Jakarta, CNN Indonesia --
Pemilu 2019 telah usai. Sebagian peserta Pemilu atau calon legislatif
(caleg) terpilih memegang amanat rakyat, sebagian lagi mesti berbesar hati menerima kegagalan.
Secara psikologis, ada beberapa hal yang dapat terjadi saat seseorang gagal meraih keinginannya. Mulai dari rasa kecewa, depresi, hingga gangguan jiwa.
Psikolog klinis, Roslina Verauli menjelaskan, caleg yang gagal dan kemudian memasuki fase gangguan jiwa biasanya memiliki riwayat klinis tertentu atau mempunyai masalah emosional dan kepribadian sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu mekanismenya kompleks, bukan tiba-tiba ikut pemilu lalu gagal bisa gila. Sebelumnya ada profil klinis tertentu kalau mereka punya problem emosional dan kepribadian," kata Roslina kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (21/5).
Menurut Roslina, gagal di Pemilu hanya menjadi pemicu seseorang mendadak mengalami gangguan jiwa. Gangguan kejiwaan ini juga merupakan buntut dari tidak sesuainya harapan dan kenyataan yang diterima oleh seseorang.
Semakin tinggi harapan dan semakin tidak sesuai dengan kenyataan, semakin besar pula emosi negatif yang akan dirasakannya. Emosi negatif itu dapat berupa rasa kecewa, sedih, frustasi, atau depresi.
"Semakin besar gap antara ambisi pribadi dengan realita, responsnya akan semakin ekstrem," tutur Roslina.
Pada kasus caleg, kata Roslina, sesorang dapat tidak menerima hasil Pemilu, lalu mencari-cari kesalahan seperti penggelembungan suara. Ini merupakan tanda seseorang tidak menerima kegagalan.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)