Jakarta, CNN Indonesia -- Gagasan akan tren fesyen ramah lingkungan atau
sustanaible fashion menjadi perhatian dunia mode saat ini. Tak terkecuali label Purana, yang sudah berkiprah di Indonesia sejak satu dekade lalu.
Dalam peragaan busana terbarunya yang diberi tajuk 'Intropical', label yang kerap populer dengan koleksi batik itu mengeluarkan koleksi busana yang dibuat dari bahan alami, serta pewarna yang juga alami.
Meski warnanya tak seberani koleksi Spring/Summer 2017, Purana kali ini memadukan bahan linen, katun dan tenun. Untuk bahan tenun, label ini menggunakan pewarna alam yang didapat dari pohon tarum, daun ketapang, mahoni, daun mangga, secang dan bixa (gallingem).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini pertama kalinya Purana menggunakan tenun dengan pewarna alam. Selain itu, kami juga menggunakan bahan-bahan yang mudah dicerna lingkungan," ungkap Nonita Respati, Creative Director Purana, jelang peragaan busana yang berlangsung di Raffles Jakarta, Ciputra World I, Jakarta Selatan, Selasa (16/1).
Pertemuan linen, katun dan tenun ini mewujud dalam 30 tampilan busana. Koleksi 'Intropical' menghadirkan jumpsuit, rok, kulot, sarong, dress dan atasan.
Bebas tapi tak asal-asalan, bisa jadi muncul di benak saat melihat koleksi Purana. Beberapa busana berpotongan asimetris seperti dress tapi terlihat manis dengan detail tali serut. Tali pada busana juga tak berkesan berlebihan, seperti aplikasi tali sebagai obi pada jumpsuit garis-garis hitam-putih.
Kancing dan tali di beberapa bagian busana tampak bukan jadi hiasan belaka. Keduanya membuat penggunanya untuk menyesuaikan ukuran busana dengan tubuh. Bahan loose atau slim fit, padu padan, semua diserahkan pada selera masing-masing.
 Purana dengan koleksi 'Intropical'. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
Seakan ingin total mengeksplorasi alam, Purana mengenakan topi dan sandal anyam pada para model. Nonita menuturkan, topi tinggi nan unik ini merupakan hasil kolaborasi bersama label Dus Duk Duk. Sedangkan untuk sandal terbuat dari rotan dan eceng gondok.
"(Kami ingin)
concern sama lingkungan dan mendukung pengurangan karbon di udara," pungkasnya.
Nonita mengungkapkan bahwa kali ini Purana berkolaborasi dengan seniman Aditya Pratama atau akrab disapa Sarkodit. Mereka pun sepakat mengambil flora fauna khas Indonesia seperti Jalak Bali, Elang Jawa, Kakatua Jambul Kuning, Cendrawasih, Sikatan Aceh, Anggrek, Daun Dadap Serep, Cempaka, dan Daun Walisongo.
"Kami ingin mengingatkan lagi ada (flora fauna) endemik yang jarang terdengar namanya. Daun Dadap Serep pun saya tahu dari ibu saya. Kami ingin gali lagi, karena sebenarnya ini bukan hal baru tapi diingatkan lagi," tutur Nonita.
Wajah flora dan fauna endemik teraplikasi pada motif jumpsuit dan sleeveless dress juga scraft. Tak hanya itu, flora dan fauna ini juga terwujud dalam aksesori seperti kalung, gelang, anting, bros dan cincin. Nuansa garis juga banyak digunakan, tapi yang paling menarik ialah aplikasi motif garis dengan teknik brush besar.
 Purana dengan koleksi 'Intropical'. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
Mendengar kata 'intropical' mungkin orang akan mengaitkan dengan kata 'tropis' dan mulai membayangkan sesuatu yang segar dan colorful, apalagi koleksi untuk musim panas dan musim semi. Namun kesan ini tak begitu tampak pada koleksi kali ini. Purana banyak menggunakan warna-warna pastel yang lebih kalem seperti kuning kunyit, oranye, merah bata, hijau gelap, gradasi coklat, hitam dan putih.
"Kami menyelipkan 6-7 look dengan warna merah, kuning, oranye untuk menyambut Chinese New Year. (Namun) cutting-nya tetap Purana," tambah Nonita beralasan.
(rah)