Jakarta, CNN Indonesia --
Menyikat gigi dua kali sehari menjadi resep hidup sehat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Sikat dan
pasta gigi menjadi perkakas wajibnya.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa beberapa jenis pasta gigi dapat menimbulkan reaksi
alergi. Umumnya alergi muncul dari beberapa kandungan yang ada di dalamnya.
"Tanda-tanda alergi pasta gigi yang paling umum adalah pembengkakan mulut, sariawan yang menyakitkan dan pecah di sudut mulut," ujar ahli kesehatan gigi, dr Lana Rozenberg, mengutip
Living Healthy. Kondisi ini dikenal dengan istilah
cheilitis yang ditandai oleh kekeringan bahkan hingga iritasi gusi serta rasa sakit di bagian perut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak cuma itu, alergi juga bisa ditandai dengan kemunculan ruam pada kulit sekitar mulut. Demikian pula dengan bibir bersisik dan menimbulkan rasa gatal menerus.
Salah satu penyebab umumnya adalah kandungan
flouride dalam pasta gigi. Mengutip
Live Strong,
flouride dalam pasta gigi menyebabkan sariawan yang ditandai oleh lesi.
Flouride juga dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai dermatitis perioral. Mereka yang menderita gangguan ini akan mengalami benjolan merah di bagian wajah, khususnya daerah mulut. Benjolan ini menyerupai jerawat dan disertai pengelupasan kulit wajah.
Situs kesehatan
Cleure mencatat bahwa jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih,
flouride dapat berujung kematian. Food and Drug Administration (FDA) juga telah menegaskan bahwa kandungan satu ini berbahaya bagi anak-anak. Untuk itu, anak-anak disarankan untuk menggunakan pasta gigi tanpa kandungan
flouride.
Cara terbaik untuk mengobati alergi pasta gigi adalah dengan menghindari bahan kimia yang menyebabkan alergi. Beberapa bahan kimia dalam pasta gigi diklaim berbahaya bagi kesehatan.
Selain
flouride,
sodium laurel sulfate atau bahan pembuat busa juga ditengarai menjadi penyebab alergi pasta gigi. Studi yang dilakukan oleh University of Oslow, Norwegia, menunjukkan bahwa sariawan kerap dipicu oleh paparan bahan pembuat busa. Beberapa merek memberikan label 'Bebas SLS' untuk menunjukkan formulanya yang bebas dari
sodium laurel sulfate.
Selanjutnya adalah pemberi rasa. Sebuah studi yang diterbitkan dalam
Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology pada 2010 lalu menemukan kemungkinan rasa menjadi penyebab alergi. Rasa seperti
mint, kayu manis,
spearmint, dan
peppermint dapat menyebabkan rasa terbakar dan ruam.
Terakhir adalah bahan pengawet seperti
propylene glycol dan
sodium benzoate. Dua nama ini dikenal dapat menyebabkan iritasi.
[Gambas:Video CNN] (asr/asr)