Cara Sederhana Kurangi Sampah di Bulan Ramadan

CNN Indonesia | CNN Indonesia
Senin, 28 Mei 2018 08:08 WIB
Banyak orang tak sadar kalau takjil yang dijual di pasar ternyata berkontribusi pada peningkatan jumlah sampah, berikut cara mengurangi sampah di bulan ramadan.
ilustrasi takjil dalam kemasan plastik (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Bandung, CNN Indonesia -- Menahan lapar dan haus selama kurang lebih 14 jam kerap membuat banyak orang merasa lapar mata saat berbuka.

Tak sedikit orang yang kalap untuk membeli berbagai makanan dan minuman karena dorongan nafsu 'berbuka.' Momen berbuka puasa pun terkadang dijadikan ajang "balas dendam."

Yang tak disadari, kebiasaan ini akan menyebabkan penumpukan kalori dan berakibat pada berat badan yang bertambah. Tak cuma itu, kebiasaan membeli makanan berbuka yang berlebihan hanya karena lapar mata ternyata juga berakibat buruk pada lingkungan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Saat membeli makanan atau minuman maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan, baik itu dari kantong plastik, gelas plastik, bungkus kertas, maupun karet," kata Siska Nirmala, pegiat zero waste.

Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih namun tetap bisa menikmati takjil atau makanan berbuka kesukaan Anda, berikut beberapa tipsnya.

1. Bawa wadah sendiri saat beli takjil
Segelas kolak hangat atau es buah segar dalam cup plastik memang praktis untuk berbuka puasa. Anda tinggal membelinya kemudian dibawa pulang atau untuk berbuka di jalan saat tak sempat.

Tapi pernah bayangkan sampah yang dihasilkan dari cup plastik tersebut? Anda pasti tahu kalau plastik termasuk sampah yang sangat sulit dan lama terurai di tanah.

Bayangkan selama 30 hari Anda tidak membeli takjil berkemasan cup plastik. Hal ini berarti ada 30 sampah cup plastik yang bisa dikurangi oleh satu orang. Kalikan saja berapa banyak yang membeli takjil tersebut.

Untuk menghindari sampah-sampah plastik dan cup plastik dari takjil, gunakan wadah sendiri seperti mangkok atau gelas Anda sendiri dari rumah. Selain bisa mengurangi sampah plastik, Anda juga bisa menjamin kebersihan wadah yang dibawa sendiri.

2. Ganti camilan manis dengan buah-buahan
Meskipun kolak sangat enak dan sayang dilewatkan, baiknya jangan terlalu sering mengonsumsinya. Bila dihitung mungkin kadar gula dalam kolak sudah lebih dari yang kita butuhkan.

Demi alasan kesehatan dan juga mengurangi sampah, gantilah takjil manis ini dengan asupan buah-buahan.

Dari sudut pandang zero waste, mengganti camilan-camilan manis terutama berkemasan dengan buah-buahan akan menghindari produksi sampah. Dari sudut pandang kesehatan, tentunya lebih banyak mengonsumsi buah-buahan jauh lebih baik karena kadar gula alami bagus untuk kesehatan.

ilustrasi Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino
ilustrasi

3. Pilih kurma dengan kemasan ramah lingkungan
Masih berkaitan dengan takjil dan camilan, jangan lupa sediakan kurma. Mengonsumsi kurma saat berbuka dan juga sahur adalah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Dari sudut pandang zero waste, mengonsumsi kurma sebagai pengganti camilan akan meminimalisir produksi sampah. Pilih kurma dalam kemasan dus, ukuran dus atau jumlah kurma sesuaikan dengan kebutuhan. Untuk satu keluarga besar, pilih kemasan dus kurma yang besar, jangan yang kecil-kecil. Selain biasanya lebih murah, juga menghindari penumpukan sampah.

Dari sudut pandang kesehatan, mengonsumsi kurma apalagi untuk berbuka dan penutup sahur juga sangat baik untuk tubuh.

Ada juga tips untuk mengonsumsi air rendaman kurma (air nabeez), yakni kurma direndam selama 12 jam sebelum diminum airnya, dan kurma rendamannya juga bisa dimakan.


4. Masak sendiri dan perbanyak sayuran
Bulan Ramadan juga kesempatan untuk lebih sering memasak makanan sendiri. Mengingat ritme makan yang hanya dua kali, berbuka dan sahur, akan lebih mudah untuk menyiapkan dan memasak makanan.

Saat menyiapkan makanan untuk berbuka, bisa sekalian untuk menu sahur. Atau sebaliknya, setelah sahur menyiapkan untuk berbuka. Ritmenya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kesibukan Anda.

Siska sendiri menyarankan untuk berbelanja di pasar tradisional. Pasalnya, sayur di pasar tradisional tak dikemas dengan sterofoam ataupun dibungkus dengan plastik wrap. Ini akan membantu mengurangi produksi sampah.

Sedangkan sisa sayuran yang tak bisa dimasak pun bisa dibuat pupuk kompos. (hyg/chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER