Jakarta, CNN Indonesia -- RSPAD Gatot Soebroto Jakarta menyebutkan terapi sel terbaru yang diusungnya lewat Cell Cure Centre bekerja sama dengan Profesor Fred Fandrich, selaku Direktur Clinic of Applied Cellular Medicine, Kiel University Germany.
Selain Prof Fandrich, kerjasama juga dijalin dengan klinik terapi sel Praxisgemeinschaft fur Celltherapie yang berada di Duderstadt, sebagai tempat belajar dan pengembangan terapi sel.
Untuk mengetahui lebih jauh bentuk kerjasama ini, keduanya memberikan tanggapan yang hampir senada. Dihubungi terpisah, Prof Fandrich dan Dr Nesselhut lewat Dr Marx sebagai perwakilan memberikan jawabannya pada
CNNIndonesia.com, pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mewakili atas nama CEO Medical Consulting for Cell Therapy Dr. Nesselhut, Dr.Marx dari Praxisgemeinschaft für Zelltherapie mengungkapkan memang ada kerjasama kesepakatan antara MoD dan RSPAD. Namun, ia enggan memberi tahu lebih jauh detil kerjasama.
"Kami mesti menaati kerahasiaan ketat dari kesepakatan ini," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menganjurkan untuk bertanya lebih jauh mengenai detil kerjasama itu melalui RSPAD, baik tentang Lab Cell Cure ataupun terapi yang ditawarkan rumah sakit.
Saat ditanyai apakah ada orang Indonesia yang menjalani terapi sel di Jerman, Dr Marx mengatakan dirinya tidak diizinkan memberi data informasi mengenai pasien dan treatment yang mereka jalani.
Di Jerman, kata dia, dokter menangani pasien dari berbagai negara di dunia, sebagaimana terapi imun menunjukkan hasil positif dalam sejumlah kasus di hampir semua jenis pasien kanker padat. Caranya menggunakan terapi sel dendritik, termasuk juga penyakit
inflammatory seperti neuro-degeneratif menggunakan terapi sel regeneratif.
 Foto: Screenshot via https://www.immune-therapy.net/ |
Apakah terapi sel atau cell cure aman?
"Terapi tentu aman, tapi tergantung pada kondisi dan penyakit sebelumnya yang diderita pasien, serta pengobatan yang pernah ia jalani sebelumnya," kata Dr Marx.
Menurutnya, pengembangan dan penelitian akan bentuk baru dari pengobatan individu pasien ini tidak pernah berhenti. Temuan baru membantu meningkatkan hasil dalam mengatasi penyakit.
Tanggapan serupa Dihubungi terpisah, Prof Fred Fandrich, dari CAU University yang disebut sebagai rujukan dari RSPAD mengungkapkan sejumlah tanggapannya. Fandrich mengatakan dirinya memang pernah memberikan kuliah akan topik imunoterapi di RSPAD.
"Saya menganjurkan dr. Terawan dan timnya di RSPAD akan bagaimana menggunakan produk dari seluler ini, infusi
anti-inflammatory, dan alat detoksifikasi mengatasi penyakit kronis," ujarnya lewat surat elektronik, pekan lalu.
Terapi ini menggunakan sel darah putih autologous (bukan stem cell) yang dikembangkan untuk mengatasi penyakit kanker, autoimun dan regeneratif.
Menurut Prof Fandrich, RSPAD belum ada ada kerjasama akademik dengan Universitasnya, tapi ia mengatakan berniat memulai penelitian klinik akademik dengan RSPAD di masa mendatang.
"Sebagai contoh, saya ingin mendirikan sebuah pertukaran akademis untuk potensi penelitian klinis bersama di masa depan," tuturnya.
Sejauh pengetahuan prof Faendrich, RSPAD telah mulai mengobati pasien kanker dengan sel dendritik.
"Saya tidak mengobati pasien di Indonesia, meski dianggap ahli dalam bidangnya, saya hanya bertugas memberikan konsultasi dan saran pada RSPAD, jika dibutuhkan," ujarnya.
Apakah terapi sel aman karena dianggap masih dalam tahap penelitian?
Prof Fandrich mengatakan konsep pengobatan masih baru di Indonesia. Ia menilai pengobatan itu aman, karena ada banyak uji klinis di Eropa yang menunjukkan produk seluler autologous berdasarkan sel darah putih (disebut sel dendritik, bukan sel punca) tidak berbahaya bagi pasien.
Lebih jauh, Prof Fandrich mengungkapkan proses pengembangannya di RSPAD memenuhi standar dan guidelines Eropa. Sel-sel diproduksi dalam lingkungan laboratorium GMP dan menurut informasinya, laboratorium tersebut telah disetujui oleh Menteri Kesehatan RI.
Produk sel dendritik, kata dia, seperti produk sel dendritik (Provenge) untuk mengobati kanker prostat hormon-refractory, telah disetujui oleh FDA AS. Pengobatan ini dinilai lebih efisien dibanding kemoterapi dalam memperpanjang usia hidup pasien.
Harganya, Dendreon mematok Provenge di harga US$96,000 atau setara Rp1,2 miliar untuk pengobatan penuh, terdiri dari empat vaksin anti tumor. Prof mengaku tidak tahu harga perawatan terapi sel di Indonesia.
"Di sini, di Jerman, jenis pengobatan ini secara resmi ditawarkan pada pasien di bawah payung uji klinis, atau dari dokter yang telah memiliki lisensi dari pemerintah," ujarnya menambahkan.
(rah/asa)