Jakarta, CNN Indonesia -- Parade 1001 Kuda Sandelwood di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) akan kembali dihelat pada 11-12 Juli 2019.
Parade Kuda Sandelwood yang dipadukan dengan Festival Tenun Ikat yang akan dihadiri penenun se-NTT ini digelar pertama kali pada tahun 2017.
Tahun ini, kata Bupati Sumba Timur Gedeon Mbiliyora, parade kuda akan dimulai dari Padang Savana Puru Kambera dan selesai di Pantai Puru Kambera dengan jarak tempuh sekitar dua sampai tiga kilometer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan kegiatan Festival Tenun Ikat yang akan dihadiri para penenun akan bertempat di lapangan Pahlawan Kota Waingapu, Kelurahan Hambala.
Gedeon mengatakan kuda-kuda yang ikut serta dalam parade akan dihias dengan berbagai pernak-pernik. Selain itu para joki juga diharuskan mengenakan pakaian adat.
Kuda-kuda itu akan didatangkan dari Kecamatan Kota Waingapu, Kanatang, Haharu, Pandawai, dan Kambera.
Khusus untuk Festival Tenun Ikat akan dipersiapkan sekitar 200 orang peserta dari Kecamatan Kambera dan Kecamatan Kanatang.
"Tapi tidak menutup kemungkinan jika dalam pendataan kurang peserta di dua kecamatan itu, kita akan tambahkan peserta dari kecamatan lain seperti dari Pahuga Lodu dan Rindi," katanya menjelaskan.
Kuda Sandelwood juga merupakan ikon kebanggaan Pulau Sumba.
Nama Sandelwood mengandung arti Kayu Cendana, salah satu komoditas unggulan Pulau Sumba. Dengan nama itu, peternak berharap agar peruntungan Kuda Sandelwood "seharum" Kayu Cendana.
Dikembangbiakkan di Pulau Sumba sejak 1840, kuda yang merupakan percampuran dari kuda asal arab dan kuda poni lokal ini memiliki postur yang lebih pendek dari kuda asal Amerika dan Australia.
Meski demikian, tetap lincah dan tangguh, sehingga sering digunakan sebagai kuda pacu, kuda tarik dan kuda tunggang.
Aktor Brad Pitt dikabarkan sampai membeli enam ekor Kuda Sandelwood sebagai hadiah untuk anak-anaknya.
Budayawan dan pengelola Rumah Budaya Sumba, Pater Robert Ramone CSsR, mengatakan kalau Kuda Sandelwood berperan besar dari pemiliknya lahir hingga meninggal dunia.
Layaknya kendaraan bermotor, pada zaman dulu Kuda Sandelwood menjadi simbol kelas bagi masyarakat Sumba. Sangat penting untuk memiliki kuda yang apik.
Robert menjelaskan, masyarakat Sumba juga membutuhkan kuda karena medan alam daerahnya yang menantang, naik turun bukit terjal. Kuda dianggap sebagai alat transportasi yang bisa memudahkan kehidupan mereka.
"Kuda jenis terbaik biasanya dimiliki oleh keluarga kerajaan, menjadi simbol kewibawaan. Digunakan pula sebagai mahar pernikahan sampai Tradisi Pasola," kata Robert, seperti yang dilansir dari Antara.
"Hingga di nisan makam, keluarga akan menggambar sosok almarhum yang sedang berkuda. Kuda dianggap menjadi alat tunggang almarhum ke kehidupan abadi," lanjutnya.
Sampai saat ini, Kuda Sandelwood masih dianggap istimewa di hati masyarakat Sumba. Umbu Kadebu Tagobori, salah satu warga Desa Dewajara, Kabupaten Sumba Tengah, mengaku memiliki 10 ekor kuda jantan dan betina.
Kuda-kudanya datang dan pergi, karena dijual atau faktor usia. Tapi selalu beranak pinak.
"Kalau ada orang asli yang tidak memiliki kuda rasanya bisa jadi bahan pembicaraan masyarakat," ujar Umbu.
[Gambas:Video CNN] (antara/ard)