Food Pairing, Mencari Pasangan Cocok Makanan-Minuman

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Selasa, 26 Sep 2017 12:17 WIB
Menyantap sajian tak melulu soal rasa. Kini orang bersantap juga memperhatikan tampilan, aroma dan tekstur makanan.
Pasangan makanan dan minuman yang tepat akan membantu membuat makanan jadi lebih enak. (Brooke Lark via StockSnap)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menyantap sajian tak melulu soal rasa. Kini orang bersantap juga memperhatikan tampilan, aroma dan tekstur makanan.

Bahkan menurut celebrity chef, Dea Vialdo, publik juga menginginkan makanan yang Instagramable alias tampak bagus saat diunggah ke akun Instagram.

"Makan itu nggak cuma lewat mulut, tapi juga mata. Looks-nya bikin bergairah makan atau tidak," katanya saat Kelas bersama Jurnalis di Baxter Smith, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dea menjelaskan, komponen-komponen seperti tampilan, aroma, tekstur serta rasa membuat pengalaman makan seakan sebuah perjalanan atau journey. Pertama, mata menangkap tampilan makanan, bagaimana koki mengatur letak makanan. Aroma ditangkap indera penciuman. Saat disantap, lidah menangkap rasa serta tekstur makanan.


"Kalau makanan nggak ada tekstur, kayak makanan bayi. Bayi aja kalau dikasih makanan enggak ada teksturnya bisa bosan, apalagi orang dewasa," ujarnya.

Kendati suatu makanan sudah diolah sedemikian rupa dan memiliki rasa yang lezat, tapi 'perjodohan' dengan minuman yang tidak tepat membuat makanan tak lagi lezat.

Dea menuturkan, saat berada di restoran, orang tak memperhatikan apa yang dipesan. Sekadar ingin kenyang atau memenuhi keinginan perut. Setelah makan, orang pun merasa makanan tidak enak.

"Makanan enggak enak itu bukan sepenuhnya salah restoran," tambahnya.

Metode food pairing di sini dimaksudkan agar konsumen bisa memesan atau mengolah makanan dan minuman yang sesuai. Jika makanan dan minuman yang tersaji 'berjodoh' maka makanan yang disantap tetap lezat didukung minuman yang pas.

Main 'Tabrak' Rasa

Kepada CNNIndonesia.com Dea mengatakan bahwa dalam food pairing konsumen bisa bermain dengan rasa atau menabrakkan dua rasa yang berbeda. Misalnya untuk makanan yang pedas biasanya berdampingan dengan minuman yang manis dan dingin. Hal ini kurang tepat. Pasalnya, rasa manis dan dingin hanya akan bertahan sementara di mulut, setelah itu rasa panas akan kembali muncul.

"Kalau pedas itu minumannya yang dairy (olahan susu) untuk 'memotong' rasa pedasnya," kata Dea.


Selain itu, makanan dengan tekstur atau rasa yang creamy jangan dipadukan dengan minuman yang creamy pula. Makanan yang creamy sebaiknya dipadukan dengan minuman dengan rasa yang segar seperti sitrus.

"Makanan kayak salad ini kalau minumannya creamy boleh," ucapnya.

Sementara itu, mixologist Baxter Smith Doni Donio menuturkan makanan dengan tekstur creamy bisa dipadukan dengan minuman dengan rasa asam dan ada efek bubbling atau soda. Makanan dengan tekstur creamy kadang sulit ditelan dan ada sedikit rasa eneg saat disantap.


"Minuman dengan kombinasi tersebut akan membuat orang yang memakannya akan ternetralisir oleh sifat kimia dari soda serta asam. Makan pun terus nikmat," tambahnya.

Doni juga mengatakan, sebelum bersantap di restoran ada baiknya memesan minuman yang mampu meningkatkan nafsu makan atau aperitif. Mungkin di Indonesia orang kurang terbiasa minum minuman alkohol sebelum menyantap hidangan utama, tapi hal ini biasa di negara Barat.

"Di luar negeri, orang sebelum makan itu minum minuman seperti port wine ini wine yang sudah didestilasi, atau bisa juga martini. Minuman aperitif bikin selera makan bertambah," katanya. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER