Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi sebagian orang, keharuman bisa membawa kesegaran, bahkan menjadi patokan kebersihan. Namun, ini tampaknya tak akan berlaku bagi orang yang mengalami
multiple chemical sensitivity syndrome (MCS) atau sensitivitas terhadap bahan kimia. MSC membuat orang dapat mengalami '
alergi' atau intoleransi terhadap produk wewangian, seperti
parfum, kosmetik, deterjen atau sabun yang memiliki bau wangi yang menyengat.
Mengutip
The Guardian, sebuah studi yang diteliti oleh Dr Anne Steinemann, seorang profesor di Universitas Melbourne menemukan 1 dari 3 orang dewasa mengalami masalah kesehatan akibat produk wewangian.
Mereka yang intoleran terhadap wangi kimia dapat mengalami migrain, masalah pernapasan, dan sakit berkepanjangan jika mencium aroma dari produk-produk kimia. Mengutip
Alodokter, kaidah medis menyebut kondisi ini sebagai alergi atau hipersensitivitas terhadap minyak wangi kimia. Setidaknya ada sekitar 5000 lebih wewangian berbeda yang digunakan saat ini, dan lebih dari 2 juta orang yang terdampak karenanya, seperti mengalami sakit kepala, bersin-bersin, mata berair, pilek, sesak napas, serta ruam pada kulit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lesley Heidinger, 46, seorang pekerja asal Kanada mengalami sensitivitas kimia (MCS). Kondisi tersebut membuat Heidinger tak tahan dengan wangi yang terdapat pada bahan kimia seperti produk sabun, deterjen, dan parfum. Walau semua orang berkata bau produk tadi menyegarkan, namun bagi Heidinger justru seperti 'petaka' yang membuatnya jatuh sakit.
Walau begitu, Heidinger masih mentolerir aroma wewangian yang berasal dari bahan alami, seperti minyak atsiri dan wangi minyak esensial lainnya. Namun, ketika aroma wewangian berasal dari percampuran bahan kimia, ia akan mulai batuk-batuk dan mengalami migrain hingga berhari-hari.
"Itu membuat saya sangat sakit. Mengalami migrain selama seminggu adalah hal yang tak menyenangkan," kata Heidinger.
Selain migrain, gejala MSC lain yang bisa muncul ialah nyeri otot, kelelahan, dan disorientasi (perubahan kondisi mental).
"Betapa sakitnya terpapar sesuatu yang membuat saya tak bisa pergi bekerja dan menikmati hidup sepenuhnya," jelas Heidinger.
Untuk penyebabnya sendiri, perdebatan masih terjadi di kalangan medis tentang apakah MCS bersifat fisiologis atau psikologis.
"Ini adalah kondisi yang tidak pasti," kata Prof Howard Hu, Pakar kesehatan lingkungan di Universitas Washington.
(dir/ayk)