Jakarta, CNN Indonesia -- Di suatu hari yang dingin di bulan Februari, Takuto Okamoto memandu kelompok tur wisata di kawasan dekat salah satu pembangkit tenaga nuklir di Jepang, Fukushima Daiichi.
Pemandangannya mirip kota yang sedang dibangun dalam video game The Sims: alat angkut besar berada di pinggir jalan dan bangunan setengah jadi yang hampir menjulang.
Fukushima Daiichi merupakan kawasan pemukiman yang tersapu bencana alam gelombang tsunami pada tujuh tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pabrik pembangkit tenaga nuklir yang berada di sana, Tokyo Electric Power, hancur lebur.
Tsunami berlalu namun penduduk mulai meninggalkan rumahnya, takut terpapar radiasi nuklir yang bocor dari pabrik.
Saat ini satu persatu penduduk mulai datang kembali ke Fukushima Daiichi setelah pemerintah Jepang berjanji untuk membantu membereskan masalah di pabrik Tokyo Electric Power.
Namun membersihkan reruntuhan pabrik nuklir tak semudah membersihkan lumpur atau sampah yang terbawa gelombang tsunami ke rumah-rumah warga.
Ada lelehan zat uranium penyebab radiasi yang harus diantisipasi penyebarannya. Pemerintah Jepang memperkirakan usaha pembenahan bakal memakan waktu bertahun-tahun.
Salah satu usaha Okamoto untuk menghidupkan kembali gairah hidup di Fukushima Daiichi ialah dengan mempromosikan tur wisata sejarah. Yang diceritakan seputar bencana tsunami dan efek ke pabrik nuklir saat ini.
Okamoto mengajak peserta tur berjalan kaki ke sejumlah area Fukushima Daiichi. Mulai dari pelabuhan sampai ke area dekat pabrik nuklir Tokyo Electric Power.
"Bencana telah terjadi. Saat ini tinggal mencari cara untuk kembali menyambung hidup di sini," kata Okamoto.
Ia lanjut mengatakan bahwa dirinya berencana untuk mengadakan tur wisata sejarah dua kali seminggu mulai bulan depan.
Tur wisata sejarah ini diganjar dengan tarif US$208,75 (sekitar Rp2,9 juta) per orang.
Gelombang tsunai di Fukushima Daiichi menewaskan lebih dari ratusan orang.
Saat ini baru sekitar 700 orang dari 21 ribu jiwa yang kembali ke sini. Banyak yang kembali datang untuk mengambil barang tersisa di rumahnya sebelum memutuskan pindah rumah.
Okamoto mengajak peserta turnya berbincang dengan warga lokal yang ditemui untuk mengenal sejarah Fukushima Daiichi lebih dalam.
Warga lokal yang ditemui biasanya bercerita mengenai keindahan dan keunikan kotanya sebelum dihantam tsunami.
Badan Pariwisata Jepang mengapresiasi langkah Okamoto yang mengadakan tur sejarah di Fukushima Daiichi.
Setiap tahunnya Jepang dikunjungi 70 juta turis, naik tiga kali sejak tahun 2011. Sebanyak 94 ribu datang ke Fukushima Daiichi.
Di pusat kota, Fukushima, bakal ada museum sejarah tsunami dan korbannya. Luasnya sekitar 5.200 meter persegi, dengan penyematan teknologi pameran yang kekinian.
Badan Pariwisata Jepang dan Tokyo Electric bakal menyumbang donasi untuk museum tersebut.
"Saya berharap orang yang datang ke Fukushima Daiichi mengetahui bahaya dari nuklir dan menyebarkan pesan ke dunia bahwa pabrik nuklir perlu diawasi dengan ketat," pungkas Okamoto.
(ard)