'Lady Warrior' dan Cerita Rinaldy Yunardi si Juara Dunia

CNN Indonesia
Selasa, 29 Okt 2019 21:08 WIB
Nama desainer Rinaldy A Yunardi tak diragukan lagi di dunia mode. Karya teranyarnya bertajuk "Lady Warrior" kembali meraih penghargaan tingkat dunia.
Desainer Rinaldy Yunardi kembali sabet penghargaan internasional di ajang World of Wearable (WoW) Art 2019. (CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti)
Jakarta, CNN Indonesia -- 'Lagi nonton show, lalu Indonesia disebut. Saya menangis. Tuhan begitu sayang sama saya.'

Sembari menahan tangis, desainer aksesori Rinaldy A. Yunardi mengenang peristiwa di Wellington, Selandia Baru, pada 27 September 2019 lalu. Karyanya bertajuk "Lady Warrior" dinobatkan sebagai pemenang ajang World of Wearable (WoW) Art 2019.

Sebanyak tiga kategori berhasil disabetnya. Mulai dari Avant Garde Selection, International Awards: Asia, dan yang paling prestisius, Supreme WoW Award.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Matanya menerawang. Rinaldy tampaknya masih menganggap apa yang diraihnya tak ubahnya khayalan. Dia tak percaya bahwa dirinya mampu menyisihkan 115 peserta dari 22 negara yang berpartisipasi.

"Saya enggak sekolah fesyen. Buat saya ini sungguh indah. Di dunia ini banyak orang kreatif, siapa saya? Saya enggak nyangka bisa jadi desainer, bisa jadi juara dunia," kata Rinaldy saat temu media dan sahabat di Seia, Menara Astra, Jakarta Pusat, Selasa (29/10).

Rinaldy konsisten mengambil perempuan sebagai sumber inspirasinya. "Lady Warrior" terinspirasi dari sang ibu.

[Gambas:Instagram]
Rinaldy ingin menampilkan sosok perempuan yang kuat, pintar mengambil keputusan, menghadapi aneka polemik sehari-hari dengan mengandalkan kelembutan, ketenangan, dan intelektualitas mereka.

Tak hanya bicara soal pribadi perempuan, Rinaldy juga turut menyuarakan isu lingkungan. "Lady Warrior" dibuat dengan material utama kertas daur ulang yang dipilin dan dianyam. Material pendukung seperti logam besi digunakan untuk menopang dan memberi kesan kuat seorang 'warrior' alias pejuang.

Karya ini dikerjakan dalam waktu sekitar enam bulan. Bagi Rinaldy, bagian tersulit adalah saat proses penganyaman material. Agar kuat, kertas harus dianyam untuk kemudian menjadi tali.

Kerja keras itu sepadan dengan hasil yang diraih. Elemen tali yang terbuat dari kertas daur ulang lah yang membuat Rinaldy berdiri sebagai pemenang.

"Menganyam, kan, jadi salah satu budaya di Indonesia. Selain story tentang alam, ada pula story tentang craftmanship di Indonesia," kata Rinaldy.

Nama Rinaldy tak perlu dipertanyakan lagi di dunia desain aksesori. Sebelumnya, dia juga pernah meraih penghargaan di ajang serupa.

Karya bertajuk "Encapsulate" yang ditelurkannya pada 2017 lalu berhasil meraih kemenangan pada kategori Open Section, David Jones Avant Garde Section, dan Supreme WoW Award.

"Encapsulate" sendiri berupa kapsul yang 'membungkus' tubuh manusia yang terbuat dari tali rafia daur ulang.

[Gambas:Video CNN] (els/asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER