Jakarta, CNN Indonesia --
Stan Lee, pencipta komik-komik
Marvel, meninggal dunia pada usianya yang menginjak 95 tahun. Pria kelahiran New York, Amerika Serikat, 28 Desember 1922 ini mengembuskan napas terakhirnya saat dibawa dengan ambulans dari kediamannya di Los Angeles menuju Cedar Sinai Medical Center.
Meski belum diketahui pasti penyebab kematiannya, namun Bapak Superhero ini telah berjuang melawan penyakit
pneumonia sejak satu tahun terakhir.
Pneumonia bukan penyakit main-main. Siapa pun bisa terserang, termasuk Stan Lee. Apalagi di zaman kiwari, ketika polusi udara kian mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyakit ini umumnya merupakan komplikasi dari infeksi pernapasan. Orang dewasa, anak-anak, dan mereka yang mengidap asma merupakan kelompok risiko tertinggi.
Mengutip jurnal kesehatan
Mayo Clinic, kantung udara pengidap pneumonia diisi oleh cairan atau nanah yang menyebabkan batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.
Sederet tanda dan gejala yang muncul cukup bervariasi, dari ringan hingga parah, tergantung pada faktor-faktor penyebab seperti jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan usia.
Yang paling ringan, kemungkinan gejala muncul dari demam dan flu yang bertahan lama. Penderita juga bakal mengalami nyeri pada dada saat bernapas dan batuk berdahak, mual, serta diare.
Khusus bagi orang lanjut usia, penyakit pernapasan ini juga bakal menimbulkan gejala seperti suhu tubuh yang lebih rendah dan perubahan dalam kesadaran mental.
Temui dokter jika Anda mengalami kesulitan bernapas, nyeri dada, demam menerus hingga 39 derajat Celcius, dan batuk menerus.
Untuk lansia dan orang-orang dengan gagal jantung atau masalah paru-paru kronis, penyakit ini dapat dengan cepat berubah menjadi kondisi yang mengancam jiwa.
Banyak kuman yang dapat menyebabkan pneumonia. Yang paling umum adalah bakteri dan virus dari udara yang dihirup. Meski tubuh memiliki kemampuan untuk mencegah kuman-kuman ini masuk, namun terkadang kuman dapat mengalahkan sistem kekebalan tubuh.
Pneumonia sendiri menjadi salah satu penyakit kronis yang mengintai di balik polusi udara yang kian pekat di zaman kiwari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa ada sekitar 6,5 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh menghidup udara tercemar. Polusi udara dari rumah tangga juga menjadi penyebab 4,3 juta kematian prematur.
Cina adalah negara dengan angka kematian prematur akibat polusi udara tertinggi. Disusul oleh India dan Indonesia di posisi ketiga dengan 165 ribu kematian prematur akibat polusi udara.
Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat polusi udara tertinggi.
Penyakit yang TerabaikanSaban tahun, dunia memperingati Hari Pneumonia yang jatuh pada 12 November. Dalam memperingati hal tersebut, jurnal
The Lancet memberikan catatan mengenai penanganan penyakit infeksi pernapasan ini. Mereka menganggap bahwa pneumonia merupakan penyakit 'zaman kiwari' yang terabaikan.
Disebutkan bahwa pneumonia telah menginfeksi sekitar 291,8 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 2,7 juta kematian. Tak aneh mengingat polusi udara di dunia kian mengkhawatirkan di zaman kiwari.
Tingkat kematian akibat infeksi pernapasan, tulis
The Lancet, belum banyak berubah sejak diperkenalkannya antibiotik pada 1950-an. Keterlibatan pasien, dokter, peneliti, penyandang dana, industri, badan pengatur obat jadi kunci solusi penanganan penyakit infeksi saluran pernapasan ini.
Lebih jauh,
The Lancet juga menyebut bahwa kegagalan ini turut disebabkan oleh vaksinasi pneumokokus yang masih dinilai kurang dari cukup di seluruh dunia.