Industri Pariwisata Kuba Gontai Akibat Aturan Baru Trump

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Senin, 19 Jun 2017 19:21 WIB
Kebijakan baru Trump membuat bingung para pemilik hotel, perusahaan perjalanan wisata, dan penyedia layanan booking online menuju Kuba.
Kebijakan baru Trump membuat bingung para pemilik hotel, perusahaan perjalanan wisata, dan penyedia layanan booking online menuju Kuba. (AFP PHOTO / YAMIL LAGE)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan sebagian kesepakatan yang dibuat Barack Obama dengan pemerintah Kuba, membuat industri pariwisata negara Fidel Castro gontai.

Pada Jumat (16/6) lalu, Trump mengaku heran dengan Obama yang mempermudah kerja sama perdagangan dan perjalanan wisata dengan negara yang dinilainya banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di bawah rezim Castro.

Menurut Trump, kemudahan dagang yang diberikan bagi produk Kuba menuju AS maupun dibukanya akses perjalanan wisata bagi warga AS ke Kuba hanya menguntungkan rezim pemerintahan yang berkuasa di negara tersebut.
Industri Pariwisata Kuba Gontai Akibat Aturan Baru TrumpPresiden AS Donald Trump. (REUTERS/Joshua Roberts)

Kebijakan baru Trump itu jelas membuat bingung para pemilik hotel, perusahaan perjalanan wisata, dan penyedia layanan booking online. Karena Obama telah memberikan angin segar bagi pelaku industri pariwisata Kuba dengan mengendurkan sejumlah larangan dagang maupun perjalanan sejak awal 2016 silam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagaimana mungkin kebijakan pemerintah suatu negara berubah dengan cepat?" ujar Collin Laverty, Presiden Cuba Educational Travel, yang telah menyediakan paket wisata edukasi ke Kuba dalam beberapa tahun terakhir, dikutip dari New York Times, Senin (19/6).

Di bawah aturan baru yang dibuat Trump, seorang pelancong AS tidak bisa lagi berlibur ke Kuba seorang diri. Trump hanya mengizinkan warga negaranya masuk ke negara penghasil cerutu terbaik di dunia tersebut, secara berkelompok dengan difasilitasi oleh operator perjalanan wisata yang ditunjuk negara.

Warga AS juga diharamkan bertransaksi dengan perusahaan Kuba yang dijalankan oleh militer. Di Kuba, beberapa hotel ternama dan besar justru dikelola oleh militer setempat.

Pemerintah Kuba sebenarnya menaruh harapan besar, industri pariwisatanya bisa menopang perekonomian negara sejak akses bagi wisatawan AS untuk liburan ke negara tersebut dibuka oleh presiden terdahulu Obama.


Bahkan akhir Mei lalu, Menteri Pariwisata Kuba Manuel Marrero menyebut sejumlah investor siap membangun enam hotel baru di negaranya dalam waktu 11 bulan ke depan.

Dua hotel akan beroperasi di kota Santa Clara, sementara empat hotel lainnya berdiri di kota Camajuaní, Remedios, Caibarién, dan Sagua la Grande.

"Enam proyek tersebut merupakan hotel berbintang empat yang akan dikelola oleh jaringan hotel Encanto di bawah tema besar Wisata Budaya," kata Marrero ketika itu.


Marrero berharap konstruksi enam hotel tersebut rampung sebelum pemerintah menjalankan program promosi pariwisata FIT Cuba 2018 International Tourism Fair di Inggris.

Ia memperkirakan di 2018, kunjungan wisatawan mancanegara ke Kuba akan memecahkan rekor baru jika kegiatan promosi tersebut jadi dilakukan.

Dikutip dari data Kementerian Pariwisata Kuba, sampai akhir Januari 2017 telah terjadi pertumbuhan wisatawan asing sebesar 15 persen dibandingkan Januari 2016. Sementara sepanjang tahun lalu, jumlah wisatawan asing yang liburan di Kuba mencapai 4 juta orang. Di dominasi oleh wisatawan asal Kanada dan AS.

Sebanyak 284.937 warga AS tercatat berlibur ke Kuba sepanjang tahun lalu, tumbuh 74 persen dibandingkan 2015 silam.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER