ULASAN PENGINAPAN

Perwujudan Kemegahan 'Subak' di Tepi Nusa Dua

CNN Indonesia
Senin, 02 Sep 2019 16:25 WIB
Sistem irigasi sawah subak identik dengan Ubud. Tapi di Nusa Dua ada bangunan megah yang arsitekturnya menerapkan sistem tersebut.
The Apurva Kempinski Bali. (Dok. Kempinski)
Bali, CNN Indonesia -- Garis pantai yang indah serta tingkat privasi yang tinggi menjadikan kawasan Nusa Dua menjadi pilihan untuk wisata keluarga atau pasangan. Kawasan yang berada di tenggara Bali ini juga menjadi pilihan pemerintah Indonesia untuk menjamu tamu-tamu dunia, mulai dari Barack Obama sampai Raja Arab dkk.

Hampir tidak ada kemacetan di Nusa Dua, kecuali di jalanan yang mengarah ke Jalan Tol Bali Mandara. Dengan berkendara selama 15 sampai 30 menit jalan tol ini, turis dari kawasan sekitar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai bisa langsung sampai ke Nusa Dua.

Ada hotel murah di Nusa Dua, tapi sebagian besar tidak memiliki garis pantai sendiri. Mengingat jarang ada kendaraan umum di Nusa Dua, sepertinya bermalam di hotel yang memiliki garis pantai sendiri menjadi keuntungan. Salah satunya ialah The Apurva Kempinski Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya memiliki garis pantai yang langsung menghadap ke Samudra Hindia di teras belakangnya, penginapan bergaya resor ini juga menawarkan fasilitas dan layanan wisata yang menarik untuk tamunya.

Hotel The Apurva Kempinski Bali menempati lahan seluas 14 hektare di lot 4, Jalan Raya Nusa Dua Selatan, Benoa. Hotel bintang lima yang baru berusia dua tahun ini dibangun dengan perpaduan antara kemewahan dan seni tradisional Jawa-Bali.


Beberapa waktu lalu, saya mendapat undangan dari hotel tersebut untuk menghadiri acara peresmian ruang teater terbuka mereka dalam acara yang dikemas dalam nama The Celebration of Indonesia's Craftmanship.

Megah dan sakral, adalah dua kesan pertama yang saya dapat saat pertama kali menjejakkan kaki di lobi hotel ini.

Saat masuk ke lobi, tamu disuguhi pemandangan kolam ikan besar yang membentang membatasi koridor-koridor lobi dengan pencahayaan khusus untuk malam hari dan konsep ruang terbuka. Konsep tersebut terinspirasi dari interior dan arsitektur bangunan khas Jawa, pendopo.

Bangunan 'Subak' di Tepi Nusa DuaLobi hotel. (Dok. Kempinski)

"Pendopo ada pada seni zaman kerajaan Majapahit sehingga kami menyebut lobi ini Pendopo Lobby," ujar Direktur Marketing the Apurva Kempinski Bali, Danti Yuliandri saat itu.

Memasuki lobi lebih dalam terlihat tiang-tiang kayu yang motif ukirannya terinspirasi dari gebyok dan batik cap dari Jawa Timur serta pajangan karya seni patung berwarna kuning keemasan yang dinamakan Fly High.

Interior hotel yang dibuat sangat detail oleh Rudy Dodo of Trivium Design Group itu tidak hanya bisa dirasakan tamu di lobi karena terdapat hampir di setiap sudut hotel ini.

Bangunan 'Subak' di Tepi Nusa DuaUkiran yang menghiasi sudut hotel. (Dok. Kempinski)

Dari lobi itu para tamu untuk kamar selain Suites dan Villa bisa melakukan check-in. Saya bakal bermalam di kamar tipe Cliff Private Pool Ocean Junior Suite, kamar dilengkapi dengan kolam renang pribadi menghadap ke arah Samudera Hindia. Khusus untuk tamu kamar tipe Suite seperti saya, staff hotel akan mengantarkan ke tempat check in khusus yakni di lantai sembilan, Cliff Lounge.

Selain untuk check-in, Cliff Lounge digunakan untuk area sarapan dan kongko sore, tak terkecuali untuk tamu tipe kamar lain. Cliff Lounge buka dari pukul 07.00 hingga 21.00 WITA.

Setelah check-in dan menikmati welcome drink, saya diantar ke kamar Cliff Private Pool Ocean Junior Suite di lantai 10. Kamar berukuran 100 meter persegi itu dilengkapi dengan tempat tidur ukuran king dan pencahayaan serta dekorasi tradisional yang unik.

Pintu kaca menuju kolam renang pribadi pun langsung ada di depan tempat tidur. Kamar yang saya tempati itu saat ini bertarif Rp7,7 jutaan per malam.

Perwujudan Kemegahan 'Subak' di Tepi Pantai Nusa DuaPemandangan kamar dengan kolam renang. (Dok. Kempinski)

Secara total, The Apurva Kempinski Bali memiliki 475 kamar dengan ukuran antara 65 hingga 1.379 meter persegi. Yang paling murah Grand Deluxe Rooms dengan balkon dan pilihan king atau twin bed berukuran 65 meter persegi. Tarifnya mulai dari Rp4 jutaan per malam.

Kemudian ada Grand Deluxe Rooms (dengan akses langsung ke laguna pribadi) serta Junior Suites dan Specialty Suites (dengan akses langsung ke kolam renang pribadi) dengan tarif mulai dari Rp5 jutaan per malam.

Perwujudan Kemegahan 'Subak' di Tepi Pantai Nusa DuaKamar yang berada di lantai atas. (Dok. Kempinski)

Yang cocok untuk keluarga besar atau pasangan bulan madu ialah kamar tipe Villa dengan tarif mulai dari Rp13 jutaan.

Jika mau ke pantai, tamu bisa langsung berjalan kaki dari kamar. Kalau mau yoga, meditasi, atau spa, tamu bisa melakukannya juga dari dalam hotel. Fasilitas dan layanan di hotel ini memang serba lengkap dan memanjakan, sehingga tamu tak perlu sampai keluar hotel.

Hotel ini dibangun di area berbukit tanpa meratakan lahannya yang meninggi ke atas. Sehingga kalau dilihat dari pinggir pantai atau ketinggian, bangunan hotel ini terlihat bertingkat bak sistem irigasi persawahan khas Bali, subak.

Di tengah bangunan itu juga terdapat tangga utama yang menjulur hingga lantai dasar dan dilengkapi dengan air terjun di setiap sisinya. Terdapat 250 anak tangga yang merupakan inspirasi dari Candi Pura Besakih.

Ide arsitektur hotel ini dicetuskan oleh Budiman Hendropurnomo.

Selain megah dan indah, hotel yang berada tepat di tepi pantai ini juga memiliki sistem evakuasi jika bencana alam seperti gempa atau tsunami terjadi.

Danti menerangkan ada dua hal yang dipersiapkan, yang pertama adalah antisipasi secara internal dengan memberikan peta lokasi menuju tempat evakuasi dan tanda terjadinya gempa bumi atau tsunami kepada para tamu. Selain itu peringatan kepada para tamu juga akan dilakukan, hal ini menjadi cara antisipasi dan penanganan secara eksternal.

"Kami juga memiliki tim manajemen krisis yang bertugas menangani isu bencana. Seperti staf media dan hubungan masyarakat yang bertugas membangun komunikasi dengan pihak instansi terkait yang bertanggung jawab menangani situasi tersebut," jelas Danti.

Dalam hal evakuasi, Danti menjelaskan, lantai 17 akan menjadi tempat yang cukup untuk memuat semua tamu jika terjadi tsunami.

Jika terjadi tsunami, ia mengatakan pihak hotel memiliki waktu 10 menit untuk memperingati para tamu dan mengevakuasi mereka ke lantai 17.

"Kami juga punya Rooftop Bar yang bisa dijadikan tempat evakuasi," tambah dia.

Namun untuk gempa bumi, Danti mengatakan akan mengevakuasi para tamu ke lapangan parkir.


Untuk makan malam saya diajak mencicipi makan malam di Pala Restaurant. Tempat makan itu dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan layanan buggy car bagi yang malas berjalan kaki menelusuri taman menuju restoran itu.

Pala Restaurant menawarkan konsep prasmanan dengan pilihan makanan khas Indonesia, Asia, Eropa serta makanan Amerika Latin.

Makanan pencuci mulutnya juga beragam mulai dari es krim berbagai rasa, kue tart, mousse, puding, buah-buahan dan juga chocolate fountain.

Malam itu Pala Restaurant menyajikan platter seafood berukuran besar. Isinya mulai dari ikan, udang, lobster, kerang dan masih banyak lagi. Bumbunya tentu bumbu khusus dari Bali dilengkapi dengan sambal matah.

Pala Restaurant juga bisa didatangi tamu untuk sarapan. Di hari Minggu, Pala Restaurant menyediakan layanan brunch plus akses ke kolam renang utama seluas 60 meter persegi, fitness, spa dan lainnya. Tak hanya untuk tamu, kegiatan brunch juga bisa dinikmati tamu luar hotel.

Bangunan 'Subak' di Tepi Nusa DuaPala Restaurant. (Dok. Kempinski)

Saya juga berkesempatan menikmati brunch tersebut. Secara garis besar, menunya tidak terlalu berbeda dengan makan malam, hanya saja ada tambahan menu sarapan seperti miso soup untuk makanan Jepang, aneka pastry oleh chef asal Perancis Eric Cocollos dan menu sarapan lainnya seperti scramble eggs, omelet dan sosis.

Di atas Pala Restaurant, dibuka juga Rooftop Bar yang cocok untuk tempat bersantai sambil menikmati pemandangan hotel dari ketinggian.

Cokctail khas The Apurva Kempinski Bali ada dua macam yaitu Acaraki dan Lady in Red Cosmo.

Acaraki tentunya merupakan minuman andalan karena selaras dengan konsep tradisional the Apurva. Minuman itu cocok bagi pencinta jamu karena terdiri dari campuran beras kencur, sitrus, dan sparkling water. Rasa manis beras kencur dan asam sitrus itu juga sangat cocok karena dicampur dengan kuatnya arak Bali yang dicampur dengan daun pandan.

Sementara itu Lady in Red Cosmo adalah minuman yang bisa dibilang sangat feminin dari tampilan dan rasanya. Minuman ini terinspirasi dari Lady in Red yakni staff hotel berpakaian kebaya merah yang bertugas memberikan informasi terkait apapun kepada para tamu. Oleh karena itu warnanya juga merah dengan campuran krim dan hiasan potongan stroberi dan cranberry.

"Iya, feminin itu, ada stroberi, cranberry dan campuran vodka," kata Marketing Manager The Apurva Kempinski Bali, Yoshana Korompis saat menjelaskan minuman itu kepada saya.

Rasa manis, asam dan vodka berbaur dengan harum sirup buah-buahan dalam minuman itu. Namun yang tidak kalah penting adalah alunan musik, angin pantai, serta pemandangan hotel yang bercahaya kala malam hari.

Ada satu lagi minuman yang staff hotel bilang menjadi favorit para tamu yaitu Lavender Martini. Minuman ini cocok bagi mereka yang ingin menikmati minuman alkohol ringan dan bersantai. Minuman ini merupakan campuran dari lavender seeds infused gin, sparkling rose, perasan lemon dan jeruk nipis, jus apel dan sirup lavender.

Selain Pala Restaurant, The Apurva Kempinski Bali juga memiliki sejumlah restoran lain seperti; Selasar Deli yang menawarkan aneka ragam makanan jajanan pasar dan angkringan Indonesia, Reef Beach Club untuk sarapan dengan pemandangan langsung ke pantai, restoran Jepang Izakaya by OKU, dan Koral Restaurant yaitu tempat makan berkonsep akuarium yang menyajikan hidangan seafood khas Indonesia.

(ain/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER