Jakarta, CNN Indonesia -- Uang pangkal hingga sumbangan pembinaan pendidikan
(SPP) sejumlah TK dan SD kini setara dengan biaya masuk dan SPP sejumlah perguruan tinggi. Bahkan, biaya yang perlu disiapkan untuk sekolah yang menerapkan kurikulum internasional bisa jadi lebih banyak lagi.
Tak heran bila sejumlah orang tua sampai rela mencari pinjaman dana agar anaknya bisa masuk
sekolah idaman.
Padahal, menurut pakar keuangan, biaya pendidikan sebaiknya tak perlu sampai meminjam. Pasalnya, setiap bulan orang tua juga perlu membayar biaya hidup, termasuk mencicil rumah atau kendaraan pribadi. Tentu, bila ditambah dengan membayar pinjaman untuk uang pangkal dan SPP sekolah, mengatur keuangan bisa terasa berat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andy Nugroho, perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi memberikan beberapa cara untuk menyiapkan biaya sekolah anak agar tak begitu memberatkan orang tua.
1. Tak menunda Bila belum memiliki tabungan, dana pendidikan musti ditabung dari sekarang. Bahkan, bagi pasangan suami istri yang belum memiliki anak, disarankan untuk tetap menyisihkan anggaran untuk pendidikan.
"Menurut saya sisihkan saja, toh kalau pun belum terpakai untuk pendidikan, bisa untuk biaya melahirkan. Ada pula yang begitu menikah langsung hamil, sekolahnya mungkin masih 3-4 tahun lagi, sebaiknya sisihkan mulai sekarang," jelas Andy pada
CNNIndonesia.com melalui telepon, Rabu (18/12).
2. Sekitar 10 persenTak ada patokan pasti berapa anggaran yang perlu disisihkan dari gaji untuk tabungan dana pendidikan. Menurut Andy, tiap rumah tangga memiliki pemasukan dan pengeluaran yang berbeda, sehingga perlu disesuaikan dengan kemampuan.
"Berapa persennya bisa kita asumsikan 10 persen," imbuh Andy.
Saat belum memiliki gambaran sekolah yang ingin dituju, Andy menyarankan untuk meriset TK atau SD mulai dari yang terdekat dengan rumah. Setidaknya setahun sebelum pendaftaran di mulai. Misalnya, uang pakal yang harus dibayar sebesar Rp6 juta. Target dana sebesar ini bisa dikumpulkan setahun dengan menabung Rp500 ribu setiap bulan.
"Jadi, saat hari H mau menyekolahkan anak ke TK, orang tua sudah punya modal, tinggal cari kekurangan jika memang biaya lebih," imbuhnya.
3. Pengeluaran laintak hanya meriset uang pangkal, orang tua juga perlu meriset semua biaya yang mungkin akan keluar sepanjang tahun ajaran.
"Ini untuk menghindari kebutuhan rumah tangga tidak tercukupi dan anak putus sekolah karena tidak sanggup membayar SPP," kata Andy.
Selain uang pangkal, pengeluaran yang juga perlu direncanakan adalah SPP, biaya buku, biaya ekstrakulikuler, field trip, iuran komite sekolah, dan biaya penunjang lainnya.
4. FokusTabungan dana pendidikan perlu dijadikan fokus, sebab pengeluaran biaya pendidikan sifatnya tidak bisa ditunda, bila ditunda anak bisa jadi tidak akan sekolah.
"Banyak yang mikirnya daripada mengumpulkan uang buat dana pendidikan anak, mending beli HP, ganti TV, kulkas, barang konsumtif yang belum urgent buat mereka," kata Andy.
Orang tua perlu fokus. Tak ada salahnya menyisihkan sedikit demi sedikit semisal Rp10 ribu per hari, maka per bulan sudah bisa terkumpul Rp300 ribu, setahun bisa Rp3,6juta. Jumlah ini sudah terbilang lumayan.
5. Perhatikan inflasiSatu hal yang kerap dilalaikan orang tua ialah inflasi dana pendidikan. Andy dan tim pernah melakukan riset kecil di beberapa sekolah. Dari riset ini, dia menyimpulkan inflasi pendidikan di Indonesia sekitar 15-20 persen per tahun.
Orang tua, kata dia, musti memiliki perencanaan matang bila ingin memiliki anak lebih dari satu. Biaya sekolah kakak dan adiknya jelas bakal berbeda.
"Oh saya ingin punya anak lebih dari satu, artinya perlu mempertimbangkan itu. Bukan melarang punya anak lagi, tetapi tahu konsekuensi," katanya.
Artikel ini merupakan bagian dari Fokus 'Lika-liku Pilih Sekolah Anak'[Gambas:Video CNN] (els/ayk)