Jakarta, CNN Indonesia -- Empat tahun sudah berlalu sejak kemunculan tantangan
ice bucket challenge. Kini giliran sebuah tantangan baru yang mendominasi dunia maya,
lemon face challenge.Berbeda dengan
ice bucket challenge, lemon face challenge ini menantang orang-orang untuk makan lemon asam dan mengekspresikan rasanya lewat wajah. Tantangan ini sebenarnya sudah tak asing lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, Anda pasti sudah kerap melihat reaksi dan ekspresi bayi-bayi lucu saat mencicipi irisan lemon untuk pertama kalinya. Ada yang mengerenyitkan dahi, membuka mulut lalu tertawa geli.
Hal itu jugalah yang harus dilakukan untuk menjadi bagian dari penantang
lemon face challenge.
Tren ini dimulai dan menjadi viral gara-gara seorang anak perempuan berusia 11 tahun dari Alabama, Aubreigh Nicholas.
Nicholas sendiri menginisiasi tantangan makan lemon ini untuk membantu penderita penyakit
Diffuse Instrinsic Pontine Glioma (DIPG) mendapat perawatan. Meski berbeda challenge, namun
ice bucket challenge dan
lemon face challenge memiliki tujuan sosial yang sama, yaitu untuk pengobatan dan penelitian penyakit.
Nicholas sendiri juga merupakan anak yang didiagnosa DIPG sejak September 2017 lalu.
Lewat tantangan lemon face ini, Nicholas berharap bisa mengumpulkan donasi yang sama atau lebih banyak dibanding ice bucket challenge.
Mengutip berbagai sumber, sampai bulan September tahun lalu, lembaga amal Aubreigh, Aubreigh's Army sudah mengumpulkan donasi setidaknya US$40 ribu atau sekitar Rp556,7 juta.
DIPGDIPG adalah
Diffuse Instrinsic Pontine Glioma dan sering disebut sebagai glioma pontine.
Penyakit ini merupakan tipe tumor otak agresif yang menyerang jaringan otak paling halus dan yang mengontrol fungsi penting di tubuh.
DIPG sendiri berada di area pons (tengah) jaringan otak sehingga sangat sulit diobati, termasuk lewat operasi.
Penyakit yang secara eksklusif menyerang anak-anak usia 9-11 tahun ini akan memengaruhi kemampuan tubuh sering dengan pertumbuhan tumornya. Beberapa fungsi yang akan menurun karena serangan DIPG adalah penglihatan, kemampuan makan, menelan, jalan, sampai bernapas.
Selain itu, penderita DIPG juga 'divonis' memiliki tingkat bertahan hidup yang sangat kecil, yaitu di bawah satu persen.
(chs)