Jakarta, CNN Indonesia --
Ivan Gunawan berusaha keluar dari zona nyaman yang biasa dilakukannya sebagai seorang desainer. Dalam koleksi terbaru bertajuk 'Believe', Ivan banyak mencoba hal-hal yang baru pertama kali dilakukannya sepanjang 15 tahun berkarier di dunia
mode Indonesia.
Ivan memperagakan koleksi anyar ini di IPMI Trend Show 2020, Rabu (7/11) malam.
Show ini sekaligus menandakan Ivan resmi dilantik sebagai anggota Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI), sebuah keinginan yang sudah diimpikannya sejak berusia 16 tahun. Di IPMI, Ivan bergabung dengan 35 perancang andal lainnya.
Di malam perayaan itu, Ivan Gunawan menampilkan 25 busana malam yang berkelap-kelip penuh dengan kilauan. Ragam tampilan yang cocok untuk
red carpet ini banyak menggunakan kain transparan dengan warna yang lembut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ivan menggunakan kain berbahan
french lace yang dibuatnya sendiri. Ini merupakan kali pertama Ivan membuat bahan untuk koleksi busana. Selama ini, Ivan hanya menggunakan kain jadi.
Dia sengaja repot-repot membuat bahan yang diproduksi di India ini demi memberikan eksklusivitas pada koleksi tersebut. Satu lembar kain bisa memakan waktu hingga tiga bulan pengerjaan.
"Saya baru kali ini belajar untuk membuat material sendiri. Jadi, bahan ini aku desain sendiri, produksi sendiri warnanya. Supaya pelanggan saya itu bahannya enggak sama seperti yang lainnya," kata Ivan dalam wawancara eksklusif jelang
show.
 Peragaan koleksi teranyar bertajuk 'Believe' menandakan bergabungnya Ivan Gunawan bersama Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI). (Dok. Tim Muara Bagdja) |
Selain membuat kain, Ivan juga menantang dirinya menggunakan teknik
draping dan
moulage untuk pertama kali. Hampir 80 persen koleksi ini menggunakan teknik
draping.
Teknik
draping merupakan teknik mendesain busana yang membuat kain terlihat jatuh dengan pola kerut dan lipatan. Sedangkan
moulage merupakan teknik membuat busana langsung pada patung atau badan model, tanpa menggunakan pola yang dibuat di kertas terlebih dahulu.
Desainer berusia 37 tahun ini bahkan harus menyewa tiga model untuk mengerjakan koleksi ini yang selesai dalam waktu dua pekan. Ivan menggunakan teknik ini karena tak rela kain yang sudah dibuatnya dipotong oleh orang lain.
"Aku sudah jatuh cinta banget sama bahan-bahan yang aku punya. Aku enggak merelakan tukang pola untuk mengguntingnya di atas kertas. Karena aku takut salah potong, jadi polanya langsung di-
drape di badan dan dijahit," ujar Ivan.
Alhasil, teknik ini memakan waktu yang lebih lama. Ivan juga mesti menahan emosi agar tak membuat kesalahan lantaran kain
lace memiliki sifat yang lebih ringkih ketimbang kain lain. Dia juga ingin agar koleksinya terlihat lembut dengan emosi yang coba disampaikan Ivan.
Bagi Ivan, emosi saat mengerjakan koleksi sangat berpengaruh terhadap busana yang dihasilkan.
"Kalau batin aku kesal, batin aku kecewa terus, koleksinya,
tuh, kayak lebih
dark. Kalau di koleksi ini, aku lebih ingin membagi kebahagiaan dalam diri aku," ucap Ivan.
 Ivan Gunawan menampilkan total sebanyak 25 koleksi busana. (Dok. Tim Muara Bagdja) |
Mencoba teknik
moulage untuk kali pertama membuat Ivan tak lepas dari kesalahan.
Trial & error juga dilakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
"Sebelum baju itu dipotong, aku harus
pikirin dulu. Karena kalau gagal, aku harus
order lagi,
kan, kainnya. Jadi kalau dibilang gagal, ya mungkin ada lah satu, dua gaun yang gagal, panjangnya yang kependekan, atau segala macam," ungkap Ivan.
Kain
lace yang telah dibuat lalu dipadukan dengan beberapa material seperti organdi, sifon, dan tile yang didapat dari Paris, Bangkok, dan beberapa toko di Indonesia. Ivan menggunakan jasa 10 tukang jahit, lebih banyak daripada biasanya agar hasil lebih maksimal dan tidak terburu-buru.
Kain itu diolah menjadi gaun dengan siluet yang memperlihatkan lekuk pinggang. Mayoritas gaun juga memiliki punggung atau bahu yang terbuka dan bergaris dada rendah. Gaya ini bertujuan untuk menonjolkan keanggunan pemakainya.
Terdapat pula gaun
A-line dan
ball gown yang dimodifikasi. Seperti
sheath dress dengan gradasi warna biru ke kuning. Dress ini juga dilengkapi dengan detail sarung tangan berwarna sama.
Ada pula
jumpsuit untuk menonjolkan perempuan yang
edgy dan kuat.
Jumpsuit dengan
semi-palazzo ini dilengkapi dengan
waist bag yang juga berkilauan. Tas pinggang ini juga didesain langsung oleh Igun.
Sementara kilau koleksi Igun kali ini berasal dari kristal dan manik-manik atau beads yang dirakit dengan tangan satu persatu. Hampir semua helai kain dibubuhi kilauan. Salah satunya kristal
teardrops yang jatuh seperti air mata di bagian lingkar dada.
Gaun ini dipadukan dengan sepatu koleksi Ivan Gunawan dan aksesori dari Rinaldy Yunardi.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)