Menjadi Saksi Kerusakan Great Barrier Reef

CNN Indonesia | CNN Indonesia
Senin, 03 Sep 2018 11:40 WIB
Kerusakan Great Barrier Reef diabadikan dalam sebuah film dokumenter berjudul Race to Save the Reef
Great Barrier Reef di Australia. (Foto: ltos/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah film dokumenter berjudul Race to Save the Reef yang berdurasi 30 menit karya seorang jurnlis CNN, Ivan Watson, menunjukkan kondisi Great Barrier Reef di Australia yang kian memburuk akibat pemanasan global.

Bahkan ada beberapa ahli yang mengatakan kondisi Great Barrier Reef sedang beranjak menuju kemusnahan.

Great Barrier Reef adalah kawasan terumbu karang terbesar dunia yang terdiri dari sekitar 3 ribu karang dan 900 pulau, yang membentang sepanjang 2.600 kiometer. Hamparan terumbu karang ini berlokasi di lepas pantai Queensland, sebelah timur laut Australia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang pakar terumbu karang, Charlie Veron, yang menghabiskan 45 tahun dari hidupnya untuk 'mengabdi' di kawasan Great Barrier Reef mengatakan ada hal utama yang menyebabkan terumbu karang berada dalam kondisi mengkhawatirkan.

Menurutnya pemanasan global telah membuat terumbu karang di taman terbesar di dunia itu, nampak pucat bahkan membunuhnya dalam kurun waktu dua tahun.

Untuk mengetahui kondisi terbaru dari Great Barrier Reef, Veron mengajak Watson untuk menemaninya menyelam dan mengabadikan ekosistem terumbu karang yang terdampak pemanasan global.

"Kita saat ini sedang menghadapi sebuah fenomena yang menjerumus kategori pemusnahan masal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya," ujar Veron, seperti yang dikutip dari business insider, Senin (3/8).

"Sekitar sepertiga spesies di laur bergantung kepada terumbu karang, namun kini kondisi terumbu karangnya sangat mengkhawatirkan. Ini adalah kekacauan ekologi."

[Gambas:Youtube]
Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah Australia mengalokasikan dana sebesar US$400 juta (sekitar Rp5,9 triliun) untuk melindungi terumbu karang. Namun Veron tidak yakin bahwa dana sebesar itu mampu menjadi solusi.

"Penyebabnya adalah sebagian manusia yang tidak peduli akan kondisi jangka panjang lingkungan hidup. Mereka hanya berpikir sekarang dan saat ini," ujarnya.

"Hilangnya warna terumbu karang disebabkan oleh karbon dioksida, solusinya adalah berhenti menghasilkan karbon dioksida yang berlebih. Sesederhana itu sebenarnya, tidak ada pilihan lain." (agr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER