Jakarta, CNN Indonesia -- Beragam produk
perawatan wajah kini menawarkan kandungan kolagen yang disebut-sebut dapat mencegah
penuaan. Mulai dari toner, serum, hingga krim wajah mengandung
kolagen.Jadi, apa sebenarnya kolagen itu? Benarkah kolagen dapat menghambat penuaan?
Kolagen adalah protein perekat yang menjadi komponen utama jaringan ikat, seperti pada kulit dan tulang rawan. Kolagen membentuk sekitar sepertiga dari semua protein yang ada dalam tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat 28 jenis kolagen yang dikategorikan berdasarkan komposisi asam amino. Sekitar 90 persen kolagen dalam tubuh seperti di kulit, tendon, dan organ internal merupakan tipe 1.
Dikutip dari
Live Science, tubuh sebenarnya secara alami membuat kolagen sendiri dengan memecah protein makanan menjadi asam amino. Asam amino itu lah yang membangun berbagai jenis protein, termasuk kolagen. Makanan yang kaya akan protein seperti ayam, daging sapi, telur, susu merupakan sumber kolagen.
Kolagen yang sudah terbentuk membantu meningkatkan elastisitas kulit. Semakin banyak kandungan kolagen, maka kulit tampak semakin segar. Sebaliknya, kandungan kolagen yang menipis membuat kulit berkerut, keriput, dan kasar yang menjadi tanda-tanda penuaan.
Namun, semakin bertambahnya usia, kemampuan tubuh memproduksi kolagen terus menurun. Selain itu, paparan sinar matahari, merokok, dan pola makan yang buruk juga bisa menghambat produksi kolagen.
Asupan tambahan kolagen dari luar seperti pada produk
skincare atau suplemen dapat membantu merangsang kolagen memperbaiki kulit dan mencegah penuaan. Produk berkolagen ini dapat digunakan setiap hari atau sesuai dengan petunjuk penggunaan.
Dikutip dari
New York Times, sejumlah studi menunjukkan bahwa mengonsumsi suplemen kolagen selama beberapa bulan dapat meningkatkan elastisitas seperti kerutan dan kekusaman serta mengurangi tanda-tanda penuaan. Studi lain juga menunjukkan suplemen kolagen juga dapat meningkatkan kepadatan tulang yang melemah dan mengurangi nyeri sendi.
Namun, mayoritas studi ini merupakan studi kecil yang dibiayai dari perusahaan pembuat produk berkolagen sehingga hasilnya pun berpeluang bias. Butuh studi yang lebih banyak untuk mengetahui efektivitas krim dan suplemen kolagen untuk tubuh.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)