Jakarta, CNN Indonesia -- Chris Pratt bakal naik ke pelaminan bersama puteri aktor kawakan Arnold Schwarzenegger, Katherine Schwarzenegger. Demi mempersiapkan hari bahagianya, Pratt berkata bahwa dirinya melakoni diet dengan konsep puasa.
Dikutip dari
Huffington Post pada Selasa (29/1), Pratt membagikan pengalaman dietnya.
"Hai, Chris Pratt di sini. Hari ketiga dari Puasa Daniel. Ini puasa dan doa selama 21 hari," ujar dia dalam unggahan di Instagram Story dari akun pribadinya pada Rabu (9/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip dari
USA Today, diet ala Daniel merupakan tren yang berkembang di kalangan Kristen evangelis.
Diet sebenarnya bukan semata-mata program penurunan berat badan melainkan detoksifikasi spiritual dan fisik melalui doa, puasa dan pantang dari daging, roti beragi, jus buah dan susu.
Diet seperti ini awalnya dipraktikkan oleh Nabi Daniel, tokoh Kitab Perjanjian Lama. Kala itu ia menolak kemewahan yang ditawarkan Raja Babilonia dan memilih untuk makan sayuran dan minum air.
Seiring berjalannya waktu, muncul buku dan laman tuntunan diet ala Daniel pada 2007.
Dilansir dari
Time, mereka yang menganut cara diet ini dituntut untuk makan makanan yang tumbuh dari biji-bijian seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian selama 21 hari.
Adapun deret makanan dan minuman yang perlu dihindari seperti, alkohol, kafein, daging, produk susu, gula, lemak dan makanan yang diproses.
Ada beragam pendapat terkait efek diet ini terhadap kesehatan.
Sebuah riset membuktikan bahwa diet puasa Daniel dapat menurunkan risiko penyakit metabolik dan kardiovaskular.
Disinyalir, konsumsi sayuran sebagai basis diet berhubungan dengan manfaat kesehatan termasuk penurunan risiko penyakit kronis dan harapan hidup lebih panjang.
"Ada banyak potensi manfaat kesehatan dari pendekatan ini," kata Richard Bloomer, peneliti sekaligus dekan University of Memphis' School of Health Studies dikutip dari Time (16/1).
Sementara itu, Wayne Jonas, dokter dan direktur eksekutif Samueli Integrative Health Programs, University California berkata diet semacam ini mirip dengan diet puasa atau
intermittent fasting.
Tak akan berbahaya selama orang masih cukup makan sehingga merasa kenyang.
Pengurangan asupan kalori secara drastis akan membantu menurunkan berat badan dan memicu proses metabolisme sehingga menyehatkan tubuh.
Akan tetapi, pendapat berbeda diungkapkan ahli gizi Liz Weinandy yang berbasis di Ohio State University Wexner Medical Center.
Dikutip dari
Cheat Sheet, ia berkata bahwa ini bukan ide yang baik. Orang akan kekurangan nutrisi tertentu seperti protein dan lemak esensial.
Senada dengan Weinandy, Keri Gans, penulis 'The Small Change Diet' tidak merekomendasikan diet ini.
"Bagaimanapun, banyak orang bisa mengalami efek samping seperti lemas, sakit kepala, dan rasa tidak nyaman karena rendahnya asupan kalori," katanya dikutip dari
Prevention (12/1).
(els/ard)