Jakarta, CNN Indonesia -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru saja mengeluarkan fatwa yang memutuskan memperbolehkan penggunaan vaksin Measless Rubella (MR) digunakan meski mengandung babi dalam proses produksinya. Keputusan ini menuai reaksi yang beragam dari masyarakat.
Sebagian orang tua mengaku bakal tetap memberikan vaksin MR itu untuk anak mereka. Sedangkan sebagian lainnya masih enggan menggunakan vaksin itu dan memilih menunggu vaksin yang halal.
Seperti Feni yang menyatakan bakal memberikan vaksin MR untuk anak pertamanya, Gemala yang kini berusia 16 bulan. Dia bakal tetap memberikan vaksin MR meski vaksin itu mengandung babi dan haram bagi seorang Muslim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Feni beranggapan selama belum ada pengganti untuk vaksin MR, vaksin itu masih boleh digunakan.
"Menurut saya haram karena ada kandungan babi. Tapi, selama belum ada bahan pengganti ya mau bagaimana. Kalau memang mendesak insyaallah enggak apa-apa yang penting keamanan dan kesehatan," kata Feni saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.
Feni menilai vaksin MR yang ada saat ini memiliki lebih banyak manfaat. Vaksin itu penting bagi kesehatan anak dan orang di sekitar. Feni mengaku bakal langsung memberikan vaksin itu kepada Gemala saat pasokannya sudah tersedia di Posyandu.
"Soalnya MR penting banget. Bukan cuma buat anak, tapi biar anak enggak menularkan virus Rubella ke orang lain. Dampaknya parah banget kalau sampai menular ke ibu hamil," tutur Feni.
Pada ibu hamil, virus Rubella dapat mengakibatkan keguguran atau bayi cacat lahir seperti tuli, katarak, cacat jantung dan beberapa komplikasi penyakit lainnya.
Pendapat yang sama juga diutarakan Natatsa. Perempuan 29 tahun ini sudah memberikan vaksin MR kepada dua anaknya, awal bulan ini.
Natatsa tetap memberikan vaksin MR kepada anaknya meski status kehalalannya saat itu masih kontroversi. Menurutnya, vaksin itu boleh digunakan karena tak ada penggantinya.
"Saya mikirnya kalo buat vaksin enggak apa-apa, karena kan ada dalilnya selama belum ada pengganti untuk babi, vaksinnya mubah dan ini bukan hanya untuk vaksin tapi juga obat," ucap Natatsa.
Setelah memberikan vaksin MR kepada dua anaknya, Natatsa menyebut kedua anaknya mengalami efek samping yang berbeda. Anak pertamanya Muhammad Maliq yang berusia 8 tahun tidak mengalami efek samping yang berarti. Sedangkan si bungsu, Nabilla Alika yang berusia tiga tahun mengalami demam serta panas dan bengkak di area bekas suntikan.
Natatsa yang tinggal di Cibubur itu mengaku tak mempermasalahkan efek samping itu.
"Setiap anak beda-beda. Soalnya ada beberapa vaksin yang cara kerjanya seperti itu," ujar Natatsa.
Tak cuma para ibu yang memutuskan untuk tetap memberikan vaksinasi MR pada anak-anaknya, para ayah ternyata juga mengambil keputusan untuk melakukan vaksinasi MR.
Iman dan Arif memutuskan untuk tetap memvaksinasi buah hatinya.
"Akan vaksin dalam waktu dekat. Karena pemerintah sudah menyatakan bahwa anak butuh vaksin itu, secara medis juga bagus dan dibutuhkan, ditambah lagi fatwa MUI yang menyatakan boleh karena ada keterpaksaan. Karena kalo tidak divaksin akan menimbulkan bahaya terhadap anak." kata Iman.
"Syariat Islam yang menkondisikan secara fleksibel adalah jika itu haram dan jika memang tidak ada hal lain yang bisa digunakan maka bisa digunakan," kata Arif.
Lain lagi dengan N (nama disamarkan) yang berusia 36 tahun. Dia tak mau memberikan vaksin MR kepada anaknya yang kini berusia 20 bulan.
Menurut N, babi merupakan sesuatu yang diharamkan dalam Islam sehingga tak boleh digunakan.
"Masak di penggorengan bekas babi aja haram, bagaimana pula masuk dalam darah. Kalau haram ya dosa. pasti terselip mudaratnya," kata N.
N menyebut masih akan menunggu pemerintah untuk mencari pengganti vaksin MR yang halal.
"Sampai kapannya belum tahu. Insyaallah tunggu yang halal. Yakin pemerintah bakal berusaha banget cari yang halal," ujar N.
Serupa dengan N, A (30) juga menolak vaksin MR lantaran kandungan babi yang ada di dalamnya. Dia mengaku tak bakal memberikan vaksin MR untuk buah hatinya yang kini baru berusia setahun, meski orang tua telah mendesaknya.
"Saya percaya vaksin MR bisa membuat anak saya sehat, tapi ya kalau bisa jangan pakai kandungan babi. Masak saya harus melawan apa yang saya percayai," katanya.
A bakal menunggu hadirnya vaksin MR yang diproduksi sendiri oleh Bio Farma. Jika vaksin MR buatan Indonesia sudah ada, A bakal langsung memberi putra kesayangannya vaksin MR. "Nunggu yang dari Bio Farma. Kan, katanya mereka mau
ngembangin. Kita tunggu
aja," ujarnya.
(asr/chs)