, yang akan diarahkan menjadi atraksi budaya tersendiri di destinasi wisata! Mereka akan di digitalisasi, dibina
hospitality-nya, dibuatkan
platform selling-nya, dan Indonesia akan punya destinasi budaya terbesar di dunia," kata Arief.
Maka dari itu, Taleb Rifai setuju jika Indonesia dijadikan Pilot Project sekaligus menjadi model penanganan yang benar terhadap Digital Platform Services.
Dia pun mengamini penggunaan teknologi Digital sudah tak terelakkan lagi. Pariwisata sebagai bagian dari Service Industry pun juga wajib mempunyai filosofi "Cheaper Easier Faster". Digital teknologi dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Sementara di poin soal Visa Fasilitation, Menpar Arief melaporkan dari 169 negara
visa free itu akan dikurangi 49 negara, yakni mereka yang jumlah wismannya di bawah 100 orang. "Mereka akan diubah statusnya nenjadi Visa on Arrival," tuturnya.
Di point ini, Sekjen UNWTO Taleb Rifai menyarankan pola Electronic Visa. "Yang menjadi problem bukan biaya visa USD 20 sampai USD 30. Tetapi orang harus datang ke kedutaan, harus menunggu lama, harus mengisi aplikasi, wawancara, dan lama tidak ada kepastian. Dan ini bisa diselesaikan dengan cara e-visa," kata Taleb.
Kunjungan Wisman yang
inbound ke Indonesia dinilai presisi. Tahun 2015 menembus 10.4 juta, dan 2016 didatangi 12 juta.
Indeks daya saing pariwisata Indonesia yang dikalibrasi TTCI (Travel Tourism Competitiveness Index) oleh WEF World Exonomic Forum juga melompat dari target ke posisi 42 di 2017.
(odh/odh)