LAPORAN PARIS COUTURE WEEK

Adibusana Puitis dari Stephane Rolland dan Franck Sorbier

Fandi Stuerz | CNN Indonesia
Selasa, 30 Jan 2018 13:10 WIB
Dua desainer adibusana ternama, Stephane Rolland dan Franck Sorbier memberi suguhan koleksi busana mengesankan dalam gelaran Paris Couture Fashion Week 2018.
Dua desainer adibusana ternama, Stephane Rolland dan Franck Sorbier memberi suguhan koleksi busana mengesankan dalam gelaran Paris Couture Week. (Foto: Dok. Stephane Rolland)
Paris, CNN Indonesia -- Gelaran pekan peragaan adibusana, Paris Haute Couture Week pada 21-25 Januari lalu menghadirkan koleksi busana yang mengesankan. Di antara deretan desainer adibusana terkenal, nama Stephane Rolland tak bisa dilewatkan begitu saja. 

Rolland adalah seorang couturier yang karya-karyanya sangat arsitektural, yang sering kali lebih pantas dipajang di museum bersanding dengan patung-patung seni ataupun dikenakan di karpet merah daripada di jalanan.

Berlokasi di Opera Comique, peragaan busananya memberi kesempatan kepada para undangan yang hadir untuk meresapi sebuah pengalaman pertunjukan couture yang megah. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Gaun-gaun Stephane Rolland tampak begitu hidup ketika dikenakan. Diiringi musik live, mantel panjang berbahan katun lame berwarna platinum yang dipasangkan dengan kulot flanel abu-abu terlihat gemerlapan.

Berikutnya, ada gaun bersiluet trapesium berbahan sutera gazar putih dihiasi mosaik metal, serta gaun-gaun panjang yang patut dikenakan oleh perempuan-perempuan bertubuh tinggi semampai. Koleksi busana Stephane Rolland bisa dibilang karya skulptural layaknya gedung pencakar langit. Menjulang, kokoh dan menakjubkan.

Puncak dari koleksi ini adalah satu seri terdiri dari enam gaun yang diembroideri dengan perhiasan mewah karya Albert Boghossian, yang juga menandakan kerjasama mereka untuk pertama kalinya. 

Adibusana Puitis dari Stephane Rolland dan Franck SorbierFoto: Dok. Stephane Rolland



Kiprah Franck Sorbier

Di awal tahun 2000-an, ketika media fesyen dan runway menampilkan foto model dari depan, banyak desainer yang mulai merombak koreografi model dan mengatur cara mereka berjalan di runway; para model tidak lagi menari dan melenggok, namun berjalan lurus dan menatap ke depan nyaris tanpa ekspresi. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap exit dapat difoto dengan sempurna dari depan. Kekurangannya, setiap model terlihat seperti manekin polos dan kurang ekspresif.

Salah satu yang secara konsisten melawan arus pokerface para model adalah Franck Sorbier. Sorbier sering kali mengadakan sebuah show dalam arti yang sebenarnya. Para model menari dan berlalu lalang memeragakan setiap pakaian, dan hasilnya, pakaian terlihat lebih hidup dan bernyawa.


Kali ini, gaun-gaun ringan bermotif dikenakan oleh para model yang menari kegirangan dalam sebuah pesta ala 1920-an. Berlokasi di restoran dan bar di Hotel Regina, Paris, serta diiringi oleh musik yang dimainkan dengan gemuruh, show ini terasa begitu intim dan menghibur. Para model bahkan terlihat beberapa kali berinteraksi dengan para hadirin.


Franck Sorbier, tidak seperti desainer couture lainnya, tidak memiliki lini lain selain haute couture. Ia tidak memiliki lini parfum seperti Jean Paul Gaultier atau pun Viktor&Rolf, serta tidak ada lini aksesori.

Apa yang ia ciptakan merupakan bentuk seni yang puitis, tidak terkekang dengan ide-ide bisnis yang biasanya mengikuti strategi koleksi couture, dan hanya dipertunjukkan bagi jurnalis terpilih dan undangan yang kebanyakan adalah anggota Yayasan Sorbier, yayasan yang dimiliki oleh Franck Sorbier dan istrinya, Isabelle, yang didanai oleh para anggota (dan sebagai gantinya, Franck Sorbier memberikan undangan untuk menghadiri show). Sebuah show yang sangat berkesan. (rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER