Jakarta, CNN Indonesia -- Racun kalajengking mendadak jadi pusat perhatian karena sempat disebut-sebut oleh Presiden Jokowi sebagai salah satu komoditas berharga tinggi di pasaran.
Dia menyebut bahwa hal ini menjadi peluang bisnis untuk masyarakat.
Hanya saja tak cuma menjadi salah satu jenis cairan termahal di dunia, nyatanya menurut penelitian, racun kalajengking bisa menjadi obat beberapa penyakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut penelitian yang dipimpin oleh Christine Beeton di Baylor College of Medicine mengungkapkan adanya kemungkinan untuk mengobati penyakit rheumatoid arthritis dengan racun kalajengking.
Studi ini dipublikasikan di Journal of Farmacology and Experimental Therapeutics.
"Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun," kata Beeton, dikutip dari
Science Daily. Penyakit ini dikenal juga dengan nama rematik.
"Ketika penyakit ini mulai berkembang dan bergerak menuju sendi, mereka akan menghasilkan senyawa yang merusak persendian dan memicu sel imun sehingga menyebabkan peradangan akibat rasa sakit."
Penyakit ini sebabkan oleh adanya sel yang disebut dengan fibroblast like synoviocytes (FLS).
Dalam penelitiannya, Beeton mengungkapkan bahwa pada penyebab berkembangnya penyakit ini disebabkan karena saluran kalium mengalir bebas keluar masuk dari sel.
"Kami ingin memblokir saluran tersebut untuk menghentikan sel yang merusak persendian," katanya.
Untuk melakukannya, peneliti menggunakan komponen racun kalajengking iberiotoxin yang diklaim bisa menghambat saluran FLS tanpa mempengaruhi sistem saraf.
Mengutip
AJC, mereka menguji racun kalajengking pada tikus yang mengalami masalah radang sendi. Tikus itu disuntik dengan iberiotoxin. Hasilnya, racun tersebut dapat menghentikan perkembangan penyakit.
"Sangat menarik melihat bahwa iberiotoxin hanya berpengaruh untuk saluran kalium di FLS dan tidak memengaruhi saluran lain."
Hasil penelitian ini belum diuji coba pada manusia, namun mereka mereka berencana untuk melakukannya.
"Kami pikir komponen racun ini, iberiotoxin bisa menjadi dasar untuk mengembangkan pengobatan rheumatoid arthritis di masa depan."
(chs)