Jakarta, CNN Indonesia -- Ribet, jadi alasan paling umum mengapa banyak orang enggan memakai kebaya. Padahal,
kebaya merupakan salah satu pakaian nasional perempuan Indonesia.
Ini ditunjukkan dengan polling yang dilakukan di media sosial Twitter
CNNIndonesia.com. Polling ini diikuti oleh 257 responden.
Mayoritas pembaca
CNNIndonesia.com atau 78 persen enggan memakai kebaya karena alasan ribet atau tak sepraktis jika memakai busana lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak dimungkiri, memakai kebaya memang membutuhkan persiapan yang panjang. Mulai dari mengancingkan kebaya, memasang kain, hingga tatanan rambut juga harus diperhatikan.
Belum lagi, saat memakai kebaya ruang gerak bakal terbatas dan rasa gerah juga kerap muncul.
"Ribet pakainya, lebih suka pakai kaus, adem," kata Niya, salah satu responden kepada
CNNIndonesia.com. Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono Kebaya juga dipakai ibu-ibu saat di Sidang Tahunan MPR |
Pegiat Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Rahmi Hidayati mengakui banyak orang terutama anak muda menganggap kebaya ribet. Namun, dia memastikan ini merupakan anggapan yang salah.
Menurut Rahmi, kebaya merupakan pakaian yang memiliki fungsi dan nilai yang tinggi untuk digunakan sehari-hari.
"Perlu disosialisasikan cara memakai kebaya dan kain biar enggak ribet. Saya tiap hari pakai kebaya, bukan sesuatu yang ribet. Saya naik gunung berkebaya tidak menyusahkan," ucap Rahmi yang berkegiatan sehari-hari menggunakan kebaya.
Rahmi menjelaskan kebaya bisa dipakai dengan nyaman saat beraktivitas di era modern yang cepat dan praktis ini. Dia menyebut sudah tersedia kebaya dengan bahan kaus. Sedangkan kain bisa dilipat dengan metode tertentu untuk memudahkan gerak.
Selain soal keribetan pakai kebaya, alasan lain mengapa anak muda enggan pakai kebaya adalah karena sulitnya di padu padan. Ada 18 persen responden yang memilih hal ini sebagai alasan malas pakai kebaya.
Selain itu, ada 4 persen responden yang menganggap kebaya ketinggalan zaman.
Alasan ribet membuat kebaya hanya dipakai sekali-sekali di kegiatan tertentu saja. Sebanyak 41 persen pemilih mengaku memakai kebaya saat menghadiri acara pernikahan.
 Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja Kebaya Anne Avantie |
Memakai kebaya juga dilakukan 30 persen pemilih saat atau sedang menghadiri wisuda. Sebagian kecil atau 17 persen memakai kebaya ketika hari besar seperti Hari Kartini atau Peringatan 17 Agustus. Hanya 12 persen saja yang memakai kebaya dalam rutinitas sehari-hari.
Padahal, kata Rahmi, kebaya modern atau kebaya pada umumnya kini tak lagi melulu soal pakem. Pakem kebaya tetap mesti diikuti dalam acara-acara yang bersifat formal, adat, atau kenegaraan.
Pengamat kebudayaan dan kesenian Dwi Woro Retno Mastuti juga berpendapat serupa.
"Konsep budaya itu dinamis, mewadahi mengakomodir segala perubahan. ... Perempuan sekarang kan kerja semua, kebaya bisa dipakai dengan sneakers dan sebagainya. Yang penting cinta dulu, nanti ribet hilang dengan sendirinya," kata Woro yang merupakan dosen sastra Jawa di Universitas Indonesia.
(ptj/chs)