
Sensasi Naik Kereta Miring di Bukit Sulap Lubuklinggau
Senin, 10 Jul 2017 16:08 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Sumatera Selatan bukan hanya Palembang. Berjarak sekitar delapan jam perjalanan darat dari Palembang, ada Kota Lubuklinggau yang juga menarik untuk dikunjungi.
Ada banyak objek wisata alam dan sejarah yang bisa dikunjungi di Lubuklinggau. Namun, untuk bisa menikmati pemandangan ke segala penjuru kota dari ketinggian, wisatawan bisa mendatangi Taman Wisata Alam Bukit Sulap.
Bukit Sulap merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Sablat, yang menjadi ikon kota Lubuklinggau. Dari ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, matahari terbit dan terbenam bisa disaksikan dari puncaknya.
Wali Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan, Prana Putra Sohe berpromosi, mengunjungi Taman Nasional Kerinci Sablat akan menjadi pengalaman wisata yang tak terlupakan saat berada di Lubuklinggau.
“Ada dua cara untuk mencapai puncaknya, dengan mendaki selama satu jam atau menggunakan kereta miring selama 30 menit,” kata Prana, seperti yang dilansir dari Antara pada Senin (10/7).
[Gambas:Instagram]
Kereta miring, atau yang disebut inclinator, menjadi daya tarik baru bagi wisatawan yang enggan mengeluarkan keringat untuk sampai ke puncak Bukit Sulap.
Bukan seperti kereta yang berjalan di rel lurus, kereta miring memberi sensasi berjalan ke atas, sesuai dengan kemiringan medan yang dilalui.
“Kereta miring di Lubuklinggau merupakan yang terpanjang se-Indonesia,” ujar Prana.
[Gambas:Instagram]
Tarif menumpang kereta miring untuk sampai ke puncak Bukit Sulap seharga Rp10 ribu per orang.
Setelah duduk di dalamnya, wisatawan diajak berkunjung ke Pos 1 sampai Pos 4 dengan pemandangan kota Lubuklinggau beserta beberapa ikonnya, seperti Masjid Agung As Salam dan Sungai Keling.
“Setelah ada kereta miring, jalur mendaki tetap menarik. Saat mendaki, wisatawan juga bisa melihat jalur sepeda terganas di Indonesia dengan latar belakang Air Terjun Bukit Sulap,” lanjutnya.
[Gambas:Instagram]
“Bukit Sulap menjadi lebih ramai karena banyak yang ingin merasakan kereta miring. Siap-siap mengantre saat datang di musim liburan,” ujar Prana.
Wisatawan yang belum puas menikmati ‘negeri di atas awan’ dipersilakan berkemah untuk menginap. Hanya saja, petugas keamanan berhak melarang wisatawan untuk berkemah jika cuaca sedang buruk.
(ard/ard)
Ada banyak objek wisata alam dan sejarah yang bisa dikunjungi di Lubuklinggau. Namun, untuk bisa menikmati pemandangan ke segala penjuru kota dari ketinggian, wisatawan bisa mendatangi Taman Wisata Alam Bukit Sulap.
Bukit Sulap merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Sablat, yang menjadi ikon kota Lubuklinggau. Dari ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, matahari terbit dan terbenam bisa disaksikan dari puncaknya.
Wali Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan, Prana Putra Sohe berpromosi, mengunjungi Taman Nasional Kerinci Sablat akan menjadi pengalaman wisata yang tak terlupakan saat berada di Lubuklinggau.
“Ada dua cara untuk mencapai puncaknya, dengan mendaki selama satu jam atau menggunakan kereta miring selama 30 menit,” kata Prana, seperti yang dilansir dari Antara pada Senin (10/7).
[Gambas:Instagram]
Kereta miring, atau yang disebut inclinator, menjadi daya tarik baru bagi wisatawan yang enggan mengeluarkan keringat untuk sampai ke puncak Bukit Sulap.
Bukan seperti kereta yang berjalan di rel lurus, kereta miring memberi sensasi berjalan ke atas, sesuai dengan kemiringan medan yang dilalui.
“Kereta miring di Lubuklinggau merupakan yang terpanjang se-Indonesia,” ujar Prana.
[Gambas:Instagram]
Tarif menumpang kereta miring untuk sampai ke puncak Bukit Sulap seharga Rp10 ribu per orang.
Setelah duduk di dalamnya, wisatawan diajak berkunjung ke Pos 1 sampai Pos 4 dengan pemandangan kota Lubuklinggau beserta beberapa ikonnya, seperti Masjid Agung As Salam dan Sungai Keling.
“Setelah ada kereta miring, jalur mendaki tetap menarik. Saat mendaki, wisatawan juga bisa melihat jalur sepeda terganas di Indonesia dengan latar belakang Air Terjun Bukit Sulap,” lanjutnya.
[Gambas:Instagram]
“Bukit Sulap menjadi lebih ramai karena banyak yang ingin merasakan kereta miring. Siap-siap mengantre saat datang di musim liburan,” ujar Prana.
Wisatawan yang belum puas menikmati ‘negeri di atas awan’ dipersilakan berkemah untuk menginap. Hanya saja, petugas keamanan berhak melarang wisatawan untuk berkemah jika cuaca sedang buruk.
(ard/ard)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Lihat Semua
BERITA UTAMA
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK