Jakarta, CNN Indonesia -- Museum Sejarah Jakarta, atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah, menggelar sebuah pameran khusus dalam rangka memeriahkan perhelatan olahraga terbesar di Asia, Asian Games 2018.
Sederet informasi mengenai sejarah Indonesia saat menjadi tuan rumah Asian Games 1962 terpampang bersama foto-foto tokoh, peristiwa maupun media massa yang memberitakan persiapan hingga kesuksesan acara itu.
Kepala Satuan Pelayanan Museum Sejarah Jakarta, Galih Hutama Putra, menyampaikan pameran yang digelar di halaman tengah Museum Fatahillah tersebut memang fokus menceritakan sejarah Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games 1962.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu itu kita baru merdeka, ekonomi kita dinilai belum kuat, bahkan banyak negara yang meragukan kemampuan Indonesia untuk menjadi tuan rumah. Namun, dengan semangat menggebu, Presiden Soekarno optimis bahwa Indonesia bisa," ujar Galih, seperti yang dikutip dari Antara, Senin (20/8).
Lulusan jurusan Sejarah Universitas Indonesia itu menuturkan saat itu Jakarta hanya memiliki lapangan Ikada, yang saat ini merupakan area di taman Monumen Nasional (Monas), sebagai lahan yang luas dan mumpuni untuk penyelenggaraan sebuah perhelatan besar.
Namun Presiden Soekarno akhirnya memutuskan untuk membangun Gelora Bung Karno di bilangan Senayan, Jakarta, sebagai tempat untuk bertanding beberapa cabang olah raga.
Hampir semua pihak kala itu terlibat, termasuk Gubernur DKI Jakarta kala itu Soemarno Sosroatmodjo yang turun langsung sebagai panitia penyelenggara demi kesuksesan penyenyelenggaraan acara tersebut.
"Waktu itu warga Jakarta juga ikut memberikan berbagai pelayanan, seperti potong rambut gratis untuk para atlet, juga banyak yang memberikan konsumsi. Jadi, semuanya berperan," ungkap Galih.
Pameran tersebut juga dilengkapi miniatur GBK sebagai komplek olahraga yang mulai dimanfaatkan kala itu.
Dengan keterbatasan fasilitas masa itu, Indonesia membuktikan kemampuannya pada dunia untuk menjadi tuan rumah yang mumpuni menggelar pergelaran olahraga setingkat Asia itu.
Tak hanya foto, beberapa barang peninggalan Asian Games 1962 turut dipamerkan, seperti bongkahan lantai stadion akuatik berikut speakernya.
Galih menuturkan pameran yang digelar hingga 9 September 2018 itu, diharapkan bisa mematik semangat agar penyelenggaraan Asian Games 2018 berlangsung sukses.
Selama Asian Games 2018 berlangsung, Museum Fatahillah akan buka setiap hari mulai pukul 08.00-17.00 WIB untuk pengunjung umum, dan pukul 17.00-18.00 WIB khusus untuk pengunjung dengan kartu identitas keluaran Inasgoc.
Pihak museum juga menyediakan pendamping yang mehir berbahasa Inggris, Arab, dan Belanda dari kalangan siswa-siswi SMA di Jakarta sebagai pendamping untuk menjelaskan berbagai informasi untuk para pengunjung.
(agr)