Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia adalah salah satu negara tropis terbesar di dunia, karena memiliki lebih dari 130 juta hektare hutan dan 100 gunung. Tak heran jika kegiatan mendaki gunung menjadi salah satu kegiatan wisata yang paling diminati di Indonesia.
Sayangnya, maraknya kegiatan pendakian tak diiringi dengan kesadaran akan keselamatan dan menjaga kelestarian alam. Akibatnya, banyak kasus kecelakaan yang terjadi, ditambah dengan berita mengenai tumpukkan sampah di puncak gunung.
Hal tersebut menjadi perhatian bagi pegiat kegiatan luar ruangan sekaligus pembawa acara televisi, Jessica Katharina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan kelahiran Bali tahun 1996 ini mengatakan bahwa persiapan adalah kunci keberhasilan dari pendakian, meski alam juga bisa berkehendak lain.
"Banyak orang yang beranggapan kalau naik gunung itu mudah, padahal itu sama sekali salah. Anggapan itu muncul karena informasi di media sosial yang kurang lengkap. Belum lagi masalah buang sampah sembarang yang menurut saya itu kebiasaan buruk dan seharusnya gak dibawa ke alam," ujar Jessica saar diwawancara oleh
CNNIndonesia.com, di Jakarta, pada Rabu (28/2).
Perempuan yang berencana melakukan kegiatan pendakian ke tujuh gunung tertinggi di Indonesia pada pertengahan tahun ini menambahkan, persiapan yang paling utama dalam pendakian adalah latihan fisik dan riset.
"Banyak saat ini pendaki yang saya sebut pendaki karbitan, karena pada dasarnya mereka belum siap. Menurut mereka gunung adalah tempat wisata yang mudah dan murah, belum lagi mereka sering hanya membawa makanan instan. Padahal gizi itu adalah salah satu yang harus diperhatikan. Perlu diingat, mendaki gunung-gunung di Indonesia membutuhkan stamina yang kuat," kata Jessica.
[Gambas:Instagram]Enggan pinjamkan sepatu dan tasTerkait banyaknya aktivitas di luar ruangan yang digelutinya, menurutnya ada dua hal yang tidak bisa dipisahkan, yakni sepatu dan tas. Baginya, dua barang tersebut sangat personal. Ia pun enggan meminjamkan dua barang itu kepada orang lain.
Enggan dibilang pelit, Jessica beralasan kalau tas dan sepatu memiliki pengaturan tersendiri di masing-masing orang. Alas sepatu bakal mengikuti telapak kaki sang empunya. Sementara tas bakal mengikuti lekuk punggung sang empunya, begitu kira-kira penjelasannya.
"Saran saya jangan ragu untuk bertanya atau konsultasi dengan penjaga toko mengenai barang yang penting dimiliki untuk menunjang kegiatan. Selain itu bisa tanya juga ke orang yang sering melakukan kegiatan tersebut," tutur perempuan yang menjadi duta Eiger ini.
Jessica menyarankan agar berat bawaan di tas tidak melebihi 1/3 dari berat badan, karena itu adalah standar beban yang diajurkan untuk para pendaki.
Kemudian, ia menambahkan, barang-barang yang berat bisa ditempelkan ke punggung agar bebannya tidak menyebar sehingga perjalanan menjadi nyaman.
Tetap perempuanSelain mendaki gunung, Jessica juga hobi melakukan kegiatan petualangan ekstrem lainnya seperti diving, panjat tebing, dan off-road.
Baginya kegiatan yang identik dilakukan oleh kaum pria itu mengajarkan dirinya untuk tidak mudah menyerah dan bertanggungjawab.
Sebagai perempuan, Jessica tak menampik bahwa bisa tampil menawan dalam setiap suasana adalah keinginan sebagian besar wanita.
Itu sebabnya, ia selalu mempersiapkan berbagai produk kesehatan dan kecantikan saat melakukan hobinya itu.
"Perempuan banyak yang takut kulitnya menghitam saat berkegiatan di luar ruangan, seperti mendaki atau menyelam. Padahal semua itu kan udah ada solusinya, misalnya menggunakan krim tabir surya sebelum melakukan kegiatannya," pungkas Jessica.
[Gambas:Instagram] (ard)