Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang Halloween tahun ini, saya dan teman saya mendaftar untuk menjadi peserta Jakarta Mystical Tour, alias wisata horor mengelilingi lokasi legenda urban di Jakarta.
Tak hanya susunan acaranya yang membuat saya ngeri. Tarif peserta sebesar Rp350 ribu juga membuat saya deg-degan. Sudah membayar semahal itu tapi saya malah berniat tidak mau ketemu makhluk gaib apapun di sepanjang perjalanan nanti.
Harga tersebut sudah termasuk transportasi, makanan kecil, kopi, air mineral, pemandu wisata, P3K, biaya tol dan parkir serta pendampingan dari seorang paranormal yang kami sapa, Bang Daud, yang diharapkan bisa menjaga peserta dari makhluk gaib usil atau kesurupan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah membayar ratusan ribu tentu saja saya dan teman saya bersemangat untuk mengikuti tur ini. Tapi menjelang sore, saya dirundung kecemasan: bagaimana jika yang ikut hanya lima orang? Kepada siapa saya akan berlindung? Bagaimana jika saya kesurupan tapi Bang Daud juga sedang sibuk menyembuhkan peserta lain?
Sampai di tempat kumpul peserta yang berada di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, perasaan saya sedikit lega, karena nyatanya ada lebih dari 40 orang yang ikut dalam rombongan.
Sebelum naik bus pariwisata, ada satu peserta yang membawa alat pendeteksi gelombang elektromagnetik (EMF). Tujuannya agar bisa mendeteksi keberadaan makhluk gaib yang mungkin berada di dekat kami.
EMF adalah semacam alat untuk mendeteksi adanya makhluk lain di sekitar kita. Alatnya mirip dengan yang digunakan dalam film 'Ghostbuster'.
Sementara ia menjelaskan kegunaan alat itu, saya berdoa semoga alat tersebut tidak akan pernah bunyi.
 Wajah-wajah para peserta tur. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Terowongan CasablancaPerjalanan dimulai sekitar pukul 20.30 dari kawasan Kuningan, Jakarta Selatan menuju Terowongan Casablanca sebagai destinasi pertama. Lalu lintas Jakarta yang masih ramai di Jumat malam itu membuat kami hanya bisa melintas di bawah kolong.
Pemandu wisata juga menjelaskan kenapa Terowongan Casablanca menjadi salah satu destinasi horor di Jakarta. Bang Daud bercerita, dulunya Terowongan Casablanca adalah kuburan Menteng Pulo yang berdampingan dengan rumah penduduk.
"Banyak kisah yang terjadi di sini. Sebuah cerita yang mengatakan dalam proses pembangunan jalan, ada kuburan yang setelah dibongkar jenazahnya masih utuh. Kabarnya karena dia menganut ilmu hitam," ucap Bang Daud menjelaskan.
 Terowongan Casablanca. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Dari Terowongan Casablanca, bus melaju melewati jalan di samping kuburan Menteng Pulo mengarah ke Plaza Festival.
Di jalan itu, tiba-tiba EMF milik peserta tur bernama Panji mengeluarkan sinyal berwarna kuning mendekati merah.
Sinyal yang dikeluarkan EMF milk Panji tersebut menandakan bahwa ada gelombang elektromagnetik cukup besar yang sedang berada di dekat kami.
Namun, ketika EMF di bawa ke bagian belakang bus sinyal tersebut hilang dan berubah warna menjadi hijau yang artinya 'aman'.
Sembilan destinasi horor masih harus kami datangi, tapi saya sudah ingin pulang karena ketakutan.
 Alat pendeteksi gelombang elektromagnetik (EMF). (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Taman LangsatPerjalanan kemudian dilanjutkan ke arah Blok M, tepatnya ke Taman Langsat. Sebenarnya saya sering melewati jalan ini, tapi tidak pernah merasakan ada hal aneh atau menyeramkan. Mungkin karena saya datang saat hari masih terang.
Dijelaskan oleh pemandu, Taman Langsat merupakan tempat penampungan bibit tanaman, namun pada saat ini telah ditingkatkan fungsinya menjadi area penyuluhan pertamanan dan beberapa fasilitas yang dapat dipergunakan untuk umum.
Namun banyaknya pohon yang berada di Taman Langsat memunculkan banyak mitos misteri di dalamnya.
 Taman Langsat. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Baru kali ini saya menyambangi Taman Langsat kala malam. Saat berada di sana, beberapa kali saya sempat merasakan merinding di sekujur tubuh seolah menandakan ada sesuatu yang ganjil di dalamnya.
Bahkan saya melihat fenomena yang menurut saya agak aneh. Yaitu ketika sebuah pohon, hanya satu daunnya yang bergerak seperti berputar dengan kencang, sementara daun lainnya terlihat tenang karena memang tidak terasa angin yang bertiup kala itu.
"Ya, itu ada sosok makhluk besar di pohon itu. Tapi dia tidak jahat dan tidak akan ganggu," ucap Bang Daud memberikan penjelasan.
Percaya atau tidak, hingga saat ini saya juga masih memikirkannya.
Rumah Kentang PrapancaKemudian perjalanan berlanjut ke Rumah Kentang di kawasan Prapanca. Lokasinya tepat berada di sebelah Dharmawangsa Square atau tepat di belakang restoran Plataran. Sebuah rumah besar dengan cat putih tepat di belokan.
Mengingat kondisi jalan yang masih cukup ramai dan lokasinya berada di jalan yang agak sempit, kami tidak turun dari bus. Kami hanya melihat secara seksama ke arah rumah tersebut dari balik kaca bus.
Konon kabarnya, nama rumah kentang berasal dari cerita mitos yang menyebut dulunya ada seorang ibu yang bekerja sebagai jasa katering.
 Rumah Kentang Prapanca. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Sang ibu sedang merebus kentang dalam kuali besar yang lalu ditinggalkannya sebentar. Tanpa pengawasannya, anaknya bermain di dekat kuali itu lalu tercebur di dalamnya.
Saat sang ibu kembali ke dapur, sang anak sudah tewas dengan sekujur badan yang melepuh.
Sejak kejadian itu, kabarnya jarang ada penghuni yang betah menempati rumah tersebut sehingga dibiarkan kosong sampai saat ini.
Sang anak yang meninggal bersama rebusan kentang itu pun disebut-sebut sering mendatangi penghuni untuk meminta tolong sambil kesakitan.
Pengalaman wisata horor di Jakarta masih berlanjut ke halaman berikutnya...
TPU Jeruk PurutDari Rumah Kentang, kami menuju ke Taman Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut. Rasanya sudah banyak yang tahu cerita keangkeran lokasi ini.
Mitosnya tiap malam ada seorang pastor berkepala buntung yang berkeliling sambil menenteng kepalanya ditemani seekor anjing.
Cerita ini memang tak lagi baru, namun gambaran mengenai orang tak berkepala terus melintas di kepala saya malam itu. Bisa dibilang TPU Jeruk Purut merupakan lokasi yang paling membuat saya takut.
Turun dari bus hal pertama yang saya lakukan adalah membaca doa yang saya niatkan untuk semua penghuni yang ada di TPU Jeruk Purut.
Saya juga teringat dengan pesan ayah sebelum berangkat, "Makhluk gaib itu ada. Tapi gaib itu artinya tidak terlihat. Kalau kamu tidak punya kemampuan ya tidak bisa lihat. Tapi mungkin kamu bisa merasakan atau mendengar."
Di TPU Jeruk Purut, peserta tidak diperbolehkan membawa kamera kecuali kamera ponsel. Jika ingin menggunakan kamera, ada biaya tambahan yang harus dibayarkan kepada petugas keamanan yang memberikan izin di lokasi.
Lokasi pertama di Jeruk Purut adalah pohon kembar yang kabarnya angker. Kami harus melewati makam-makam orang untuk sampai ke pohon kembar itu. Suasananya biasa saja, lampu taman cukup menerangi jalan setapak.
Bahkan saya melihat sekitar tujuh anak remaja laki-laki asik ngobrol di atas motornya yang diparkir di sebelah makam. Mereka ngobrol sambil heran melihat ke arah rombongan kami yang baru datang.
"Bagi yang bisa melihat, di atas pohon ini ada sebuah kerajaan. Seperti kerajaan di Jawa," sebut Bang Daud bercerita kepada peserta.
 Sumur tua di TPU Jeruk Purut. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Lalu peserta diajak berjalan sedikit menuju sumur tua, yang lokasinya dekat dengan tembok pembatas antara TPU Jeruk Purut dan perumahan warga.
"Di sumur ini ada ular, tapi kepalanya menghadap ke bawah. Jadi mau disenter bagaimanapun juga tidak akan kelihatan," ujar Bang Daud.
Setelah dari sumur, peserta diajak menuju Pohon Benda yang kabarnya dulunya terdapat banyak benda-benda mistis. Tapi saya tidak tertarik ikut ke pohon tersebut.
Saya memilih untuk memisahkan diri untuk berbincang dengan salah satu petugas keamanan dalam TPU Jeruk Purut yang berasal dari Dinas Kehutanan bernama Ade Nursamsi.
Saya sempat mencium bau wangi melati di jalan setapak, tapi saya mencoba cuek sambil terus berjalan sendirian menuju Pak Ade.
Saat ngobrol Pak Ade mengaku agak aneh dengan kedatangan kami. Menurutnya, ini baru kali pertama mereka kedatangan tamu yang jumlahnya sangat banyak.
Biasanya, lanjut Ade, paling banyak kelompok berisikan 2-4 orang yang sering datang ke Jeruk Purut setiap malam secara bergantian. Kecuali hari Senin, katanya ada saja orang yang datang untuk sekadar jalan-jalan malam di TPU Jeruk Purut.
Mereka yang berniat jalan-jalan malam dan ditemani seorang pemandu harus membayar sejumlah uang kepada petugas keamanan di lokasi.
"Biasanya paling berdua atau berempat. Ini sih banyak sekali. Tahu Mbah Mijan? beliau juga sering ke sini, biasanya malam Jumat. Beliau minta izin tidak ditemani, beliau di sini sekitar 1 sampai 1,5 jam, lalu beliau pulang," kata Ade.
Ade juga menyangkal adanya cerita mitos pastor kepala buntung di Jeruk Purut. Katanya, mana mungkin ada pastor sementara TPU Jeruk Purut adalah pemakaman khusus Islam.
"Di sini juga ada makam habib. Namanya Habib Salim. Makamnya seperti ada rumahnya. Jadi, cerita-cerita pastor itu bohong, tidak benar. Itu hanya untuk keperluan film saja," tegas Ade.
Saat saya mulai berpikir bahwa TPU Jeruk Purut tidak menyeramkan seperti yang saya bayangkan, teman saya justru menceritakan pengalaman aneh yang ditemuinya. Ketika berada di Pohon Benda, EMF mengeluarkan sinyal level empat (orange hampir ke Merah).
Teman saya yang merupakan videografer itu mencoba untuk mengabadikan sinyal EMF tersebut. Saat direkam sinyal EMF berwarna hijau, tapi ketika ia melihat sendiri tanpa direkam kamera, alat tersebut masih menunjukkan warna oranye kemerahan.
Rel Kereta BintaroDestinasi selanjutnya adalah Rel Kereta Bintaro di daerah Pondok Betung. Lokasinya tidak jauh dari Masjid Raya Bintaro yang berada di dekat Sektor 9. Di lokasi ini pernah terjadi insiden terburuk dalam sejarah perkeretaapian Indonesia.
Tepatnya pada 19 Oktober 1987, atau tepat 32 tahun ketika saya mengunjungi lokasi tersebut. Lagi-lagi, saya lebih dulu mengirimkan doa untuk mereka yang menjadi korban kejadian nahas yang menewaskan sekitar 200 orang tersebut.
Di atas rel saya sempat bertanya kepada Bang Daud apa yang masih tersisa dari kejadian nahas itu saat ini. Bang Daud mengatakan jika di sebelah kanan tempat saya berdiri malam itu, ada banyak jin yang menyerupai korban yang meminta pertolongan.
Menurut Bang Daud, banyak di antara mereka yang menjadi korban adalah perempuan dan anak-anak. Banyak pula yang kondisi tubuhnya tidak dalam keadaan utuh atau hanya potongannya saja yang berserakan di sekitar rel.
 Rel kereta Bintaro. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
Bau anyir darah masih tercium masyarakat sekitar sampai tiga bulan pasca kejadian. Ketukan pintu meminta tolong ke rumah warga dari korban yang telah meninggal dunia sempat menjadi momok menakutkan dan ceritanya beredar luas.
Ketika Bang Daud bercerita, sontak bulu kuduk sekujur tubuh saya berdiri. Perasaan saya mendadak sedih, seolah saya merasakan kesedihan mendalam atas kejadian tabrakan kereta bintaro tersebut.
Seketika kaki kiri saya seolah berat, seperti dibekap erat sesuatu yang saya tidak melihatnya. Saya langsung meminta Bang Daud untuk "membersihkan" saya. Ia memegang bahu saya sambil merapal doa-doa.
"Tidak apa-apa, itu ada anak kecil yang mau kenalan. Dia mau minta tolong sama kamu," ucap Bang Daud santai yang makin membuat saya ketakutan.
Di perjalanan dari Bintaro menuju Museum Taman Prasasti di daerah Tanah Abang, saya sempat merasakan panas di bagian paha sebelah kiri, bekas bekapan anak kecil yang meminta tolong tadi. Pundak pun terasa sangat pegal.
Bang Daud berkata ada "nenek-nenek" yang menempel di pundak saya. Kembali, ia dengan sigap "membersihkan" hal tersebut dari tubuh saya.
Pengalaman wisata horor di Jakarta masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Museum Taman PrasastiDasar, namanya juga Jakarta. Waktu menunjukkan sekitar pukul O1.30, tapi kami masih terjebak lalu lintas Jakarta yang runyam. Pembetulan jalan, angkot yang parkir sembarangan membuat waktu perjalanan kami banyak tersita.
Di Museum Prasasti sekitar pukul 02.00 pagi. Kami juga tidak diizinkan untuk masuk ke dalam museum yang berisikan kuburan dan nisan peninggalan zaman Belanda dan hanya bisa berada tepat di depan gerbangnya saja.
Bus kami parkir tepat di sebelah kiri Museum Prasasti, yakni lapangan parkir milik KONI Jakarta Pusat yang di dalamnya ada Gedung Auditoriumnya. Lokasinya persis berdampingan dengan Museum dan membelakangi Kantor Walikota Jakarta Pusat.
Lokasi ini menurut saya yang paling horor di antara lokasi lain yang telah saya datangi malam itu. Sebenarnya tidak ada catatan sejarah yang membuat lokasi itu menjadi angker.
Saya pun sebenarnya tidak melihat apapun yang menyeramkan di tempat itu. Tapi saya bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda di lokasi itu.
Salah satu petugas keamanan yang saya temui mengajak saya dan dua teman saya untuk sekadar mengelilingi lokasi tersebut. Menurut petugas bernama Akbar itu, ada beberapa cerita horor yang pernah dialami masyarakat sekitar.
 Museum Taman Prasasti. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
"Di sini, kabarnya ada sosok dedemit bertanduk dengan mata merahnya. Rambutnya ikal panjang dan menyeramkan di sini," kata Akbar sambari membawa saya ke bagian pojok dekat tempat pembuangan sampah yang dimaksud.
Entah mengapa saya ketakutan. Bulu kuduk merinding dan rasanya tidak berani untuk mendekat ke arah yang dimaksud.
Spot lain yang ditunjukkan adalah pohon Mangga yang berada di dekat Auditorium dan wisma atlet KONI Jakarta Pusat. Namun, saya baru merasakan ketakutan di arah pojok yang membelakangi pohon yang dimaksud Akbar.
Sontak saya berlari kecil dan mengajak kedua teman saya untuk meninggalkan lokasi tersebut. Bang Daud yang mendatangi kami pun menanyakan apa yang terjadi.
"Serem pokoknya, bang. Enggak tahu ada apa," jawab saya ketika ditanya.
Bang Daud pun langsung menyalakan senter dan mengarahkan ke lengannya yang memperlihatkan bulu romanya yang merinding.
Toko Merah Perjalanan kami berlanjut ke Toko Merah di kawasan Wisata Kota Tua. Cerita mistis yang menyelimuti Toko Merah yaitu adanya sosok noni Belanda yang sering menampakkan dirinya di balik salah satu jendelanya.
Kala itu terjadi pembantaian besar-besaran terhadap etnis Tionghoa oleh bangsa Belanda yang disebut Geger Pacinan. Noni Belanda ini adalah salah satu yang membela etnis Tionghoa namun ia juga ikut menjadi korban pembantaian tersebut.
Saya sempat bertanya kepada Wati, salah seorang penjual minuman yang letaknya persis di sebelah Toko Merah. Selama 10 tahun berjualan, ia mengaku tidak pernah menemukan kejadian ganjil dari Toko Merah.
"Saya 10 tahun di sini tidak ada apa-apa. Jangan sampai. Tapi di sini saya sering lihat orang kesurupan. Biasanya perempuan ABG, mungkin dia banyak masalah terus bengong lalu kesurupan. Kalau kesurupan teriak-teriak pakai bahasa Belanda. Saya tidak mengerti artinya," aku Wati.
Museum Fatahillah Tidak jauh dari Toko Merah, kami bergerak menuju Museum Fatahillah. Lagi-lagi kami hanya mendapatkan izin masuk sampai di area depan meriamnya.
Museum Fatahillah juga terkenal sebagai salah satu lokasi horor di Jakarta. Museum yang dulunya merupakan Kantor Gubernur VOC Belanda juga menyimpan cerita sejarah penyiksaan yang dilakukan tentara Belanda pada zaman VOC.
Jembatan Ancol Dari Museum Fatahillah, kami menuju Ancol yang punya cerita tentang Si Manis Jembatan Ancol. Karena waktu yang semakin mendekati pagi, kami hanya melewati jembatan yang kabarnya dihuni sesosok makhluk berwujud wanita cantik bernama Meriam.
Alkisah, Meriam meninggal setelah diperkosa. Kemudian mayatnya dibuang ke kali di bawah jembatan Ancol.
Meski sampat viral di era 80-90 an, ini cerita Misteri Jembatan Ancol seolah meredup. Tapi Jembatan Ancol masih menjadi salah satu tempat paling horor yang ada di Jakarta.
Menara SaidahDestinasi terakhir saya dan rombongan adalah Menara Saidah yang belakangan sedang ramai dibicarakan. Sayang, kami baru sampai di lokasi sesaat menjelang azan subuh.
Saya sempat turun dan mencoba masuk ke dalam gedung yang dibangun pertama kali pada tahun 1995 itu. Namun tidak mendapatkan izin, bahkan hanya untuk masuk sampai ke bagian lobi gedung.
Misteri Menara Saidah dikenal lewat sosok kuntilanak merah yang kabarnya menghuni gedung 28 lantai tersebut. Tak hanya itu, di bagian lantai dasar, kabarnya juga ada sebuah koloni siluman ular yang kerap dilihat oleh masyarakat sekitar.
 Menara Saidah. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni) |
"Kuntilanak merah itu, matanya merah bajunya merah. Kenapa merah? Karena dia korban kecelakaan kereta di dekat gedung ini. Bajunya yang putih tertutup darah sehingga jadi merah. Dulu ia di kubur di sini, sebelum gedung ini dibangun."
"Di bagian basement itu ada semacam koloni. Ada ratunya bentuknya ular. Dia bertelur dan diberi makan oleh anak-anaknya itu sperma orang yang melakukan hubungan di luar nikah. Kalau ratunya tidak dikasih makan, anaknya yang akan dia makan," cerita Bang Daud menutup perjalanan kami malam itu.
Azan subuh telah berkumandang. Waktunya saya pulang.
Dari serangkaian perjalanan malam yang saya alami, saya percaya bahwa ada makhluk lain yang hidup bersama kita. Tidak hanya di tempat yang berlabel angker, tapi di semua tempat di dunia ini.
Namun sebagai sesama makhluk Tuhan, ada baiknya kita saling menjaga dan tidak saling mengganggu. Setidaknya, meminta izin atau sekadar memberi salam jika kita bertamu ke tempat baru.
Perjalanan ini juga yang meyakinkan saya bahwa sebenarnya kita semua adalah pemberani. Hanya pikiran yang membuat kita menjadi takut.