Untuk diperkenalkan ke warga Barcelona, Renatta dan Maxie yang berkolaborasi dengan Ivan Tarrago, membuat makanan Indonesia naik kelas.
"Senang sekali bisa kolaborasi dengan chef dari Indonesia karena jadi lebih kenal dengan makanan Indonesia lainnya," kata Ivan yang pernah menjadi chef restoran di Indonesia.
Sate padang, rawon, sampai gado-gado tidak dihadirkan seperti 'wujud' aslinya di Indonesia. Mereka mengubah wujud makanan tersebut dalam bentuk yang lebih elegan sehingga sesuai untuk konsep fine dining.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sate padang yang identik dengan tusuk satenya, dihadirkan dalam piring saji besar tanpa tusuk. Sate padang ini disajikan mirip seperti steak lidah dan siraman saus kental yang berwarna kecokelatan.
Sedangkan rawon yang biasanya memiliki potongan daging kecil diubah dalam bentuk potongan daging besar yang empuk dan kuah yang terpisah. Tauge panjang dipadukan dalam hidangannya. Sebagai sedikit 'twist' rawon ditambahkan dengan irisan cumi panggang.
Naniura juga tampil berbeda. Mereka menghadirkan naniura dalam gaya yang lebih elegan. Tiga iris daging tuna disajikan dengan tambahan kecombrang dan bawang merah mentah.
Berbeda dengan yang lainnya, Gado-gado yang dianggap sebagai salad oleh warga Eropa ini juga sukses mencuri perhatian. Dalam beberapa menit, gado-gado saat
brunch langsung habis. Gado-gado ini dihadirkan dalam konsep prasmanan. Pengunjung bebas mengambil sendiri makanannya.
Irisan telur, kentang, tempe, sayuran dan bumbu kacang disiapkan dalam wadah terpisah. Namun untuk memberikan sedikit sentuhan lain, mereka menggunakan sayuran yang berbeda dari gado-gado pada umumnya.
Mereka menggunakan kacang kapri, buncis, dan daun selada.
"Bumbunya pakai kacang mete dan juga sedikit santan."
"Sedikit perubahan wajah ini dilakukan karena makanan Indonesianya disajikan di restoran bintang lima, jadi disesuaikan saja. Yang penting rasanya yang autentik," kata Maxie.
Untuk mendapatkan rasa yang autentik, Renatta dan Maxie membawa bumbu-bumbu dari Indonesia. Beberapa bumbu yang dibawa antara lain kecombrang, kluwek, sampai andaliman.
Renatta menambahkan bahwa mereka juga membawa bumbu-bumbu halus lainnya dalam bentuk pasta. "Karena bawang merah di sini berbeda dengan bawang merah yang ada di Indonesia," ucapnya.
Maxie dan Renatta sejak awal merasa yakin jika masakan Indonesia bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Barcelona. Maxie mengaku bahwa banyak orang luar negeri merasa masakan Indonesia punya bumbu yang terlalu kuat.
"Masakan Indonesia seringkali dianggap masakan yang agresif dan kuat, tapi kenyataannya kami tidak mengurangi rasa apapun. Kami bawa rasa asli makanan Indonesia," kata Maxie.