Peserta Kompetisi Violin Nasional Ikut #VoteVideoIndonesia

advertorial | CNN Indonesia
Rabu, 06 Sep 2017 13:42 WIB
Staf Khusus Bidang Komunikasi Kementerian Pariwisata Don Kardono mengajak ratusan peserta kompetisi violin nasional.
Semarang, CNN Indonesia -- Staf Khusus Bidang Komunikasi Kementerian Pariwisata Don Kardono mengajak ratusan peserta kompetisi violin nasional 'The 3rd Semarang Open Violin Competition' untuk mendukung Indonesia. Ia melakukan sosialiasasi #VoteVideoIndonesia dalam sambutannya.

Perlu diketahui, UNWTO sedang melakukan pemilihan video promosi pariwisata terbaik. Indonesia turut berkompetisi di ajang ini. Pemenangnya dipilih berdasarkan hasil voting dari seluruh dunia melalui website UNWTO.

"Silakan buka smartphone, off-kan Wi-Fi, gunakan paket data sendiri untuk nge-vote karena 1 IP Address 1 vote, 1 handphone, 1 suara, 1 e-mail, 1 angka. Silakan masuk di indonesia.travel/vote4id. Lalu masukkan nama, e-mail, dan pilih video Wonderful Indonesia. Terakhir klik Submit," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'The 3rd Semarang Open Violin Competition' digelar Sabtu (2/9/2017) hingga Minggu (3/9/2017) di Hotel Dafam. Kompetisi musik klasik yang telah digelar ketiga kalinya ini menjadi magnet baru wisata kota Semarang. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya peserta dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, hingga Kepulauan Riau.

Kini musik klasik memang semakin digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, musik klasik menjadi hiburan bagi ekspatriat di Kota Semarang. Acara semacan ini telah menyatu dengan salah satu strategi Kemenpar dalam menjaring wisatawan mancanegara (wisman) Eropa dan Amerika.

"Tahun ini ada peningkatan wisman Eropa dan Amerika naik tajam. Mereka adalah penikmat klasik. Kita juga punya banyak Kota Lama yang bergaya arsitektur Belanda. Musik klasik akan menemukan atmosfernya," ujar Don.

Ia menambahkan, kompetisi ini sangat tepat diadakan di Kota Semarang karena adanya Kota Lama, Gedung Lawang Sewu, dan bangunan lain yang bernuansa Eropa.

"Saya tahu Pemkot Semarang sedang serius menghidupkan romantisme Kota Lama yang punya sejarah menjadi atraksi yang memikat untuk pasar Eropa," ujarnya.

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang turut menghadiri kompetisi ini mengaku akan mendukung penuh acara musik klasik seperti ini. Bahkan Pemkot Semarang bersedia memberikan tempat di Kota Lama Semarang dengan konsep outdoor.

"Kota Lama Semarang itu Little Netherland, musik klasik seperti piano dan biola sangat pas jika dimainkan di Kota Lama. Kami berharap event ini ke depannya bisa memakai Kota Lama karena ada tempat outdoor di sana. Suasana pun akan bernuansa sangat klasik Eropa sekali dengan bangunan kuno gaya klasik di sana," jelasnya.

Ita, sapaan akrab Hevearita, mengaku salut dengan Opus Nusantara yang mampu menyelanggarakan acara musik klasik bergengsi ini di Semarang. Bahkan bisa menggelara acara ini dalam waktu dua minggu dengan dua kegiatan berbeda.

"Dua minggu lalu kompetisi piano juga di Semarang, sekarang biola. Saya ingin dua event ini dikawinkan ke depannya. Saya akan mengusulkan memperebutkan Piala Walikota Semarang," tambahnya.

Direktur Opus Nusantara Nora Aprilita menjelaskan, dari 105 peserta, 90 persennya berasal dari luar kota. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bogor, Cirebon, Pekanbaru, Bintan, Batam, dan lainnya. Sisanya 10 persen dari Semarang.

"Kompetisi ke tiga ini lebih berkualitas. Tingkat keahlian bermain biola lebih profesional. Mereka benar-benar mempersiapkan diri," paparnya.

Spesialnya, ada hadiah grand prize berupa piala bergilir berbentuk biola hight class pabrikan asal Prancis dari Jerome Thibouville Lamy Workshop, Mirecourt-Prancis. Biola ini ini diproduksi tahun 1920 dan harganya mencapai ratusan juta. Hadiah ini disponsori oleh pemerhati musik klasik Dedi Sjahrir Panigoro.

"Grand prize piala bergilir atau biola berjalan selama satu tahun, hanya untuk pemenang kuara 1 kategori Adult. Karena ini biola hight class, jadi pemegangnya harus benar-benar familiar dan level advance. Bahkan dia juga berkesempatan untuk diikutkan perform soloist di Jakarta Sinfonietta Orchestra Jakarta," ujarnya.

Dedi yang juga merupakan Dewan Komisaris Medco Group mengaku bahagia dengan acara ini.

"Saya sangat gembira karena ini digelar di Semarang, tidak lagi Jakarta sentris. Harapannya bisa digelar di kota lainnya," katanya.

Selama acara berlangsung, Dedi melihat potensi anak muda semakin meningkat dan piawai dalam bermain biola. Mulai usia anak-anak sampai uisa 12 tahun dan 20 tahun sudah mahir dan menghayati musik klasik dengan biola.

"Main biola itu selain rasa juga kebutuhan iya, tak hanya bakat, tapi juga kebutuhan. Karena main biola itu seni ketrampilan yang pentinG sebagai alat untuk dia menjadi sukses berikutnya," ucapnya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER