Jakarta, CNN Indonesia -- Alpukat, humus dan selai kacang merupakan makanan wajib bagi daftar makanan generasi milenial saat berdiet. Berbagai olahan ketiga jenis makanan ini dipamerkan di Instagram dan sering menjadi topik pembicaraan. Namun, ternyata ketiga makanan ini dianggap dapat mengubah bagaimana tubuh bereaksi pada rasa lapar.
Penelitian dari Universitas Georgia menemukan fakta baru jika makanan kaya lemak tak jenuh (polyunsaturated fats) dapat mempengaruhi hormon dan mengubah nafsu makanan seseorang.
Makanan yang dianggap dapat mengubah nafsu makanan itu adalah alpukat, quinoa, kacang chickpeas, salmon, biji chia, minyak zaitun dan kenari. Makanan ini sebelumnya sering dikaitkan dengan kemampuan orang menyelesaikan masalah lebih baik dan daya ingat yang lebih baik.
Kini para peneliti menyebutkan jika memakan makanan yang kaya lemak tak jenuh dapat mengkontribusi pada keseluruhan usaha seseorang menurunkan berat badan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui penelitian ini, mereka juga berharap mengonsumsi ini dapat mengatasi epidemi obesitas yang kini banyak diidap orang.
Dalam kesimpulan mereka, para peneliti mengamati perubahan hormon pada partisipasi yang rata-rata berumur 18 hingga 35 tahun dan memperhatikan perubahan nafsu makan mereka secara psikolog dan juga bagaimana rasa lapar dipenuhi setelah mereka menjalankan pola diet keras lemak tak jenuh.
Mereka juga meminta para partisipan untuk mengindikasi rasa lapar mereka dalam skala peringkat dan juga rasa kenyang dan berapa banyak makanan yang mereka kira dapat makan.
Mereka yang mengonsumsi banyak makanan yang mengandung lemak tak jenuh ternyata tidak selapar dan merasa lebih kenyang lebih lama dibanding mereka yang tidak menjalankan pola diet.
“Hormon selera makan memainkan peranan penting dalam melatih berapa banyak yang kita makan,” ungkap pemimpin penelitian, Jamie A. Cooper, PhD dari Universitas Georgia.
“Temuan baru ini memberitahukan kita bahwa menyantap makanan yang kaya PUFA (Polyunsaturated fats) seperti yang ditemukan di kenari, mungkin mengubah hormon selera makan sehingga kita pun bisa merasa kenyang dalam waktu lama,” tambahnya.
Namun, seperti yang dilansir
Independent UK, yang paling penting yang harus diperhatikan adalah penelitian ini dilakukan dalam skala kecil karena hanya melibatkan 26 partisipan. Perlu adanya penelitian yang lebih besar untuk meneliti hal ini lebih dalam.
Penelitian ini menunjukkan bukti jika perkembangan tubuh menjadi gemuk bukan disebabkan karena orang mengonsumsi lemak.
(sys)