Jakarta, CNN Indonesia -- Tim dokter Yunani dan Spanyol mengumumkan kelahiran bayi yang berasal dari DNA tiga orang berbeda.
Hal ini memicu kontroversi dan perdebatan etis intens karena bayi ini berasal dari tiga orang berbeda setelah perawatan kesuburan yang kontroversial.
Intitutue of Life Yunani mengatakan dalam pernyataannya bahwa bayi ini lahir pada Kamis (11/4) lalu dengan berat 2,96 kg. Dia dilahirkan oleh seorang wanita Yunani berusia 32 tahun yang telah mengalami beberapa kali kegagalan IVF.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini, untuk pertama kalinya di dunia, hak seorang wanita yang hilang untuk menjadi ibu dari gennya sendiri bisa menjadi kenyataan," kata Panagiotis Psathas, presiden Institute of Life dikutip dari
AFP.
"Sebagai ilmuwan Yunani, kami sangat bangga mengumumkan inovasi internasional dalam hal reproduksi. Dan kami sekarang berada dalam posisi untuk memungkinkan wanita yang mengalami banyak kegagalan IVF atau penyakit genetik mitokondria langka untuk memiliki anak yang sehat."
Penelitian ini melibatkan sel telur dari ibu yang tidak subur, sperma ayah dan sel telur wanita lain untuk mengandung bayi laki-laki. Hal ini akan mentransfer materi genetik dnegan kromosom dari ibu ke sel telur donor yang bahan genetiknya sudah dihapus. Hal ini disebut sebagai revolusi medis.
Teknik pengalihan DNA serupa pernah digunakan di Meksiko pada 2016. Saat itu ini dilakukan untuk untuk menghindari penularan penyakit bawaan ibu ke anaknya.
Tetapi kasus kelahiran di Yunani ini adalah hal yang pertama kalinya teknik IVF (fertilisasi in vitro) menggunakan DNA dari tiga orang yang berbeda. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan seorang ibu yang tidak bisa hamil untuk punya anak.
"Hasil luar biasa ini akan membantu banyak perempuan untuk mewujudkan impian mereka menjadi ibu dengan gen mereka sendiri," kata Nuno Costa Borges, kolaborator ilmiah Institute of Life.
Hanya saja, menggunakan teknik triple DNA untuk membantu kasus infertilitas ini menimbulkan masalah etika yang kompleks dan risiko.
"Risiko teknik ini tidak sepenuhnya diketahui. Meskipun sebenarnya dianggap dapat diterima jika digunakan untuk mengobati penyakit mitokondria, tapi tidak dalam situasi ini," kata Tim Child, profesor Universitas Oxford dan direktur medis dari Fertility Partnership.
(afp/chs)