Singkawang, CNN Indonesia -- Banyak yang mengatakan kalau mengelilingi Kalimantan Barat sama saja seperti mengelilingi Pulau Jawa. Pasalnya, Kalimantan Barat memiliki luas yang hampir sama jika kota-kota di Pulau Jawa digabungkan, yakni 146 ribu kilometer persegi, atau hampir 7,53 persen luas Indonesia.
Luasnya kawasan membuat Kalimantan Barat memiliki beragam kebudayaan. Setelah kota Pontianak, tak ada salahnya untuk berkunjung ke kabupaten Singkawang.
Singkawang ramai dikunjungi oleh turis, karena pesonannya yang disebut mirip Hong Kong versi Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebanyakan masyatakat di Singkawang merupakan keturunan China, karena dulunya Singkawang merupakan tempat tinggal para penambang emas yang hijrah dari Negara Tirai Bambu itu.
Bertandang ke Sungai Pinyuh Jika berangkat dari Pontianak, sebaiknya memulai perjalanan sejak pagi hari karena perjalanan ke Singkawang memakan waktu selama kurang lebih empat jam jika tidak macet. Dari estimasi peta digital, jarak perjalanan dari Pontianak ke Singkawang sejauh 151 kilometer.
Saya memulai perjalanan dengan mobil pada pukul 6 pagi. Baru satu jam perjalanan, kawan saya menawarkan untuk sarapan di kawasan Sungai Pinyuh.
Sungai Pinyuh sudah biasa dijadikan persinggahan bagi yang berangkat dan pulang ke Singkawang. Berada di kabupaten Mempawah, di sepanjang jalannya banyak tempat untuk memanjakan turis dalam perjalanan, seperti kedai kopi sampai toko oleh-oleh.
 Pengkang. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Warung Kopi Aneka Rasa menjadi pilihan saya. Kopi hitam dan Pengkang ditawarkan sebagai menu sarapan.
Pengkang serupa lemper yang dibakar. Jika biasanya lemper berisi daging ayam, Pengkang justru berisi ebi. Ketan yang masih hangat setelah dibakar membuat menu ini semakin nikmat.
 Jajanan yang dijual di Warung Kopi Aneka Rasa. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
“Dulu Pengkang harganya hanya Rp1.000, sekarang sudah Rp7.000. Ini makanan khas Pontianak,” kata Yani, sang seorang pengunjung.
Yanti menambahkan, Pengkang yang paling legendaris dijual di sebuah toko di Jalan Raya Peniti, Kecamatan Siantan.
Bugis di Kerajaan MempawahPerjalanan kembali berlanjut di kabupaten Mempawah. Selagi berada di sini, saya diajak mampir ke Kerajaan Mempawah, yang berada di Desa Pulau Pedalaman.
Sama seperti di kerajaan yang lain, aturan masuk ke dalam bangunan sakral ini ialah berpakaian dan berperilaku sopan.
Rugayah merupakan generasi ke 12 dari Kerajaan Panembahan Mempawah. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Sesampainya di sana, saya disambut oleh perwakilannya yang merupakan generasi ke-12, Hj. Rugayah. Telah berusia 70 tahun, ia sudah menempati Amantubillah, nama istana Kerajaan Mempawah, sejak tahun 1960.
Bangunan istana Kerajaan Mempawah didominasi warna hijau, yang dijelaskan Rugayah menandakan kesuburan. Istana ini sudah berdiri sejak tahun 1737.
“Keraton Mempawah ini menjadi salah satu bukti kehadiran etnis Bugis di Kalimantan Barat,” kata Rugayah, yang mengaku lahir di Banten sebelum hijrah ke Kalimantan Barat.
Etnis Bugis dikenal sebagai pemeluk Islam yang taat. Mereka memilih kata ‘mempawah’ yang berarti ‘aku beriman kepada Allah’.
Di ruang tengah, pengunjung dapat melihat singgasana raja dan ratu, lukisan serta foto-foto keluarga kerajaan.
 Koleksi pusaka yang masih terjaga dengan baik. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Saat masuk ke kamar utama, pengunjung dapat melihat tempat tidur milik kerajaan.
“Bangunan ini telah mengalami beberapa kali renovasi, tapi yang tak pernah diubah ialah lantainya,” ujar Rogayah.
Santap siang di Koopel TerusanBerkunjung ke Mempawah tak lengkap tanpa menikmati makanan di pinggir sungai. Salah satu restoran yang memiliki konsep demikian adalah Koopel Terusan.
 Pemandangan dari meja restoran. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Sudah berdiri lebih dari sepuluh tahun, restoran ini menyajikan menu seafood, seperti Ikan Patin Bakar, Udang Galah Asam Manis, Udang Galah Goreng, Cumi Tepung dan Sayuran Pakis.
 Menu Udang Galah. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Sebagai penemannya ialah minuman segara seperti Es Rujak dan Es Jeruk Besar. Untuk makan siang, santapan ini sangat membuat perut kenyang dan hati senang.
Perjalanan ke Singkawang berlanjut di halaman berikutnya...
Menuju Kota Sejuta KelentengDari Mempawah, hanya tinggal 1,5 jam lagi sisa perjalanan ke Singkawang.
Singkawang disebut Kota Sejuta Klenteng, karena banyaknya bangunan klenteng atau vihara sebagai tempat beribadah pemeluk agama Buddha di sana.
Sesampainya di Singkawang, vihara yang wajib dikunjungi ialah Vihara Tri Dharma Bumi Raya. Penjaga vihara tersebut sudah lumayan berumur. Mereka pun hanya bisa berbicara bahasa China. Saya sempat mencoba untuk ramalan dan permohonan.
 Penjaga Vihara Tri Dharma Bumi Raya. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Sang penjaga meminta saya mengocok kaleng yang berisikan tongkat-tongkat kayu dengan nomor sampai jatuh sendiri ke lantai.
Tongkat kayu yang telah jatuh ke lantai dianggap sebagai pilihan, lalu nomornya dicocokan dengan makna pesan dalam buku kitab yang diyakini sang penjaga.
'Nge-bakso' di Bakso 68Walau telah makan siang, tapi tak lengkap rasanya jika tak mampir ke Bakso Sapi 68 yang berada tak jauh dari vihara.
Salah satu menu yang saya nikmati adalah Sop Bakso Komplit, yang terdiri dari bakso sapi, babat sapi, tahu dan usus sapi.
Bakso daging sapi yang dijual di Bakso 68. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Pemilik rumah makan tersebut, Liu Tjan Ngiap, mengatakan kalau resep tersebut merupakan resep turun temurun sejak keluarganya berjualan di gerobak.
Sedangkan penamaan 68 sendiri berdasarkan nomor rumah toko yang keluarganya tempati.
“Nomor ini dari nomor rumah kami. Karena kami tidak bisa membaca makanya kami ikuti yang dituliskan oleh badan pajak," ujar Liu.
Bagi yang Muslim tak perlu khawatir menyantap makanan di sini, karena sudah bersertifikasi halal.
Matahari terbenam di Tanjung BajauHari sudah semakin sore dan rasanya kurang lengkap jika tak menutup hari dengan menyaksikan matahari tenggelam di pinggir pantai.
Saya lalu bergegas ke Pantai Tanjung Bajau yang berjarak sekitar 30 menit dari pusat kota Singkawang, dan searah dengan perjalanan kembali ke Pontianak.
Harga tiket masuk per orangnya sebesar Rp30 ribu. Untuk bisa menikmati matahari terbenam, mobil yang saya tumpangi harus menanjak bukit selama 15 menit.
 Matahari terbenam di Tanjung Bajau. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Titik Rindu Alam merupakan tempat terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam. Pemandangan laut luas dan perkebunan di sekitarnya bisa terlihat jelas dari sini.
Setelah matahari tenggelam, saya segera kembali ke mobil, karena jika pulang terlalu malam dari sini kondisi jalanan akan terlalu gelap.