Jakarta, CNN Indonesia -- Kebijakan
physical distancing untuk menekan penyebaran
virus corona membuat banyak orang merasa stres. Namun,
stres tak melulu perkara emosi atau ketidakseimbangan hormon di otak. Stres juga berpengaruh pada banyak hal, termasuk di antaranya
kesehatan kulit.Stres menjadi salah satu faktor utama pemicu masalah pada kulit. Tanda stres karena pandemi Covid-19 bisa saja memunculkan dirinya pada kulit.
Pikiran dan kulit adalah dua hal penting yang saling memengaruhi. Sistem saraf dan kulit saling berhubungan dan berkomunikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kulit adalah penghubung utama antara kondisi lingkungan, tubuh, dan pikiran," ujar ahli dermatologi, Adam Friedman, mengutip
Healthline.Kulit, kata Friedman, juga terintegrasi dan peka terhadap sinyal serta mekanisme pengaturan yang dihasilkan oleh poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang merupakan pengatur utama sistem saraf manusia.
"Oleh karena itu, tak mengejutkan bahwa stres yang mengaktifkan HPA, memproduksi serta melepas hormon stres dapat memberikan pengaruhnya pada kulit," kata Friedman.
Mengutip
Huffington Post, berikut beberapa masalah pada kulit yang disebabkan oleh stres.
1. Peradangan pada kulitStres dapat memicu peradangan di seluruh tubuh. Peradangan tersebut bisa memicu timbulnya jerawat atau eksim.
Peradangan yang terus meningkat saat stres juga dapat memicu banyak masalah kulit lainnya.
2. Kulit keringSaat merasa tertekan, seseorang akan mengalami lonjakan hormon adrenal dan kortisol. Peningkatan adrenalin menimbulkan lebih banyak keringat yang bisa menyebabkan dehidrasi.
"Jika Anda tak mengisinya kembali dengan asupan air, kulit akan mengering dengan sendirinya, kata ahli dermatologi, Forum Patel.
Mereka yang memiliki kulit kering pada umumnya lebih rentan mengalami eksim. Stres menjadi salah satu pemicu eksim.
3. Kulit berminyakPergeseran tingkat hormon-khususnya kortisol-yang disebabkan oleh stres menjadi faktor penyebab munculnya jerawat.
Dalam kondisi stres, otak akan memproduksi hormon kortisol yang mempersiapkan tubuh selalu waspada pada lingkungan yang penuh tekanan. Sebagai efek sampingnya, hormon-hormon ini meningkatkan aktivitas kelenjar sebaceous di kulit yang menyebabkan kulit berminyak, penyumbatan pori-pori, dan timbulnya jerawat.
4. Rambut berminyakPada beberapa orang, stres bisa membuat rambut lebih berminyak dan kering daripada sebelumnya.
Beberapa orang disebut mengalami peningkatan dermatitis seboroik. Kondisi ini merupakan gangguan yang menjangkiti area kulit pada kepala yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe, dan berwarna kemerahan.
Dalam beberapa kasus, stres bahkan menyebabkan rambut rontok. Saat tubuh menghadapi
stressor, maka tubuh berhenti memproduksi rambut. Stres juga dapat ditandai dengan rambut yang mulai rontok.
5. Masalah pada kukuSelama masa stres, tubuh berhenti memproduksi sel-sel pada kuku.
Selain itu, sejumlah penelitian menemukan, kuku bisa menjadi rapuh dan mudah mengelupas selama masa stres.
(asr/asr)
[Gambas:Video CNN]