Jakarta, CNN Indonesia -- Penutupan
sekolah disebut berdampak kecil dalam upaya menghentikan penyebaran
virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Temuan ini didapat dari sebuah studi baru oleh para peneliti di University College London.
Penelitian tim beranggotakan para ilmuwan ini bermula dari pertanyaan seberapa besar efek penutupan sekolah pada jutaan anak di seluruh dunia tersebut. Hasil studi pemodelan untuk Covid-19 menunjukkan, penutupan sekolah diperkirakan mencegah 2 persen hingga 4 persen kematian. Angka ini lebih kecil dibandingkan dampak dari kebijakan social distancing atau menjaga jarak sosial.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis
The Lancet Child and Adolescent Health pada awal pekan ini mengulas epidemi sebelumnya seperti SARS, MERS dan flu musiman dibandingkan dengan pemodelan penyebaran virus corona penyebab Covid-19. Pengamatan ini menemukan bukti bahwa dampak penutupan sekolah dalam upaya memerangi virus corona jenis baru ini, sangat lemah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Data dari wabah SARS di Cina daratan, Hong Kong, dan Singapura menunjukkan bahwa penutupan sekolah tidak berkontribusi pada pengendalian epidemi," tulis para peneliti seperti dikutip
CNN.
Sementara UNESCO mencatat, penutupan sekolah secara nasional ini berdampak pada lebih 91 persen populasi siswa di dunia atau sekitar 1,6 miliar anak-anak dan remaja. Badan PBB ini mengatakan, ada 188 negara yang sudah menerapkan penutupan nasional.
Pengalaman masa lalu atau kasus sebelumnya telah menunjukkan bahwa penutupan sekolah sejak awal epidemi flu musiman memang bisa memperlambat penyebaran penyakit dan menekan jumlah orang yang terinfeksi. Tapi studi ini menunjukkan, perlakuan dan hasil serupa belum tentu bisa diterapkan untuk menangani wabah lain.
Itu sebab para ilmuwan menyarankan para pembuat kebijakan lebih baik mempertimbangkan cara social distancing di sekolah. Mengingat, kondisi pendemi ini diperkirakan akan terjadi dalam waktu yang lama.
 Foto: CNNIndonesia/Fajrian |
Namun begitu, beberapa ahli juga memperingatkan untuk tak langsung mengambil kebijakan berdasarkan satu studi saja.
Sementara Direktur Pusat MRC untuk analisis penyakit menular global di Imperial College London yang juga penulis studi epidemiologi, Neil Ferguson mengkritik studi tersebut. Ia menyebut dalam menghitung dampak, para peneliti absen mempertimbangkan kombinasi penutupan sekolah dengan penerapan kebijakan lain--seperti
lockdown atau penguncian wilayah.
"Adapun penutupan sekolah sebagai langkan sendiri memang diperkirakan memiliki efektivitas terbatas mengendalikan transmisi Covid-19, tapi ketika dikombinasikan pembatasan jarak sosial dan fisik yang ketat maka ini akan memainkan peran penting dalam memutus kontak dan menurunkan transmisi," Neil Ferguson menjelaskan.
Bagaimanapun, ketika mempertimbangkan untuk menutup sekolah, pembuat kebijakan juga harus memikirkan dampak psikologis terhadap anak. Para peneliti mengingatkan pentingnya menyusun kebijakan perlindungan kesehatan mental dan kesejahteraan menyeluruh anak-anak. Karena itu pula, diperlukan banyak penelitian lagi soal ini.
(nma)
[Gambas:Video CNN]