Semarang, CNN Indonesia -- Pulau Jawa yang sangat padat penduduk masih bisa dijadikan tempat pilihan wisata. Kota Semarang, Jawa Tengah, merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan berbagai wisata di dalamnya.
Berada di pesisir pantai, suhu panas Semarang tak jauh berbeda dengan Jakarta. Jangan lupa membawa kaos tangan panjang atau tabir surya bila tak ingin tersengat matahari.
Semarang dilengkapi berbagai moda transportasi, mulai dari becak, angkutan kota, Trans Semarang sampai transportasi online.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turis tidak akan kesulitan menuju lokasi yang ingin dikunjungi, namun bila ingin menghemat waktu, disarankan untuk menyewa mobil beserta supir dengan kisaran harga Rp400 ribu sampai Rp500 ribu.
Berikut pengalaman saya seharian berwisata ke Semarang pada akhir pekan kemarin:
06.00 - Hutan Magrove TapakSemarang masih memiliki wisata alam yang bagus di tengah pembangunan kota. Warga Semarang yang hidup di kawasan Kelurahan Tapak melakukan budidaya tanaman mangrove sejak dulu. Walau ada beberapa tanaman yang terdampak abrasi, budidaya selalu meraka lakukan setiap tahun untuk menggantikan mangrove yang hancur.
Hutan Mangrove Tampak berada cukup jauh dari pusat Kota Semarang. Kurang lebih waktu satu jam dibutuhkan untuk menempuh perjalanan. Bila macet, perjalanan mungkin menghabiskan waktu satu setengah jam.
Untuk berkeliling kawasan, turis bisa menyewa perahu warga yang biasa digunakan untuk budidaya dan bekerja di tambak Ikan Bandeng. Biasanya warga yang memiliki perahu akan membuka harga Rp150 ribu untuk perjalanan pergi pulang, bila pandai menawar harga sewa Rp100 ribu bisa didapatkan.
 Hutan Mangrove Tapak. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Perjalanan pergi pulang keliling hutan mangrove menghabiskan waktu sekitar satu jam. Sayang pada bagian awal hutan mangrove terdapat banyak sampah dari kali yang berhilir ke hutan itu. Namun ditengah hutan, tanaman mangrove sangat padat dan bersih dari sampah.
Aliran kali yang melewati Hutan Mangrove Tampak mengarah ke laut lepas, tak jauh setelah keluar hutan terdapat tambak dan endapan pasir yang membentuk pulau kecil.
Jangan cepat menghabiskan waktu di laut lepas, turis bisa berkunjung ke tambak atas seizin orang yang memiliki tambak. Sembari bermain di tambak, turis juga bisa melihat pesawat yang mendarat di Bandara Internasional Ahmad Yani.
08.30 - Watu TuguPerjalanan wisata bisa dilanjutkan ke situs Watu Tugu atau dikenal sebagai Candi Tugu yang berada di Kelurahan Tugurejo. Hanya dibutuhkan waktu sekitar setengah jam dari Hutan Mangrove Tampak ke Candi Tugu.
Candi yang berada di puncak bukti itu bukahlah candi asli peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Candi itu merupakan replika Candi Gedong Songo yang dibangun pada tahun 1985. Candi Gedong Songo berada di Kecamatan Bandungan di lereng Gunung Ungaran.
Bangunan peninggalah sejarah adalah batu yang berada di dekat candi tersebut. Batu berbentuk lonjong dengan bagian atas yang menguncup itu kurang lebih memiliki tinggi sekitar empat meter.
 Watu Tugu. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Pada bagian bawah batu itu terdapat tulisan dengan bahasa Belanda dan aksara Jawa kuno. Dalam tulisan bahasa belanda terdapat tulisan '1938' yang menandakan bahwa watu itu dibangun tahun tahun 1938.
Meski begitu, warga sekitar masih memperdebatkan asal usul situs tersebut. Beberapa warga sekitar percaya situs itu merupakan batas antara Kerajaan Pajajaran dengan Kerajaan Majapahit dan juga digunakan sebagai batas antara Kerajaan Demak dengan Kerajaan Cirebon. Warga sekitar memperkirakan dulu kawasan itu berupa lautan, bukan bukit seperti sekarang.
Sementara, beberapa warga lain percaya situs itu merupakan lambang perdamaian antara Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Kemudian warga lain memerkirakan situs itu merupakan tempat melabuhkan perahu pada zaman kerajaan.
10.00 - Lawang SewuBelum ke Semarang kalau belum ke Lawang Sewu Sebuah bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang memiliki banyak pintu. Itu alasan bangunan ini disebut yang dalam bahasa Jawa berarti seribu pintu.
Berdasarkan keterangan yang tertera di Lawang Sewu, bagunan itu dibuat oleh Belanda pada tahun 1863. Seorang arsitek bernama Ir. P. de Rieu ditugaskan merancang dan membangun rumah penjaga dan gedung percetakan. Ia juga diminta membangun gedung utama yang difungsikan senagai kantor orang Belanda yang menjajah Indonesia.
 Lawang Sewu. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Pembangun itu tak selesai sampai tahun 1903. Sampai akhirnya Jacob K. Klinkhamer, B. J. Oedang dan C. G. Cintroen ditunjuk untuk menyelesaikan gedung utama. Mereka mulai membangun pada tahun 1904 dan baru selesai pada tahun 1907.
Setelah rampung dibangun dan difungsikan sebagai kantor, gedung utama ternyata tak memadai sehingga dibangun gedung tambahan di sisi timur pada tahun 1918. Bagunan tambahan memiliki desain bergaya Eropa yang tak jauh berbeda dengan gedung utama.
Sampai saat ini bangunan itu menjadi peninggalan sejarah di Semarang yang paling ikonik dan menjadi salah satu tempat wisata favorit. Hanya dengan Rp10 ribu turis bisa berkeliling dan mengabadikan momen di lawang sewu. Bangunan itu diajaga dengan baik dan sempat dilakukan tiga kali pemugaran, yaitu pada tahun 2009, 2011 dan 2015.
11.00 - Tugu MudaTepat di depan Lawang Sewu terdapat Tugu Muda yang dibuat untuk mengenang pahlawan gugur dalam pertempuran lima hari di Semarang. Pada Oktober 1945, warga Indonesia melawan tentara Jepang yang menelan banyak korban.
Tugu Muda yang berada di tengah persimpangan jalan raya itu dibangun tahun 1950 dan diresmikan Presiden pertama Indonesia Soekarno pada 20 Mei 1953. Kini di sekeliling tugu itu terdapat taman dan air mancur yang menghiasi.
 Tugu Muda. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Bangunan Tugu Muda dibentuk seperti lilin yang merepresentasikan kemerdekaan yang tak pernah padam. Pada pondasi tugu itu terdapat relief yang memuat kisah singkat pertempuran lima hari. Yaitu relief hongerodeem, relief pertempuran, relief penyerangan, relief koran dan relief kemenangan.
Bagunan tugu yang terletak di sengaja dibuat di persimpanan jalan yang menjadi saksi biksu pertempuran lima hari. Pertempuran terjadi di sekitar Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol, Jalan Dr. Sutomo dan Jalan Panandaran.
Di dekat tugu itu terdapat beberapa tempat penting, seperti Museum Mandala Bakti, Gereja Katedral Semarang dan rumah dinas Gubernur Jawa Tengah.
Berlanjut ke halaman berikutnya...
11.45 - Soto Bangkong Jangan melakukan perjalanan dengan perut kosong karena bisa berdampak tidak baik untuk kondisi tubuh.
Soto Bangkong yang berada di Jalan Dr Setiabudi dan Jalan Brigjen Katamso bisa menjadi pilihan santap siang. Pilihlah untuk makan di tempat yang berlokasi Jalan Brigjen Katamso karena tidak jauh dari Tugu Muda.
Menu utama Soto Bangkong adalah soto ayam seperti soto ayam kebanyakan. Ayam diasjikan dengan kuah, bihun, kol, tomat dan jeruk nipis. Soto bisa disajikan satu mangkuk dengan nasi atau terpisah.
 Soto Bangkong. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Rasa soto ayam sangat pas, tanpa kurang dan tanpa lebih. Namun soto bisa diberi tambahan garam atau sambel sesua kebutuhan.
Harga semangkuk soto dibanderol Rp15 ribu dan seporsi nasi seharga Rp4.000. Soto Bangkong juga menyuguhkan lauk Sate Ayam dengan harga Rp4.000 per tusuk, Sate Usus dengan harga Rp4.000 per tusuk dan Sate Tempe dengan harga Rp3.000 per tusuk.
Selain Soto Ayam, menu makanan lain adalah Ayam Goreng.
13.15 - Kampung Pelangi Setelah perut terisi, wisata berlanjut ke Kampung Pelangi yang terletak di Jalan DR. Sutomo. Melihat paduan warna warni terasa tepat setelah melihat bangunan tua dengan satu warna yang membosankan.
Kampung Pelangi di Semarang mulai menarik perhatian turis setelah viral di media sosial. Banyak turis yang datang untuk foto di sudut-sudut yang menarik.
 Kampung Pelangi. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Pemerintah Kota Semarang serius membangun Kampung Pelangi sebagai tempat wisata. Kurang lebih pemerintah mengeluarkan uang sebanyak Rp3 miliar untuk mengecat sekitar 325 rumah.
Tepat di depan Kampung Pelangi terdapat food court dan toko penjual bunga. Turis tak perlu jauh-jauh bila merasa haus atau lapar ketika berburu foto di Kampung Pelangi.
Tak hanya ramai di Indonesia, Kampung Pelangi Semarang sempat dibahas media internasional.
14.15 - Pecinan SemarangWalau berada di tengah Jawa, Semarang sangat kental dengan budaya Tionghoa. Kawasan Pecinan Semarang menjadi salah satu bukti bahwa terdapat banyak warga keturunan Tionghoa di Semarang.
Pecinan terbentuk berawal dari pembantaian orang-orang keturunan Tionghoa di Batavia (saat ini Jakarta) oleh Belanda pada tahun 1740. Banyak orang Tionghoa yang melarikan diri ke berbagai daerah lewat laut ke arah Timur melalui jalur Pantai Utara. Sampailah mereka di Semarang.
Mengutip buku 'Kota Semarang dalam Kenangan' karya Jongkie Tio, warga keturunan Tionghoa dari Jakarta kemudian menghimpun pelatihan silat. Misinya melawan Belanda. Mereka pun dibantu salah satu pesilat asal Semarang yang bernama Sing Seh.
 Pecinan, Semarang. (Foto: CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Dipimpin Sing Seh, mereka berhasil mengalahkan Belanda pada tahun 1741. Belanda sampai kebakaran jenggot, harus meminta bantuan ke Batavia dari Semarang.
Dua tahun kemudian, Belanda balas menyerang. Warga keturunan Tionghoa pun kembali ditumpas Belanda pada tahun 1743. Mereka yang selamat melarikan diri ke pedalaman, bergabung dengan Pangeran Trunojoyo di Kartausura untuk bersama melawan Belanda.
Sebagian lainnya yang menjadi minoritas, didesak tinggal di sebuah kawasan yang kelak disebut Pecinan. Belanda sampai mendirikan tangsi untuk membatasi Pecinan sekaligus mengamankan areanya.
"Didirikan satu tangsi militer Belanda di Jalan Jurnatan, yang dihuni oleh tentara dari berbagai negara yang direkrut oleh penguasa Belanda. Tangsi itu dinamakan De Werttenbergse Kazerne," kata budayawan Jongkie Tio.
Kini, bangunan itu menjadi Gedung Pertokoan Semarang Plaza.
Pecinan yang 'disediakan' Belanda untuk warga keturunan Tionghoa itu berlokasi sama dengan yang sekarang. Di kawasan Wot Gandul, Beteng, Gang Pinggir dan Kalikoping.
Ada alasan cerdik mengapa kawasan itu dipilih. Di sebelah Utara, terdapat Kali Wot Gandul yang mengalir ke Kali Semarang yang dekat dengan laut. Penghuni Pecinan seakan didesak sampai ke ujung daratan. Di sebelah Selatannya, ada perbukitan.
Bukit dan laut itu, seperti tangsi yang dibandung di sisi lainnya, seakan menjadi pagar yang mengurung mereka. Namun alih-alih menjadi pagar, Kali Wot Gandul malah memberikan keuntungan bagi warga keturunan Tionghoa. Mereka mengembangkan usaha judi yang berhasil menarik perhatian pendagang dari berbagai daerah ketika singgah di daerah Kali Semarang.
Bukan hanya berdampak positif terhadap ekonomi, kali dan gunung yang mengapit Pecinan Semarang memiliki fengsui yang baik. Menurut Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Harjanto Halim kali dan bukit itu meprepresentasikan rezeki.
"Kawasan Pecinan di daerah lain biasanya [punya] salah satu saja, antara gunung dan laut. Jakarta dan Surabaya hanya laut, Bandung hanya gunung," kata Harjanto. Pecinan Semarang unik karena memiliki dan diapit oleh keduanya.
 Pasar Imlek Semawis, Semarang. (Foto: CNN Indonesia/M Andika Putra) |
Hingga saat ini, kata Harjanto, rejeki masih datang untuk Pecinan Semarang. Toko tradisional dan pasar yang berada di kawasan itu masih laris di zaman yang sudah modern.
Kawasan itu juga tak pernah sepi dari turis dalam maupun luar negeri. Banyak turis yang memuji Pecinan Semarang lebih terasa dibanding Pecinan di Singapura atau Malaysia.
Di kawasan ini terdapat sembilan kelenteng, beberapa diantaranya merupakan kelenteng tua yang dibangun sejak dulu. Selain itu, pada kawasan ini juga terdapat masjid karena tak semua warga yang tinggal keturuan Tionghoa. Pecinan Semarang menjadi salah satu bukti persatuan dalam perbedaan.
16.00 - Resto SemarangJalan kaki keliling Pecinan membuat terasa haus. Restoran Semarang yang berada di Jalan Gadjahmada menjadi pilihan untuk melepas dahaga dan memakan camilan.
Interior Restoran Semarang didesain dengan gaya Jawa zaman dulu yang dipadukan dengan sentuhan Tionghoa dan Belanda. Pemilik Retoran Semarang, Jongkie Tio, sengaja melakukan itu karena Semarang memiliki cerita dengan Tionghoa dan Belanda.
Bukan hanya desan interior, perpaduan Jawa, Tionghoa dan Belanda juga diimplementasikan pada menu makanan dan minuman. Ide itu muncul dari pikiran Jongkie yang kemudian dieksekusi oleh istrinya. Seperti Bestik Jawa Pendrikan, Bakmi Jawa Kampung dan Semarang Special Salad untuk makanan berat.
 Suasana restoran di Semarang. (Foto: CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Kemudian Hollandse Croquette dan Siomai Gulungan untuk makanan ringan.
"Kalau untuk minuman yang paduan itu ada Es Hopjes. Itu minuman terbuat dari kopi, susu, gula jawa, madu dan ada beberapa racikan lain," kata Jongkie.
Harga makanan berat berkisar Rp25 ribu sampai Rp35 ribu dan untuk makanan ringan berkisar Rp7.000 sampai Rp18 ribu. Sedangkan minuman berkisar Rp7.000 sampai Rp23 ribu.
Setiap hari kamis, Restoran Semarang menampilkan musisi keroncong yang berusia 50 tahun ke atas. Selain itu juga terdapat foto-foto Kota Semarang zaman dulu yang bisa dinikmati.
17.00 - Klenteng Sam Poo Kong
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikunjungi orang Tionghoa. Legenda kunjungan Laksmana San Poo Tay Djien atau yang dikenal dengan nama populer Cheng Ho, di Semarang, Jawa Tengah, merupakan salah satu yang paling terkenal.
Klenteng Sam Poo Kong yang berdiri tegak di kawasan Bukit Simongan menjadi saksi bisu penjelajahan Cheng Ho di Indonesia.
Bangunan yang kini dijadikan tempat ibadah pemeluk Tridharma (Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme) itu berada di kawasan yang awalnya menjadi tempat berteduh Cheng Ho saat harus "terpaksa" berlabuh pada tahun 1416, karena juru mudi kapalnya, Ong Keng Hong, sedang sakit keras.
"Saat berlabuh, Cheng Ho sempat merawat Ong Keng Hong bersama awak kapal lainnya. Namun, Cheng Ho terpaksa meinggalkan Ong Keng Hong karena harus melanjutkan perjalanan," kata Ketua Yayasan Sam Poo Kong, Chandra Budi Atmaja.
Kondisi Ong Keng Hong bersangsur membaik setelah dirawat oleh beberapa awak kapal yang menetap bersama warga Bukit Simongan.
 Klenteng Sam Poo Kong, Semarang. (Foto: CNN Indonesia/M Andika Putra) |
Baik Cheng Ho, Ong Keng Hong, dan sebagian awak kapalnya beragama Islam. Setelah membaik, Ong Keng Hong dan awak kapal lainnya mulai menyebarkan agama Islam. Mereka juga selalu menceritakan sosok Cheng Ho yang berani serta bijaksana.
Perkataan Ong Keng Hong tentang Cheng Ho direspons positif oleh warga sekitar. Bersama-sama, mereka membuat simbol penghormatan untuk Cheng Ho di salah satu gua yang disebut Gedung Batu. Simbol tersebut lalu disempurnakan menjadi Klenteng Sam Poo Kong.
Walau menjadi tempat ibadah umat Tridharma, namun banyak umat Islam Kejawen yang masih sering datang untuk melakukan ziarah ke makam Ong Keng Hong serta turis yang datang untuk wisata sejarah.
19.00 - Sate Pak Kempleng Pukul 19:00 mungkin waktu yang terlalu tepat untuk makan malam, tapi itu waktu yang pas bila ingin makan di Sate Pak Kempleng yang terletak cukup jauh dari pusat Kota Semarang. Sate Pak Kempleng terletak di Jalan Diponegoro yang menghabiskan waktu sekitar satu jam dari pusat Kota Semarang.
Sate Pak Kempleng hanya menyajikan sate sapi, sate paru sapi dan sate tetelan sapi. Pembeli bisa mengombinasikan sate dalam satu porsi yang berisikan 10 tusuk, jangan takut kekurangan karena potongan daging pada setiap tusuk cukup besar dibanding sate lain.
 Sate Pak Kempleng, Semarang. (Foto: CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Seporsi sate dibanderol dengan harga Rp55.000, sedangkan satu porsi nasi dibanderol dengan harga Rp5.000. Seporsi sate dan seporsi nasi rasanya sudah cukup untuk mengisi perut yang kosong.
Sate disajikan terpisah dari bumbu kacang, bumbu kecap dan sambal. Pembeli bisa memakai bumbu tersebut sesuai keinginan dan selera.
Sate sapi dan paru terasa manis tanpa bumbu, itu memang rasa khas dari toko sate yang berdiri sejak tahun 1960 ini. Daging dan paru yang disajikan pun sangat empuk, mereka benar-benar pandai memasak sate dengan tingkat kematangan yang tepat.
21.00 - Simpang Lima
Menutup perjalanan di Simpang Lima Semarang bisa menjadi pilihan. Tempat ini merupakan pusat Kota Semarang yang dekat dengan kantor pemerintah dan tempat hiburan.
Di dalam Simpang Lima terdapat lapangan yang biasa digunakan oleh warga semarang untuk berolrahraga. Sementara di sekeliling Simpang Lima terdapat makanan kaki lima dengan berbagai pilihan.
Tahu gimbal adalah salah satu makanan yang paling banyak di sekitar Simpang Lima. Seporsi tahu gimbal dibanderol dengan harga Rp20 ribu sampai Rp 25 ribu.
Tahu gimbal merupakan tahu goreng yang disajikan dengan telur kukur, kulit lumpia, udang, kol dan lontong. Semua itu disiram dengan bumbu kacang dan sambal. Sambal bisa diatur sesuai selera.
Pada Simpang Lima juga terdapat sepeda sewa dan sepeda dengan bentuk mobil dan beberapa bentuk lain. Sepeda itu dihiasi dengan lampu yang menyala warna-warni yang tak jauh berbeda dengan sepeda di Alun-Alun Yogyakarta.
 Tahu gimbal, Semarang. (Foto: CNN Indonesia/M. Andika Putra) |