Jakarta, CNN Indonesia --
Botulinum toxin, atau dikenal dengan botox adalah perawatan kecantikan populer. Botox tergolong sebagai prosedur kecantikan nonbedah nomor satu sejak 1999.
Sejak saat itu banyak orang yang tak ragu dan tak takut melakukannya. Namun apakah efek dan manfaatnya sebanding dengan efek samping yang mungkin ditimbulkan dari botox?
Apa itu botox?
Minat terhadap prosedur botox yang cukup tinggi lantaran ampuh dan cepat dalam mengatasi masalah-masalah penuaan pada kulit. Seperti munculnya garis halus dan keriput di wajah di dahi, sudut luar mata, di antara alis, garis bibir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, botox juga bisa mengontrol produksi keringat berlebih. Botox merupakan protein murni yang berasal dari Clostridium botulinum, sejenis organisme yang ditemukan di lingkungan alami seperti tanah, danau, dan hutan.
Bahkan semakin berjalannya waktu, pelaku botox semakin bertambah. American Society for Aesthetic Plastic Surgery mencatat terdapat 1,8 juta tindakan prosedur kecantikan yang dilakukan pada 2018.
Jumlah itu meningkat 16,3 persen dari tahun sebelumnya pada 2017 yakni 1,5 juta tindakan.
Prosedur botox umumnya menggunakan metode suntikan. Saat disuntikkan, botox bekerja memblokir sinyal dari saraf ke otot. Hal ini mencegah otot berkontraksi sebagai penyebab munculnya garis-garis halus atau kerutan.
Botox sebenarnya merupakan neurotoksin atau racun yang menyebabkan botulisme, semacam keracunan serius yang disebabkan oleh racun dari bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan berujung kematian.
Botulinum diketahui sebagai zat paling beracun. Para ilmuwan memperkirakan satu gram botulinum dapat membunuh sekitar 1 juta orang. Lantas bagaimana racun ini justru bisa digunakan sebagai bahan untuk mempercantik diri?
Sebagai bahan pertimbangan sebelum menjalani prosedur estetika botox, berikut hal-hal seputar botox yang kerap dipertanyakan.
Apakah botox aman bagi tubuh?
 Beberapa selebriti menjalani prosedur botox untuk mengatasi problem keringat berlebih, salah satunya Chrissy Teigen, yang menyuntikkan botox ke ketiak. (Foto: Thinkstock/Koldunov) |
Meski toksin botulinum dapat mengancam jiwa, tapi itu hanya bisa terjadi dalam skala dosis yang tinggi. Botox tak terlalu mengerikan. Dikutip dari Medical News Today, penelitian menunjukkan bahwa botox biasanya menggunakan dosis kecil sehingga masih dianggap aman.
Berdasarkan studi, botox memiliki catatan keamanan yang sangat baik. Botox sudah mengantongi izin dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk keperluan kosmetik serta mengobati penyakit medis seperti kejang otot, keringat berlebih, dan sindrom tourette atau tics disorder.
Akan tetapi, jika ingin memastikan bahwa perawatan botox aman bagi tubuh, pilih klinik kecantikan yang aman dan sudah tersertifikasi.
Kemudian, tanyakan terlebih dahulu kepada dokter kecantikan mengenai kandungan yang dalam botox yang digunakan, serta reaksi jangka pendek maupun efek jangka panjangnya.
Selain itu, cari informasi tentang jenis botox yang akan diberikan, sekaligus mengenai tindakan dan prosedur yang perlu dilakukan untuk wajah.
Meskipun prosedur injeksi botox relatif aman, namun tetap saja ada kemungkinan terjadi efek samping minor, seperti rasa sakit, bengkak, atau memar di tempat suntikan; sakit kepala; demam dan panas dingin.
Sebagian besar efek samping biasanya bersifat sementara dan akan menghilang dalam beberapa hari hingga toksinnya berkurang.
Siapa saja yang dilarang menjalani suntik botox?
 Ibu hamil disarankan menunda suntik botox hingga bayi lahir. Sekecil-kecilnya kandungan racun dalam botox, dokter pun tak dapat menjamin efek sampingnya pada kehamilan (Foto: Istockphoto/ Shironosov) |
- Berusia di bawah 18 tahun, karena otot (wajah) belum sepenuhnya berkembang dan matang
- Berusia di atas 65 tahun, dengan pertimbangan kondisi kesehatan yang telah menurun
- Penderita myasthenia gravis (MG) atau kelainan otot karena bisa berdampak pada kelemahan otot wajah
- Ibu hamil dan menyusui karena dapat mengganggu produksi ASI, namun belum ada studi pasti efek samping bagi bayi yang masih dalam kandungan
- Seseorang yang sudah menderita efek samping akibat perawatan botox ilegal tidak direkomendasikan mengulang perawatan botox karena akan menimbulkan efek samping yang lebih serius dan dapat berujung pada kematian saraf
- Orang yang memiliki alergi telur karena botox mengandung protein serupa dengan telur
Manfaat botox untuk pengobatan?
 Botox bisa mengatasi gangguan otot kandung kemih yang tidak mampu menahan kencing (Foto: Merry Wahyuningsih) |
Selain untuk kecantikan, botox ternyata memiliki masalah lain untuk mengatasi masalah gangguan kesehatan tertentu.
Beberapa ahli saraf menyarankan bahwa orang yang menderita rasa sakit salah satunya akibat gangguan saraf layak mencoba suntik botox, sebab kebanyakan pasien tidak punya pilihan pengobatan lain yang lebih baik.
Meski efeknya bersifat sementara, botox dianggap dapat memberi manfaat karena memudahkan pelakunya untuk kembali beraktivitas.
Terlebih, cairan botox yang disuntikkan tidak akan tetap berada di dalam tubuh selamanya. Semua 'racun' memiliki umur yang terbatas, dan pada akhirnya botox akan dihancurkan oleh tubuh.
Merujuk
Mayo Clinic, cara kerja botox sebagai obat adalah dengan memblokir sinyal dari saraf yang menyebabkan otot berkontraksi lebih dan memengaruhi fungsi tubuh antara lain:
- Cervical dystonia, kontraksi otot leher yang menyebabkan kepala berputar atau miring yang membuat posisi yang tidak nyaman.
- Mata malas atau lazy eye, penyebab mata malas adalah ketidakseimbangan otot untuk memosisikan mata. Mata malas berbeda dengan juling.
- Kontraktur otot, kelainan pada otot atau sendi yang berkurang kelenturannya. Dalam kasus cerebral palsy, dengan melakukan suntik botox akan membuat otot-otot yang mengalami kontraktur bisa rileks.
- Hyperhidrosis, tubuh yang mengalami keringat berlebih meski suhu tidak panas atau tidak sedang beraktivitas.
- Migrain kronis, jika mengalami migrain lebih dari 15 hari dalam sebulan, suntikan botoks dapat membantu mengurangi frekuensi sakit kepala.
- Disfungsi kandung kemih, suntikan botox dapat membantu mengurangi inkontinensia urine (ngompol) karena kandung kemih yang terlalu aktif.
- Mata berkedut, botox dapat membantu meringankan kontraktur atau otot berkedut di sekitar mata.
Apakah botoks menyakitkan?
[Gambas:Youtube]Melansir dari
All About Vision, suntikan apa pun bisa menyakitkan atau menakutkan. Tetapi jarum yang digunakan untuk suntikan botox sangat kecil, sehingga rasa sakit biasanya sedikit.
Sebelum menjalani injeksi, area yang menjadi target prosedur dibuat mati rasa dengan pemberian krim anestesi topikal atau kompres dingin 10-20 menit sebelum injeksi, sehingga kemungkinan kecil pasien akan merasakan rasa sakit.
Rasa agak tidak nyaman mungkin akan muncul setelahnya, ketika krim anestesi menghilang.
Berapa lama efek botox bertahan? Perlukah suntik ulang?
Kebanyakan efek botox akan berkurang atau menghilang setelah tiga hingga empat bulan. Selain itu, setiap orang akan berbeda dengan yang lainnya mengenai masa tahan botox dan perlunya melakukan suntik ulang atau tidak.
Ada orang yang mendapatkan efek yang tahan lama dengan penggunaan berulang, sementara lainnya membutuhkan perawatan atau suntikan yang lebih sering untuk hasil maksimal.
Namun bagaimanapun tidak dianjurkan untuk menyuntik di tempat suntikan yang sama berkali-kali.
Seperti halnya injeksi obat apa pun, sistem kekebalan tubuh dapat mengembangkan antibodi terhadap obat tersebut, yang membuat obat tersebut kurang efektif atau mungkin menyebabkan alergi.
Semakin sering obat disuntikkan atau semakin banyak jumlah yang disuntikkan, semakin tinggi risiko terbentuknya antibodi atau resisten terhadap obat tersebut.
Apa efek samping botox?
 Beberapa orang mengalami efek samping suntik botox seperti jantung berdebar sebagai reaksi tubuh yang menolak bahan kimia yang masuk. (Foto: Istockphoto/AaronAmat) |
Banyak orang berasumsi bahwa botox menyebabkan adiksi dan membahayakan untuk efek jangka panjang.
Padahal, efek botox hanya bersifat sementara. Ketika efeknya habis, pasien botox umumnya tetap mengharapkan bentuk wajah yang terus-menerus sempurna.
Itulah yang menyebabkan pasien botox melakukan injeksi berulang dari waktu ke waktu.
Hingga kini belum ada penelitian yang menunjukkan adanya keamanan dan kemanjuran botox yang dilakukan berulang dalam jangka waktu yang lama. Namun peneliti menyimpulkan bahwa risiko efek samping tidak meningkat dari waktu ke waktu.
Tetapi berdasarkan hasil tinjauan pada 2015 menunjukkan bahwa efek buruk dapat muncul setelah injeksi ke-10 atau ke-11. Sebagai contoh, para peneliti mengamati 45 peserta selama 12 tahun yang rutin menjalani suntik botox.
Ditemukan bahwa terdapat 20 kasus efek samping seperti kesulitan menelan, kelopak mata terkulai, kelemahan pada leher, mual, muntah, penglihatan kabur, kesulitan mengunyah, suara serak, kesulitan berbicara, jantung berdebar.
Potensi efek samping botox termasuk sakit di tempat suntikan, infeksi, peradangan, pembengkakan, kemerahan, pendarahan, dan memar. Beberapa gejala ini mungkin menunjukkan reaksi alergi seperti gatal, mengi, asma, ruam, pusing, pingsan, hingga mati rasa.
Mati rasa karena tidak adanya sensasi fisik sebenarnya bukan disebabkan oleh botox. Botox bukanlah obat bius. Mati rasa akibat ketidakmampuan menggerakkan otot merupakan kondisi khusus yang dimiliki oleh sebagian orang.
Botox berpeluang menyebar sedikit di luar area injeksi dan bisa memengaruhi jaringan di sekitarnya. Sebagai contoh, jika menerima suntikan di dahi yang dekat dengan alis atau kelopak mata atas, bagian mata ini bisa layu untuk sementara waktu.
Oleh karenanya, apabila ingin menjalani perawatan kecantikan botox penting untuk memilih klinik yang tepercaya. Hal ini guna menghindari risiko berbahaya yang bisa merusak tubuh.
(fef)