LANCONG SEMALAM

Menjamah Karangasem di Timur Pulau Dewata

Aghniya Khoiri | CNN Indonesia
Minggu, 11 Jun 2017 12:02 WIB
Masih banyak kawasan di Pulau Dewata yang bisa dibilang belum terjamah dan juga menarik untuk dikunjungi, salah satunya ialah Karangasem.
Para wanita di Desa Tenganan, Karangasem. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Karangasem, CNN Indonesia -- Berbicara mengenai wisata di Bali, nama Kuta, Seminyak, Ubud, hingga Nusa Dua pasti sering disebut. Kawasan-kawasan itu memang populer, namun sebenarnya masih banyak kawasan di Pulau Dewata yang juga menarik untuk dikunjungi.

Salah satu yang patut dikunjungi ialah Karangasem. Satu dari sembilan kabupaten yang ada di Bali ini menawarkan wisata alam dan budaya yang bisa dibilang belum terjamah.

Seluas 839 kilometer persegi, kawasan ini dibatasi oleh Selat Lombok di timur, Kabupaten Klungkung dan Buleleng di barat, Lautan Hindia di selatan dan Laut Jawa di utara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Karangasem sempat luluh lantak saat Gunung Agung meletus pada 1963 dan menewaskan 1.900 warganya.

Saat ini, ada 369 ribu penduduk yang mendiami kawasan ini. Walau sebagian besar memeluk agama Hindu, namun mereka hidup rukun dengan yang memeluk agama Islam.

Hal tersebut bisa terlihat dari gaya penamaan tiap orang, yang mengandung unsur Hindu dan Islam, contohnya Ni Nyoman Maimunah.

Ratusan penduduk Muslim di sana tinggal di Kampung Saren Jawa.


Usai menikmati festival musik Bali Blues Festival di Nusa Dua selama dua hari, akhir pekan kemarin saya berkesempatan mengunjungi Karangasem.

Sama seperti kawasan Bali lainnya, hanya taksi atau sepeda sampai mobil sewa yang bisa digunakan untuk berkeliling. Layanan aplikasi kendaraan online memang ada, namun jarang tersedia.

Jika datang dari Jakarta, wisatawan yang mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai bisa mencapai Karangasem dengan waktu tempuh sekitar dua jam.

Meski jauh dari pusat kota, tapi wisatawan pasti tidak akan bosan dengan pemandangan alam di sepanjang perjalanan.


Ada banyak pilihan tempat menginap di Karangasem, mulai dari homestay murah, hotel menengah sampai resor mewah.

Suasana Karangasem tak jauh berbeda dengan Ubud, tenang dan teduh. Wisatawan penyuka ketenangan pasti senang bermalam di sini.

Tapi, bagi yang sudah terlanjur menginap di pusat kota, masih tetap bisa mengunjungi kawasan ini selama semalaman.

Berikut ini ialah pengalaman saya selama seharian berada di Karangasem:

09.00 - Menikmati Pagi di Desa Adat Tenganan

Terletak di Kecamatan Manggis, Desa Tenganan merupakan salah satu dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan (di Kintamani, Bali Timur) dan Panglipuran (di Bangli, Bali Timur).

Bali Aga adalah desa yang menjadi cikal bakal Bali, jauh sebelum pengaruh Kerajaan Majapahit menyebar. Penduduknya disebut keturunan Austronesia.

Jadi, penduduk Bali terbagi dalam dua keturunan, yaitu Bali Aga dan Kerajaan Majapahit, ditambah dengan beberapa suku pendatang.

Sebagai penduduk asli yang pertama kali datang, penduduk Bali Aga menempati daerah pegunungan yang subur.

Keberadaan tiga desa Bali Aga seakan menjadi penyeimbang modernitas yang terjadi di Bali. Meski demikian, keunikan desa-desa ini tetap bisa dinikmati wisatawan yang datang berkunjung.

Sebelum datang, biasanya wisatawan akan diminta berdonasi lebih dulu, yang dananya digunakan untuk membangun kehidupan desa tersebut.

Desa Panglipuran dinobatkan menjadi desa wisata. Karena sudah pernah berkunjung ke sana sebelumnya, maka saya memutuskan untuk berkunjung ke Desa Tenganan.

Saat didatangi, ternyata penduduk Desa Tenganan sedang bersiap melakukan Upacara Nusa Bersama, yaitu pemotongan kerbau, ritual adat mensyukuri berkah yang diselenggarakan setiap lima bulan sekali.

Menjamah Karangasem di Timur Pulau DewataWarga Desa Tenganan bersiap melakukan Upacara Nusa Bersama. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Para pria berkumpul di lapangan untuk memotong daging, sementara wanita dan anak-anak berkumpul di balai desa, Bale Agung, untuk memasak sayur mayur dan membuat sesajen.

Tidak jauh berbeda dengan Desa Panglipuran, Desa Tenganan juga bersuasana tenang.

Rumah-rumah adat yang mungil berjejer rapi, bentuk bangunannya hampir sama, berdinding bata merah, berlantai tanah, beratap daun rumbi dengan pintu masuk yang hanya berukuran satu orang dewasa.

Menjamah Karangasem di Timur Pulau DewataBalai desa di Desa Tenganan. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Sebagian besar penduduk Desa Tenganan bekerja sebagai petani, tapi juga telah dikenal atas keahliannya dalam menenun kain tenun janis Gringsing.

Wisatawan yang datang bisa membeli kain-kain Grinsing yang dijual penduduk di rumah, dengan harga berkisar mulai dari Rp150 ribu sampai Rp650 ribu, sesuai dengan tingkat kesulitannya.

Jangan kaget jika pertama kali datang penduduk desa terasa kurang ramah, karena mereka jarang kedatangan wisatawan.

Setidaknya, berkeliling desa menjadi pengalaman tak terlupakan, terlebih saat bertemu ayam jago yang bulunya dicat warna-warni.

11.00 - Berkunjung ke Taman Kerajaan Soekasada

Setelah berkunjung ke Desa Tenganan, saya melanjutkan perjalanan ke taman kerajaan bernama Taman Ujung Soekasada, yang berjarak hanya 15 menit.

Dulunya, taman ini dibangun oleh Raja Karangasem I Gusti Bagus Jelantik, yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Lalu menjadi milik pribadi keluarga Puri Karangasem.

Menjamah Karangasem di Timur Pulau DewataBangunan kuno taman yang masih terjaga. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Untuk dapat menikmati keindahan taman seluas 10 hektare ini, wisatawan akan diminta membeli tiket seharga Rp15 ribu per orang.

Di pintu masuk, wisatawan akan disambut dengan keindahan rangkaian bunga kertas berwarna merah keunguan yang menghiasi jembatan menuju taman utama.

Menjamah Karangasem di Timur Pulau DewataMengayuh perahu bebek dengan pemandangan seisi taman. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Tempat yang dikenal dengan nama Waterpaleis atau Istana Air pada masa Hindia Belanda ini memang menyuguhkan kolam besar dengan sebuah rumah sederhana di tengahnya, tempat tinggal keluarga raja.

Pengunjung dapat memilih menyusuri tepi kolam, naik perahu bebek, atau sekadar duduk sembari memberi makan ikan.

13.00 - Mencicip Rujak dan Es Cincau 'Daluman' Khas Bali

Meski matahari siang itu bersinar cukup terik, namun deretan pepohonan yang mengelilingi di Taman Ujung Soekasada cukup meneduhkan, sehingga membuat diri ingin beristirahat sejenak sembari mencicipi jajanan yang dijual warung sekitar.

Menu Es Daluman dan Rujak Bali cukup menggoda untuk dinikmati.

Menjamah Karangasem di Timur Pulau DewataEs Daluman. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Harga kedua jajanan ini masing-masing Rp15 ribu.

Secara rasa, Es Daluman tidak jauh berbeda dari es cincau yang dimiliki daerah lainnya, disiram gula merah dan santan kelapa.

Yang berbeda, rasa cincaunya lebih pekat.

Menjamah Karangasem di Timur Pulau DewataRujak Bali. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Sementara, untuk Rujak Bali hampir mirip dengan rujak kuah, yang potongan buahnya disiram bumbu pedas.

Sebelum memesan, mintalah kadar pedas yang sesuai.

15.00 - Bersantai di Pantai Pasir Putih

Menjelang sore, kongko di tepi pantai menjadi pilihan yang pas.

Dari Taman Ujung Soekasada, saya memilih untuk menghabiskan sore di Pantai Pasir Putih, yang berjarak hanya 20 menit.

Karena berada di timur, jangan harap untuk bisa melihat matahari tenggelam dari pantai ini. Sebaliknya, matahari terbit bisa disaksikan di pagi hari.

Pantai yang juga disebut White Sand Beach atau Virgin Beach dikenal sebagai pantai tersembunyi di Bali.

Menjamah Karangasem di Timur Pulau DewataPantai Pasir Putih. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Akses yang sulit, dengan jalan berbatu, memang membuat wisatawan umum malas mendatanginya. Tapi tidak dengan wisatawan yang gemar berpetualang.

Dari parkiran kendaraan, wisatawan bisa menggunakan jasa ojek dengan tarif Rp10 ribu per orang untuk bisa masuk ke dalam area pantai.

Medan pantai dengan perairan berwarna biru kehijauan dan ombak yang landai dibingkai secara apik oleh tebing yang menjulang.

Walau sepi wisatawan, ada banyak warung yang buka, sehingga tidak perlu takut kehausan atau kelaparan. Pilihan terbaik ialah menikmati sore sambil menyeruput Es Kelapa atau bir dingin.

17.00 - Menikmati Sate Tuna

Menjelang malam, perut mulai terasa lapar. Sebelum meninggalkan Karangasem, saya mampir ke rumah makan khas Bali bernama Warung Pencar.

Saung-saung kecilnya sudah diisi oleh wisatawan yang penasaran dengan menu Sate Tuna.

Menjamah Karangasem di Timur Pulau DewataSate Tuna. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Satu porsi Sate Tuna berisi empat tusuk dengan potongan daging yang cukup tebal. Untuk menikmatinya, bisa mencolek sate ke Sambal Matah.

Sate Tuna beserta nasi putih dan es teh manis dibanderol dengan harga Rp45 ribu.

19.00 - Kembali ke Penginapan

Setelah malam benar-benar menyelimuti, kawasan Karangasem mulai terasa sepi. Tidak ada keriaan khas Kuta, Seminyak atau Canggu di sini.

Untuk itu, memilih penginapan di pusat kota menjadi alternatif bagi yang masih ingin melanjutkan kegiatan bersenang-senang.

Tidak ada salahnya untuk “menyepi” di Karangasem selama semalam, karena Bali masih bisa dijelajah keesokan hari.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER