Jakarta, CNN Indonesia -- Menyesap kopi bagi sebagian orang menjadi ritual pagi yang tak boleh dilewatkan. Ada yang beranggapan bahwa kopi apapun itu dapat menemani mereka, tapi ada pula yang mencari kopi spesialti. Apa itu
kopi spesialti?
Kopi spesialti atau
speciality coffee adalah kopi dengan kualitas baik. Kualitas ini dinilai bukan berdasarkan komentar penggemar kopi tapi dinilai oleh seorang Q Grader bersertifikat. Q Grader adalah titel yang diberikan pada orang yang telah melewati serangkaian tes dan layak menyematkan 'gelar'
speciality pada suatu jenis kopi.
Setra Yuhana, pembina Asosiasi Kopi Spesialti Indonesia atau
Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) menjelaskan Q Grader akan memastikan suatu jenis kopi adalah kopi spesialti lewat empat indikator atau penilaian. Lewat
cupping test, Q Grader menilai lewat aroma kopi dalam bentuk bubuk, kopi diseduh, rasa setelah kopi diseduh serta rasa yang ditinggalkan setelah kopi dicicipi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk kualifikasi, ada dua tapi sebenarnya sama. Nilai 80-85 itu
speciality, 85-95
top speciality, di atas itu disebut
top of the top. Ada juga istilahnya
speciality,
excellent dan yang nilainya tinggi (kualitifkasinya)
outstanding," jelas Setra saat ditemui di sela diskusi dan peluncuran buku di gedung Kemenko Bidang Perekonomian, Kamis (26/4).
Lebih lanjut lagi, Setra mengatakan bahwa nilai di bawah 80 disebut kopi premium. Keberadaan kopi spesialti bukan hanya bagi mereka yang mencintai kopi dengan kualitas terbaik tapi juga bagi mereka yang menjalankan usaha kedai kopi.
Menurut Setra, kopi spesialti digunakan sebagai campuran untuk
house blend. Campuran sedikit saja kopi spesialti dapat menberikan aroma dan rasa berbeda pada sajian kopi ramuan sendiri yang umumnya menggunakan kopi premium sebagai
base atau dasar.
Semakin tinggi nilainya, maka harga jual kopi atau biji kopi akan semakin tinggi. Setra menjabarkan penikmat kopi spesialti rela merogoh kocek lumayan dalam demi secangkir kopi dengan kualitas yang terbukti baik. Sayangnya, masyarakat Indonesia kurang teredukasi tentang kopi jenis ini.
"Masyarakat saat ini menikmati kopi di bawah premium," katanya.
Ia mengatakan demikian karena hasil cupping memiliki nilai di bawah premium atau 70 ke bawah, walau ada yang berani bilang bahwa kopi yang disajikan adalah kopi premium. Sebenarnya di Indonesia lembaga Pusat Penelitian Kokoa dan Kopi (Puslitkoka) Jember, Jawa Timur menyediakan fasilitas untuk
cupping resmi.
"Dulu pada 2012, kita sempat sampai nilai 90, itu untuk jenis
Java Preanger. Belum lama ini nilai 88 untuk Andungsari atau Lini S. 88 itu sudah bagus," ujarnya.
Menurut Setra, perlu ada akselerasi edukasi bagi konsumen baik dari yayasan lembaga konsumen maupun dari pemerintah. Ia ingin masyarakat dapat menikmati kopi spesialti yang sebenarnya.
"Supaya masyarakat tidak tertipu. Kami dari SCAI mengedukasi lewat festival, lomba lelang. Beberapa jenis kopi spesialti dari Indonesia itu ada
java preanger, toraja, mandeling, bajawa," imbuhnya.
(rah)