HARI THALASSEMIA SEDUNIA

Dhona Rifana, Berjuang Hadapi Thalassemia dan Transfusi Darah

Puput Tripeni Juniman | CNN Indonesia
Selasa, 08 Mei 2018 12:38 WIB
Menderita thalassemia, Dhona Rifana mesti menjalani transfusi darah sekali dalam dua pekan agar dapat bertahan hidup.
Menderita thalassemia, Dhona Rifana mesti menjalani transfusi darah sekali dalam dua pekan agar dapat bertahan hidup. (Foto: CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah lebih dari 30 tahun Dhona Rifana berkawan dengan transfusi darah karena menderita thalassemia. Setiap sekali dalam dua pekan pria berusia 36 tahun itu mesti ke rumah sakit menerima donor darah agar dapat menyambung nyawa. Dia masih harus terus bolak-balik rumah sakit untuk mendapatkan transfusi darah itu sepanjang hidupnya.

Sebagai penderita thalassemia mayor, Dhona memang harus rutin melakukan transfusi darah karena bawaan kelainan sel darah merah dalam tubuhnya. Sel darah merah penderita thalassemia tidak memiliki protein sehingga sel darah yang bulat mudah pecah. Akibatnya, darah yang berperan penting bagi sistem tubuh justru dapat mengganggu organ tubuh lain dan membuat kesehatan melemah.

Dhona mendapatkan gen thalassemia mayor dari kedua orang tuanya yang membawa sifat thalassemia. Penyakit thalassemia memang merupakan penyakit keturunan dari orang tua. Penyakit ini tidak menular.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kedua orang tua saya punya, tapi kalau dilihat ibu lebih besar, karena dua keponakan dan sepupu saya juga menderita Thalassemia," kata Dhona saat berbincang dengan media di Kementerian Kesehatan dalam rangka Hari Thalassemia Sedunia yang diperingati setiap 8 Mei.

Dhona bercerita gejala thalassemia mulai terlihat saat dia berusia empat tahun. Ketika itu, tubuhnya mengalami panas tinggi, lemas, pucat, dan mual. Setelah dirujuk kebeberapa dokter barulah diketahui Dhona menderita thalassemia mayor yang mengharuskannya transfusi darah secara rutin.

Namun, transfusi darah tak lantas menyelesaikan masalah. Transfusi darah membuat zat besi dalam tubuh penderita thalassemia mengalami penumpukan zat besi di seluruh organ tubuh seperti kulit, jantung, hati, kelenjar dan lainnya.

Ini pula alasan yang membuat kulit Dhona lebih hitam karena terdapat penumpukan zat besi. Apabila dibiarkan, zat besi ini dapat memicu komplikasi penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, liver, tuberculosis, dan sebagainya.


Agar hal itu tak terjadi, Dhona mesti mengonsumsi obat untuk membuang zat besi dalam tubuh atau dikenal dengan terapi kelasi besi. Saat ini, tersedia beberapa jenis obat kelasi besi seperti kapsul dan suntik. Dhona menggunakan metode suntik.

"Saya metode suntik karena yang lain efek sampingnya mual dan lemas sekali," ujar Dhona.

Metode suntik ini mengharuskan Dhona menahan rasa sakit dengan menyuntik bagian perutnya selama 12 jam setiap lima hari dari seminggu. Nantinya, zat besi bakal dikeluarkan oleh tubuh melalui urine. Dhona mengaku obat ini lebih berat dari transfusi darah.

"Di thalassemia itu yang terberat bukan transfusi darah, tapi terapi kelasi besi," ucap Dhona.

Kedisiplinan Dhona transfusi darah dan terapi kelasi besi membuatnya mampu bertahan hingga saat ini. Padahal, pada tahun 1990-an saat Dhona sudah menjalani pengobatan thalassemia, usia harapan hidup penderita thalassemia hanya 17 tahun saja.

Semua biaya pengobatan Dhona dan penderita thalassemia lainnya kini ditanggung oleh pemerintah melalui BPJS Kesehatan.


Meski berkawan dengan transfusi darah, terapi kelasi besi dan rumah sakit, bukan berarti Dhona tak bisa berkegiatan dan bersosialisasi. Ia masih bisa bersekolah dan mendapatkan gelar sarjana. Kini, dia sibuk mengurus usaha impor yang dibangunnya.

"Tidak ada perbedaan dengan orang normal. Saya masih bisa sekolah sampai sarjana dan dapat pekerjaan," kata Dhona.

Meski sedikit ketakutan, Dhona juga memberanikan diri untuk membina rumah tangga. Kini, dia sudah memiliki dua orang putri.

"Susah memang dapat pasangan karena setiap berkenalan harus menjelaskan thalassemia itu apa dan meyakinkan untuk skrining dan pemeriksaan," tutur Dhona.

Kedua anak Dhona membawa sifat thalassemia, walaupun bukan mayor. Kepada anak-anaknya, Dhona berpesan agar dapat memutus mata rantai Thalassemia.

"Karena yang bisa memutus mata rantai itu ya dari kita sendiri, jadi saya pesan ke anak-anak supaya bisa dijaga," ujar Dhona. (rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER