Jakarta, CNN Indonesia -- Bulan Ramadan bukan berarti kegiatan wisata harus ditunda. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan, mulai dari tradisi ngabuburit, safari masjid sampai ziarah.
Ketua Tim Percepatan Wisata Sejarah, Religi, Tradisi dan Seni Budaya Kementerian Pariwisata, Tetty Ariyanto, secara spesifik mengupas tentang potensi wisata ziarah.
Dijelaskannya wisata ziarah secara sederhana dipahami sebagai kegiatan mengunjungi tempat-tempat sakral yang terkait dengan agama dan kepercayaan tertentu, dengan motivasi untuk meningkatkan nilai-nilai spiritual, dan untuk mendapatkan pengalaman budaya dan tradisi religi setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempat-tempat sakral di sini, Tetty melanjutkan, bisa berupa bangunan ibadah, situs dan monumen, serta tempat penyelenggaraan kegiatan agama tertentu.
"Berkembangnya wisata ziarah akan terlihat jelas dari jumlah kunjungan wisatawan atau peziarah ke suatu destinasi. Kedatangan wisatawan tersebut akan memberikan dampak yang cukup besar tidak hanya bagi para pelaku pariwisata, tetapi juga bagi komunitas setempat," ujar Tetty kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi via telpon pada Rabu (16/5).
Salah satu paket andalan wisata ziarah umat muslim di Indonesia adalah tempat-tempat yang berhubungan dengan Walisongo.
Menurut Tetty pada tahun 2014 destinasi wisata ziarah Walisongo menyedot minat 12,2 juta wisatawan. Sebanyak 3.000 diantaranya adalah wisatawan mancanegara (wisman).
"Diperkirakan perputaran uang di destinasi wisata ziarah Walisongo tersebut mencapai Rp3,6 triliun untuk tahun 2014 saja," ujarnya.
Sebagian dari pemasukan dari kunjungan wisatawan tersebut, ia menuturkan, digunakan untuk melakukan revitalisasi komplek makam, serta untuk penyediaan fasilitas pendukung pariwisata, di luar dukungan dari pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat.
Banyaknya peziarah juga akan memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat setempat, seperti rumah makan, pusat oleh-oleh, tempat penginapan, sampai jasa kamar mandi umum dan lahan parkir.
"Konektifitas menjadi komponen penting terkait dengan jumlah peziarah yang berkunjung, terutama pada kota-kota yang mempunyai atau dekat dengan bandar udara dan stasiun kereta api," katanya.
Menurut Tetty analisis yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah peziarah akan meningkat pada bulan Sya'ban (sebelum Ramadan), pada acara haul (atau peringatan wafatnya Walisongo), pada akhir pekan dan pada hari-hari tertentu dalam hitungan Kalendar Jawa (misalnya: malam Rabu Legi).
Beberapa makam malah ditutup pada saat bulan puasa dan dibuka pada hari tertentu seperti malam Nuzulul Qur'an atau malam selikuran (tujuh hari terakhir di bulan Ramadan).
Menurut data yang diterima CNNIndonesia.com, secara umum wisman yang berkunjung ke destinasi wisata ziarah Walisongo terbagi menjadi tiga kategori, yaitu wisatawan yang berbasis pada kelompok pengajian atau pengikut tarekat, wisatawan yang mempunyai minat terhadap budaya dan sejarah, dan wisatawan yang mempunyai minat terhadap pengetahuan tertentu atau peneliti.
Rata-rata kunjungan wisman di makam Walisongo sekitar setengah hari walau untuk beberapa kelompok tertentu bisa mencapai 2-3 hari, sedangkan para peneliti bisa menetap hingga dua pekan.
Wisman yang berbasis pada kelompok pengajian atau pengikut tarekat tercatat yang paling banyak dan didominasi dari Malaysia, kemudian Singapura, Brunei Darussalam, Tiongkok, Yaman, Turki, dan India.
Sedangkan wisman yang mempunyai minat terhadap budaya dan sejarah, ataupun mempunyai minat terhadap pengetahuan tertentu atau peneliti, cenderung tertarik pada daya tarik warisan budaya di kompleks makam dan sekitarnya.
Data tahun 2014 itu menyebut bahwa makam Sunan Ampel di Surabaya menjadi lokasi paling banyak dikunjungi peziarah yaitu lebih dari 1,9 juta kunjungan.
Sementara makam Sunan Kalijaga di Demak berada di peringkat kedua, dengan jumlah sekitar 1,6 juta kunjungan.
Kemudian diikuti oleh kunjungan ke makam Sunan Drajat, makam Maulana Malik Ibrahim, makam Sunan Bonang, makam Sunan Gunung Jati, makam Sunan Kudus, makam Sunan Giri, dan makam Sunan Muria.
Menurut Tetty fenomena tersebut berpotensi menarik wisatawan lebih banyak apabila dikemas dengan lebih baik.
Apalagi, ia menambahkan, tren global menunjukkan bahwa wisatawan mulai mencari pengalaman baru yang berbasis budaya dan nilai-nilai spiritualitas.
"Apabila wisata ziarah dikembangkan, akan bisa memberikan dampak positif bagi kepariwisataan Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagi Kementerian Pariwisata, upaya melestarikan daya tarik wisata budaya dan religi merupakan bagian dari menyejahterakan masyarakat setempat," pungkasnya.
(ard)