Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pariwisata Arief Yahya mendapat penghargaan sebagai The Best Marketing Minister of Tourism of ASEAN dalam Anugerah MarkPlus Marketeer of The Year (MoTY) 2018.
Lebih istimewa lagi, pengakuan ini datang dari seorang guru marketing kelas dunia Philip Kotler, Hermawan Kartajaya dan Hooi Den Huan. Ketiganya merupakan
Tri-Founder Philip Kotler Center For ASEAN Marketing.
"Sebuah kehormatan bagi saya. Terima kasih. Ini merupakan penghargaan bagi seluruh upaya dan dedikasi seluruh jajaran Kementerian Pariwisata. Sekarang kami makin
pede membawa National Brand Wonderful Indonesia," ucap Arief seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat (7/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ia menilai apa yang didapat juga merupakan hasil dukungan orang-orang sekitarnya, dalam hal ini Kementerian Pariwisata. Hal ini juga, menurutnya, berkat adanya dukungan Presiden Joko Widodo terhadap sektor pariwisata.
"Tak ada orang yang lebih besar dari organisasinya itu sendiri. Penghargaan ini bukan hasil saya pribadi, penghargaan ini saya persembahkan untuk segenap jajaran Kementerian Pariwisata. Dan juga dukungan Bapak Presiden yang telah menetapkan pariwisata sebagai salah satu sektor prioritas, serta segenap Kementerian Teknis yang membantu. Terima kasih," tuturnya.
Philip Kotler sendiri adalah pria kelahiran Chicago 7 Agustus 1931 dan merupakan guru marketing dunia dengan deretan buku mulai dari buku teks sampai buku-buku praktis. Harian Financial Time menobatkannya sebagai "Most Influential Business Writer or Management Guru".
Ia memilih Arief Yahya karena dianggap sebagai marketing andal. Ketika masih di PT Telkom Indonesia, laba PT Telkom naik dua kali dalam dua tahun.
Begitu juga ketika menangani Kemenpar. Sepak terjangnya menginspirasi banyak kepala daerah.
Ia dianggap mampu mengubah wajah Kemenpar dari sebuah kementerian birokrasi menjadi sebuah kementerian yang mirip korporasi. Kemenpar pun dipoles menjadi kementerian marketing dengan produk pariwisata Indonesia.
"Saya terapkan WIN Way, Wonderful Indonedia Way. Jurusnya 3S. Ini untuk membangun budaya kerja atau
corporate culture Kemenpar, yakni Solid, Speed, Smart," ucap Arief.
Doktor jebolan Unpad Bandung itu memang punya skema kerja yang sistematis dan semua dikerjakan secara simultan seperti halnya deregulasi yang menjadi perhatiannya.
Ia mampu mendorong kebijakan Visa Free untuk 169 negara dari sebelumnya hanya 15 negara ASEAN saja. Deregulasi juga dilakukan di bidang
yacht dan perahu pesiar dengan penghapusan CAIT. Dengan ini, izin masuk yacht langsung terpangkas hanya dengan 3 jam dari yang sebelumnya 3 minggu.
Begitu juga regulasi di kapal
cruise dengan pencabutan
sabotage. Regulasi ini memungkinkan sebuah kapal pesiar berbendera asing menaik-turunkan penumpang di lima pelabuhan di tanah air.
Sementara di bidang pemasaran, Arief sudah melakukan banyak terobosan sehingga branding Wonderful Indonesia menembus 100 peringkat ke level 47 dari sebelumnya not available (N/A).
Branding Wonderful Indonesia pun sudah mengalahkan Malaysia di posisi 94 dan Thailand di posisi 83.
Arief juga membawa Kemenpar terpilih sebagai The Best Ministry Of Tourism atau Best National Tourism Organization (NTO) di ajang TTG Travel Awards 2018 di Bangkok, yang disebut Arief sebagai markas 'musuh profesional' Indonesia di bidang pariwisata.
Di level dunia, yakni UN-WTO, Indonesia memborong tiga penghargaan sekaligus. Di Halal Tourism Abu Dhabi juga Indonesia menggondol tiga penghargaan langsung. Indonesia juga menjuarai ASEANTA Manila.
Di bidang pengembangan destinasi dan industri, ia juga menggenjot pengembangan 10 Bali Baru agar sejalan dengan Nawacita untuk pemerataan.
Begitu juga dengan
digital destination yang menggandeng Generasi Pesona Indonesia (GenPI) hingga destinasi ini menjadi salah satu kekuatan pariwisata Indonesia.
"Kita akan punya 10 Bali Baru agar pengembangan pariwisata terus berkembang, merata, sekaligus mengejar target 20 juta wisman ke tanah air. Dengan destinasi yang ada, tidak mungkin menembus jumlah target itu," kata Arief yang ahli strategic marketing itu.
Soal destinasi, Arief menggunakan konsep 3A, yakni membangun atraksi, akses dan amenitas. Pola dan rumus-rumus yang dilakukannya terus disosialisasikan di daerah-daerah. Sehingga semakin banyak daerah yang minta agar kawasannya dibangun akses dan amenitas. Bahkan, semua berlomba membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata.
Tak hanya itu, tiap tahun performa pariwisata Indonesia terus menanjak. Grafiknya pun sangat kontras bila dibandingkan komoditas lain seperti minyak, gas, batu bara, dan kelapa sawit yang terus merosot. Sektor ini pun menjelma menjadi core bussines Indonesia. Bahkan, pariwisata menjadi penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja paling besar, mudah, serta cepat.
Pada 2016, devisa pariwisata mencapai US$13,5 miliar per tahun. Jumlah ini hanya kalah dari minyak sawit mentah (CPO) sebesar US$15,9 miliar per tahun. Padahal pada 2015 lalu, pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.
Tahun 2017, sumbangan devisa dari sektor pariwisata melesat menjadi sekitar US$16,8 miliar. Angka ini diprediksi akan meningkat 20 persen menjadi sekitar US$20 miliar pada 2018.
"Kami akan terus mencari celah untuk menaikkan jumlah wisman di lima prioritas pasar, yakni Singapura, Malaysia, China, Australia dan Jepang. Sehingga pariwisata akan tumbuh menjadi kekuatan utama perekonomian Indonesia. Modal kita sudah kuat. Pariwisaata adalah DNA kita," pungkas Arief.
(mid)