Jakarta, CNN Indonesia --
Focus Group Discussion (FGD) mengenai Sustainable Tourism Statistics diadakan oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Hotel Grand Serela Setiabudhi, Bandung, Rabu (10/5/2017). FGD ini digelar demi mempersiapkan The International Year of Sustainable Tourism for Development 2017 tanggal 21-24 Juni 2017 di Manila.
Ketua Pokja Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar I Gede Ardika mengatakan, FGD ini adalah upaya mempersiapkan pembangunan pariwisata berkelanjutan, fasilitator, dan lokal
partner pariwisata berkelanjutan.
“Serta untuk mempersiapkan pada tanggal 21-24 Juni 2017 pemerintah Filipina akan mengadakan the World Tourism Organization (UNWTO) 6th International Conference on Tourism Statistics di Manila dengan fokus utama pada
the measurement of sustainable tourism,” ujar Ardika, Jumat (12/5/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sustainable tourism telah menjadi agenda nasional di berbagai negara di dunia dan juga di level internasional melalui UN General Assembly. Maka perlu diketahui bagaimana peran pariwisata dalam pembangunan berkelanjutan.
“Untuk itulah FGD di Bandung ini diadakan, dengan tujuan untuk mempersiapkan materi dan rekomendasi dari Indonesia yang akan dibawa ke Konferensi Manila yang akan datang tersebut,” tambah Ardika.
Konferensi Manila akan menghasilkan deklarasi pengakuan pentingnya pengembangan
framework statistik untuk mengukur pariwisata berkelanjutan.
Harapannya, FGD kali ini bisa menghasilkan metodologi pengukuran
sustainable tourism, bisa menguasai isu-isu statistik untuk pengukuran
sustainable tourism, dan mendapatkan contoh-contoh pengukuran
sustainable tourism di tingkat lokal dan nasional untuk menjadi acuan di tingkat global.
“Serta komitmen untuk pengukuran statistik
sustainable tourism. Hal ini dalam rangka memelihara pengertian bersama untuk mengikuti perkembangan dan membuat kebijakan-kebijakan,” paparnya.
Dalam FGD ini, Staf Khusus Kementerian Pariwisata (Menpar) bidang Teknologi Informasi Samsriyono Nugroho mengungkapkan, lima konferensi internasional mengenai Tourism Statistics sebelumnya telah dilakukan. Di antaranya di Ottawa (1991), Nice (1999), Vancouver (2001), Iguazu (2005), dan Bali (2009).
“Akan tetapi, belum pernah dibahas atau dibuat
standardized basis untuk pengumpulan
relevant information pada nasional atau subnasional level. Signifikan
gap ini membatasi potensi pengembangan kebijakan peningkatan
sustainable tourism,” kata Samsriyono.
Demi mengatasai
gap tersebut, UNWTO dengan dukungan dari the UN Statistics Division (UNSD) menginisiasi Towards a Statistical Framework for Measuring Sustainable Tourism (MST). Proyek ini adalah kelanjutan dari
strategic projects UNWTO sebelumnya, yaitu United Nations approval of the Tourism Satellite Account (TSA) dan the International Recommendations for Tourism Statistics (IRTS).
“Di dalam IRTS tahun 2008 telah direkomendasikan mengenai
linking tourism and sustainability be considered a priority,” ujar Samsriyono.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia memiliki penilaian yang bagus terkait s
ustainable tourism. Bahkan Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Prestasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi daerah untuk terus menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan.
"Bicara pariwisata, tidak hanya tentang destinasi melainkan juga pengembangan infrastruktur secara keseluruhan dan berkelanjutan. UNWTO mendefinisikan pariwisata berkelanjutan secara sederhana sebagai pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat setempat," ucapnya.