Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus perundungan atau bully di Thamrin City menyisakan pertanyaan. Bagaimana bisa bully terjadi antara anak SD dan SMP. Mereka berbeda sekolah. Bahkan ada yang menyebut mereka yang terlibat berasal dari enam sekolah yang berbeda di Jakarta.
Pada Selasa (18/7) lalu di sela pemeriksaan terhadap sembilan pelaku di kantor Polsek Metro Tanah Abang, kuasa hukum korban dan pelaku, Adi Susanto menuturkan mereka sebenarnya teman sepermainan. Mereka tinggal di lingkungan yang sama, bahkan kalau dirunut, mereka masih saudara.
"Korban duluan yang mulai. Jadi lewat status di Facebook, korban pakai kata-kata kasar dan mengacu pada nama seseorang. Mereka ejek-ejekan," jelas Adi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelaku yang marah, lanjutnya, sebenarnya memanggil korban untuk bertemu pada Kamis (13/7), tapi korban bisa pada Jumat (14/7). Mereka kemudian bertemu di Thamrin City. Diketahui Thamrin City merupakan tempat orang tua mereka bekerja, sehingga menurutnya, anak-anak ini sudah hafal seluk beluk gedung dan mana saja tempat yang sepi.
Sejalan dengan Adi, guru Bimbingan Konseling (BK) SMPN 273 Jakarta, Sri Suwaryanti juga menuturkan, kendati mereka bersekolah di sekolah berbeda, tapi mereka tinggal di lingkungan yang sama. Anak-anak ini bahkan tergabung dalam geng "Cewek Bon Pala Punya Cerita." Mereka tergabung sejak kelas 5 SD.
"Mereka itu mainnya bareng, pernah
nginep bareng juga," tutur Titik, panggilan akrab Sri Suwaryanti, saat ditemui di SMPN 273, Kamis (20/7).
Musyawarah antar pihak dalam rangka menyikapi kasus bully yang dihadapi siswa siswi SD dan SMP ini dilakukan di SMPN 273. Anak-anak ini diminta menceritakan apa yang terjadi sebenarnya sehingga mereka terpaksa menjambak teman se-gengnya. Sama seperti yang dituturkan Adi, semua berawal dari unggahan di Facebook.
"(Mereka) ejek-ejekan di Facebook, bawa-bawa fisik, lalu bawa orang tua juga," tuturnya.
Walau nama gengnya sendiri "Cewek Bon Pala Punya Cerita," rupanya ada anak laki-laki yang jadi anggotanya. Titik tak heran dengan hal ini karena anak laki-laki ini memang punya pembawaan feminin. Saat pertemuan dengan berbagai pihak kemarin, anak-anak ini bercerita seakan tanpa beban.
"Saat dipertemukan di sini, mereka malah bercanda, sikut-sikutan '
elu sih, ye elu sih," ucap Titik menirukan.
(rah)