Bantul, CNN Indonesia --
Desa Wisata Candran di Yogyakarta punya atraksi wisata yang menarik. Selain bisa membuat pengalaman liburan menjadi seru, atraksi wisata ini juga bisa menambah pengetahuan seputar bertani. Atraksi tersebut adalah belajar bertani.
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta membuktikan keseruan atraksi ini, Senin (21/7/2017) lalu. Selain bertani, 322 mahasiswa yang didampingi dosen pembimbing juga diajarkan tentang manajemen pariwisata dan pengelolaan desa wisata bersama Ketua Desa Wisata Candran Krista Bintara dan tim desa wisata yang juga mengelola Museum Tani Jawa Indonesia.
Krista menjelaskan sejarah Desa Wisata Candran, Museum Tani Jawa Indonesia, atraksi wisata berbasis pertanian sebagai daya tarik desa wisata Candran, tata kelola tempat wisata, hingga cara mengemas atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan pada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, museum menjadi pusat kegiatan masyarakat Candran yang sadar wisata sekaligus menjadi tempat berbagi ilmu antara pemandu Desa Wisata Candran dengan wisatawan.
"Desa Wisata Candran dan Museum Tani Jawa Indonesia merupakan komponen wisata yang saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lain. Para wisatawan Eropa sangat senang dengan aktivitas pertanian dan kehidupan sehari-hari warga Candran," paparnya.
Usai mendapat penjelasan, para mahasiswa langsung terjun ke sawah dengan dipandu kru Desa Wisata Candran. Tidak hanya itu, para mahasiswa juga diajak ikut serta dalam
cooking class dan melukis gerabah.
Desa Wisata Candran merupakan desa yang masih mempertahankan keaslian tradisi dan budaya petani Jawa. Desa yang menyajikan suasana pertanian dan pedesaan yang sejuk dan indah ini masih melestarikan kegiatan ritual Jawa seperti kenduri, nyadran, dan wiwitan.
Menpar Arief Yahya mengatakan, atraksi wisata ke desa dengan berbagai aktivitas kampung, seperti menanam padi, membajak sawah, memanen, dan sejenisnya akan semakin diminati. Atraksi wisata seperti ini sulit ditemukan di negara-negara lain seperti Singapura.
"Jangankan menanam padi, membajak sawah, berdiri di atas lumpur dan pematang sawah. Mereka menyentuh tanah saja jarang. Mereka tinggal di apartemen di gedung berlantai. Karena itu, atraksi seperti itu masih punya daya pikat yang tinggi," ujarnya.
Sementara di Indonesia, hampir semua daerah punya atraksi yang bisa dikemas dengan tradisi dan budaya lokal.
"Kembangkan dan buat paket yang semakin menarik. Pasarnya ada," imbaunya.